Saturday, April 4, 2020

Biografi Imam Bukhari Lengkap

BIOGRAFI IMAM BUKHARI
(194 H – 252 H / 810 M – 870 M)

Nama dan Kemuliaan Nasab Imam Bukhori

Nama lengkap beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah bin Badzbah Al-Ja’fiy Al-Bukhari. Beliau mendapatkan gelar sebagai imamul muslimin (pemimpin kaum muslim), qudwatul muwahhidin (panutan orang yang meng-Esakan Allah), dan sayyidul muhadditsin (penghulu ahli hadis).

Imam Bukhari lahir pada hari Jum’at 13 Syawal 194 H. (810 M.) di kota Bukhara, sebuah kota kecil, sekarang termasuk wilayah Uzbekistan yang dulu menjadi negara bagian Uni Soviet. Beliau lebih dikenal dengan nama Imam Bukhari (menisbatkan kota kelahiran beliau).

Meskipun imam Bukhari tumbuh dalam keadaan yatim, akan tetapi kemuliaan beliau terpancar begitu dahsyat. Hujjah beliau mampu membuat decak kagum ulama di zamanya. Ini dikarenakan sanad hadis dan keilmuan beliau sampai kepada Rasulullah SAW., argumen beliau dengan kecerdasan yang dimiliki mampu menumbangkan orang-orang yang menguji kualitas hadisnya. Sehingga ulama kurun salaf (generasi awal) dan ulama kholaf (generasi akhir) tidak pelak menerima dan mengakui kehebatan ilmunya. 


Alim Sejak Kecil 

Sejak masih kecil, Imam Bukhari sudah menguasai ilmu bahasa Arab. Beliau senang berada di perpustakaan sembari mempelajari dan mendengarkan ilmu-ilmu hadis. Layaknya ahli hadis, Imam Bukhari sebelum menaruh perhatiannya terhadap kodifikasi hadis, beliau terlebih dahulu sudah hafal Al-Qur’an sejak kecil. Tercatat beliau pertama kali mempelajari hadis yaitu pada tahun 205 H. atau pada usia beliau sekitar 9 tahun.

biografi imam Bukhari


Kealiman beliau terbukti diantaranya sewaktu beliau belajar kepada ahli hadis yang paling terkenal di kotanya (Bukhara) yaitu Abu Ahmad; Muhammad bin Yusuf Al-Baikandi, sang guru justru merasa segan manakala Imam Bukhari duduk di depannya. Hal tersebut dikarenakan kecerdasan dan kesempurnaan ilmunya yang sangat jarang dijumpai pada waktu itu. 

Selain telah menghafal Al-Qur’an, sejak usia masih muda belia, Imam Bukhari telah menghafal puluhan ribu hadis. Sehingga ahlul ma’rifah (para pemuka agama) pada waktu itu, menjadikan Imam Bukhari sebagai sang maha guru. Mereka rela duduk di belakang beliau, di pinggir-pinggir jalan demi mendengarkan dan mengumpulkan hadis dari beliau.

Pengembaraan Mencari Ilmu

Pada tahun ke-210 H. dimana usia beliau masih sekitar 14 tahun, Imam Bukhari diajak Ibundanya dan saudaranya melakukan Ibadah Haji ke Mekah. Akan tetapi selesai menunaikan ibadah haji, Imam Bukhari tidak langsung kembali ke Bukhara yaitu kota kelahirannya, melainkan beliau mengembara menemui mayoritas raja-raja di tanah timur untuk terus memperdalam ilmu hadisnya. Diantara negara yang beliau singgahi adalah Khurasan, Al-Jabal, Irak, Hijaz, Mesir dan Syam. 

Dalam posisi beliau memperdalam ilmu hadis di negara-negara yang beliau singgahi, justru para ulama dan tokoh agama di negara tersebut (tertarik) dan belajar mengambil ilmu dari Imam Bukhari. Diantara ulama yang belajar kepada Imam Bukhari adalah Imam Ahmad bin Hambal (pendiri Madzhab Hambali).

Selain memperdalam ilmu hadis, dalam pengembaraan mencari ilmu Imam Bukhari juga memperdalam ilmu fiqih. Dalam hal ini beliau mengambil ilmu fiqih dari ulama-ulama Syafi’iyah, dan beliau menjadikan Madzhab Asy-Syafi’i RadhiyAllahu Anhu sebagai pedoman dalam keagamaannya (madzhab fiqihnya). 

Setelah dirasa cukup dari pengembaraan, dan ilmu beliau telah matang semuanya, beliau mulai mengkodifikasikan dan memetakan hadis-hadis yang beliau hafal. Semua hadis yang beliau hafal selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesahihan hadisnya.     

Ujian Kualitas Hadis Imam Bukhari

Gelar Al-Imamul Muhadditsin yang disandang oleh Imam Bukhari dan diakui oleh seluruh A’immatul Muslimin nampaknya tidak diraih begitu saja. Akan tetapi kualitas dari hadis yang beliau riwayatkan, seluruhnya telah melalui ujian oleh para ahli hadis pada zamannya. 

Untuk membuktikan kesahihan hadis yang beliau riwayatkan pernah pada suatu ketika, para ulama ahli hadis di Bagdad bersepakat hendak menguji kedzabitan (kuatnya hafalan) Imam Bukhari. Para ulama hadis tersebut terdiri dari 10 orang yang masing-masing memiliki 10 pertanyaan hadis yang sudah di bolak-balik atau ditukar antara sanad dan matannya. Tujuan dari pada itu semua tiada lain adalah untuk mengetahui sejauhmana kedzabitan dan kesahihan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Apakah beliau mampu membedakan hadis yang ditukar sanad dan matannya dan mengembalikan dengan sanad dan matan yang sebenarnya atau beliau tidak mengetahui sanad dan matan yang di tukar tersebut.

Dalam majelis tersebut, dihadirkanlah Imam Bukhari yang disaksikan pula oleh Muhadditsin dari dalam dan luar kota. Bahkan diundang juga ulama hadis dari Khurasan. Satu demi satu 10 ulama hadis yang menguji Imam Bukhari menanyakan 10 hadis yang telah mereka persiapkan sebelumnya. Dan jawaban beliau terhadap setiap hadis yang dikemukakan oleh penanya pertama ialah “saya tidak mengetahuinya”.

Demikianlah setelah selesai penanya pertama, majulah penanya kedua dengan satu-persatu pertanyaan hadis yang sudah dipersiapkan dan seterusnya sampai selesai penanya yang kesepuluh dengan hadis-hadisnya. Akan tetapi dari keseluruhan penanya yang menanyakan hadis kepada Imam Bukhari, beliau selalu menjawab dengan kalimat “saya tidak mengetahuinya”. Yang berarti keseluruhan hadis yang telah dibalik sanad dan matannya tersebut sama sekali belum pernah dijumpai oleh Imam Bukhari selama meriwayatkan hadis.

Setelah Imam Bukhari mengetahui gelagat para penanya tersebut yang bermaksud mengujinya, maka Imam Bukhari pun menerangkan yang sebenarnya dengan detil  tentang hadis yang sanad-sanad dan matannya telah dirubah dan dibolak-balikkan tersebut. Para ulama yang hadir dalam majelis tersebut sontak semuanya tercengang dan mengakui kedzabitan dan kepandaian beliau, ketelitiannya dan kehafalannya dalam ilmu-ilmu hadis.

Guru-guru Hadis dan Murid Imam Bukhari

Diantara ulama-ulama ahli hadis imam Bukhari sdalah seperti Makky bin Ibrahim, ‘Abdullah bin ‘Usman Al-Marwazy, ‘Abdullah bin Musa Al-‘Abbasy, Abu ‘Ashim As-Syaibany dan Muhammad bin ‘Abdullah Al-Anshary.

Adapun ulama-ulama besar dan tokoh hadis yang pernah menimba ilmu hadis dari beliau, antara lain seperti Imam Muslim, Abu Zur’ah, Imam Tirmidzi, Imam Ibnu Khuzaimah dan Imam An-Nasa’i. 

Kehidupan dan Karomah Imam Bukhari
Beliau adalah orang yang sangat wira’i atau waro’ (menjauhkan diri dari kemewahan dunia). Selama hidupnya beliau habiskan untuk berpuasa dan menahan lapar, sampai-sampai beliau setiap harinya hanya makan satu buah kurma atau kacang. Beliau juga selalu menjaga wudhu’nya, sampai-sampai beliau jarang sekali ke kamar kecil.

Imam bukhari tidak pernah melakukan jual beli, apa yang beliau makan tidak lain adalah harta dari peninggalan orang tuanya karena jelas halalnya. Ayahanda Imam Bukhari pernah berkata. “Seluruh harta peninggalanku adalah halal dan tidak ada syubhat apalagi haramnya.”

Adapun dianatara karomah ataupun keberkahan dari Imam Bukhari adalah ketika kitab beliau dibaca secara berjamaan (di majlis-majlis taklim) akan dapat menolak marahabaya dan berkasiat untuk kesembuhan dari sakit dengan ijin Allah Subhanahu Wata’ala.

Imam As-Sya’roni menyebutkan, bahwa dengan hanya menyebut nama beliau Imam Muhammad isma’il Al-Bukhori dapat digunakan sebagai wasilah (perantara) meminta turunnya rahmat Allah Subhanahu Wata’ala.

Karya-karya Imam Bukhari

Kitab Al-Jami’ As-Shahih(الجامع الصحيح) .

Kitab ini yaitu berisikan kumpulan hadis-hadis shahih yang berjumlah 600.000 hadis sahih yang beliau persiapkan selama kurang lebih 16 tahun lamanya. Untuk menjaga kualitas hadis tersebut, beliau sangat berhati-hati dalam menuliskan tiap hadis pada kitabnya. Salah satu ikhtiyar untuk menjaga kesahihan hadis diantaranya adalah setiap hendak menulis kitabnya, beliau senantiasa terlebih dahulu mandi dan bersalat istikharah, minta petunjuk baik kepada Allah, tentang hadis yang akan ditulisnya. 

Kitab tersebut berisikan hadis-hadis shahih semuanya, berdasarkan pengakuan beliau sendiri, ujarnya: “Saya tidak memasukkan dalam kitabku ini kecuali shahih semuanya.”

Dari total 600.000 hadis terdapat sebanyak 6.397 buah dengan yang terulang-ulang, dan yang belum dihitung mu’allaq dan mutabi’ nya. Terdapat perbedaan pendangan mengenai jumlah yang mu’allaq, ada yang mengatakan 1.341 buah, dan yang mutabi’ sebanyak 384 buah, jadi seluruhnya berjumlah 8.122 buah, di luar yang maqthu’ dan mauquf. Sedang jumlah yang asli saja, yakni tanpa yang berulang, tanpa mu’allaq dan mutabi’ 2.513 buah.

Kitab Al-Jami’ As-Shahih ini merupakan kitab hadis yang paling shahih setelah Al-Qur’an.
Selain kitab Al-Jami’ As-Shahih, juga terdapat karangan beliau seperti:
Qadhaya Al-Ahahabah wa Al-Tabi’in. (قضايا الصحابة والتابعين)
Al- Tarikh Al-Kabir. (التاريخ الكبير)
Al-Tarikh  Al-Awsath. (التاريخ الأوسط)
Al-‘Adab  Al-Munfarid. (الأدب المنفرد)
Birr  Al-Walidain. (بر الوالدين)

Beliau wafat pada malam Sabtu selesai salat ‘Isya’, tepat pada malam Idul Fitri tahun 252 H. (870 M.), dan dikebumikan sehabis salat dhuhur di Khirtank, suatu kampung tidak jauh dari kota Samarkand.

Demikian semoga bermanfaat, mungkin Anda juga tertarik dengan artikel kami yang lain:


Reff:
Ammaroh, Muhammad Mustofa, 2002. Jawahirul Bukhori, Beirut: Darul Fikr
Basthul Birr, Maftuh, 1999. Manaqib 50 Wali Agung, Lirboyo: MMQ

0 Komentar:

Post a Comment

Blog Archive

Dapatkan Artikel Kami Gratis

Ketik email Anda di sisi:

Kami akan mengirimkannya untuk Anda

Quality Content