Tuesday, April 7, 2020

Keutamaan Nisfu Sya'ban

Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban


Memahami Keistimewaan Bulan Sya’ban

Sahabat syariatkita, berbicara mengenai keistimewaan bulan Sya’ban atau biasanya orang Jawa menyebutnya dengan istilah bulan Ruwah, memanglah terkandung keistimewaan yang luar biasa yaitu bagi mereka yang mengetahuinya. Sehingga dalam Jawa ada istilah “Ruwahan”

keutamaan nisfu sya'ban


Ruwahan adalah serangkaian acara mendekatkan diri kepada Allah SWT. yang diselenggarakan oleh kebiasaan orang Jawa dalam ritual menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Berkenaan dengan hal ini, Rasulullah SAW dalam sebuah hadis bersabda:

مَنْ فَرِحَ بِدُخُوْلِ رَمَضَانَ، حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهَ عَلَى النِّيْرَانِ 

“Barangsiapa yang bersukacita dengan kedatangan bulan Ramadhan, maka Allah skan menjaga tubuhnya dari api neraka”.

Acara ruwahan atau yang dikenal dengan peringatan malam “Nisyfu Sya’ban” dalam tradisi Jawa biasanya diisi dengan pembacaan Surah Yasin sebanyak tiga kali dan ditutup dengan membaca do’a Nisyfu Sya’ban.

Mengenai kemuliaan bulan Sya’ban di dalam Al-Qur’an Surah At-Taubah ayat 36 disebutkan sebagai berikut:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ.

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan Ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa”. (Q.S. At-Taubah : 36)

Ayat di atas menjelaskan bahwa dalam kurun satu tahun terdapat 4 bulan yang mulia, diantaranya adalah bulan Sya’ban. Keistimewaan ini yaitu terletak pada malam nishfu Sya’ban atau pertengahan bulan Sya’ban. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis:

عَنْ عَلِىّ بْنِ اَبِى طَالِبٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا كاَنَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ, فَقُوْمُوْا لَيْلَهَا وَصُوْمُوْا نَهَارَهَا. فَإِنَّ اللهَ يَنْزِلُ فِيْهَا لِغُرُوْبِ الشَّمْسِ إِلىَ السَّمَاءِ الدُّنْيَا. (رواه ابن ماجه)

“Dari Ali bin Abi Thalib, berkata: Rasulullah Saw. bersabda: Apabila telah sampai pada malam Nishfu Sya’ban, bangunlah dan hidupkanlah malamnya dan berpuasalah pada siang harinya. Karena sesungguhnya Allah Swt pada malam itu turun ke langit dunia pada saat terbenamnya matahari sampai ke langit dunia”. (HR. Ibnu Majah)

Maksud daripada Allah SWT turun ke langit dunia pada malam Nishfu Sya’ban adalah menunjukkan perhatian Allah SWT terhadap keadaan umat-Nya sangat besar di saat itu. 

Namun yang perlu diperhatikan adalah, bahwa sifat turun dan datang adalah sifat turun dan datang yang sesuai dengan Dzat Allah SWT., dan hal ini tentunya berbeda dengan sifat turun dan datang makhluk, dan kita juga harus meyakini bahwa sifat Allah SWT. berbeda dengan makhluk-Nya.

==> Baca Artikel Juga: Hukum Riba & Bunga Bank, Hukum Bank Titil, Tata Cara Berwudhu Sesuai Tuntunan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallah

Nisyfu Sya’ban Sesuai Tuntunan Rasulullah SAW

Bulan Sya’ban merupakan bulan yang sangat mulia. Dalam bulan ini, Rasulullah SAW. memperbanyak menjalankan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ini bukan berarti selain bulan Sya’ban ibadah Rasulullah biasa-biasa saja, melainkan kapanpun dan dimanapun Ibadah Rasulullah SAW senantiasa meningkat dan bertambah.

Karena kecintaan beliau terhadap bulan Sya’ban, sehingga bulan ini sering disebut sebagai bulan Rasulullah SAW. Dalam sebuah riwayat disebutkan:

اِنَّ رَجَبَ شَهْرُ اللهِ وَشَعْبَانَ شَهْرِيْ وَرَمَضَانَ شَهْرُ اُمَّتِيْ

“Bahwasanya Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulan ku (Rasulullah). dan Ramadhan adalah bulan umat ku”

Diantara kegemaran Baginda Nabi Agung Muhammad SAW. di dalam kemuliaan bulan Sya’ban yaitu beliau gunakan untuk menjalankan ibadah puasa, sebagaimana dalam hadis:

عن أبى سلمة بن عبد الرحمن عن ام سلمة: ان رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يصوم شعبان ورمضان. (رواه احمد بن حنبل)

“Dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Umu Salamah, sesungguhnya Rasulullah Saw. menjalankan puasa pada bulan Sya’ban dan Ramadhan”. (HR. Ahmad bin Hanbal)

Jadi jelaslah bagi kita, meskipun pada kenyataan Allah SWT, senantiasa melihat dan memperhatikan seluruh makhluknya; kapanpun dan dimanapun, namun khusus untuk malam Nisyfu Sya’ban ada perhatian khusus sehingga kita perlu meningkatkan ibadah dan pendekatan diri kita kepada Allah SWT. 

Dalam hal ini, kita bisa mengisinya dengan ibadah puasa sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan juga dengan aneka ibadah-ibadah lain sepanjang tidak terdapat unsur kesyirikan, agar kita memperoleh kemuliaan-kemuliaan yang terkandung dalam malam Nishfu Sya’ban.

Hikmah Bulan Sya’ban

Sahabat syariatkita, disebutkan oleh salah satu ulama kurun ke-3 hijriyah yaitu As-Syaikh Utsman bin Hasan Asy-Syakir Al-Khowairy dalam kitabnya, bahwa pada malam Nishfu Sya’ban Rasulullah SAW didatangi oleh malaikat Jibril dan berkata, “Wahai Muhammad, ini adalah malah dimana Allah SWT membuka pintu-pintu langit dan rahmat. Maka berdirilah dan shalatlah, angkat kepalamu dan tanganmu seraya berdoa.” Nabipun bertanya, “Malam apa gerangan wahai Jibril?” Ia menjawab, “Ini adalah malam dimana Allah SWT membuka 300 pintu rahmat, Allah SWT mengampuni semua makhluk yang tidak mempersekutukan-Nya, kecuali tukang sihir, tenung, peminum arak, pezina, pemakan harta riba, orang yang durhaka terhadap kedua orang tuanya, orang yang bermuka dua, dan orang yang memutuskan tali silaturrahmi.” Allah SWT tidak akan memberikan ampunan kepada mereka sebelum mereka bertobat. Kemudian Rasulullah SAW melakukan sholat dan menangis di dalam sujudnya seraya berdoa, “Ya Allah, aku mohon perlindungan kepada-Mu dari siksa dan murka-Mu. Dan sungguh aku tidak bisa menghitung pujiku untuk-Mu, sebagaimana Engkau memuji Dirimu Sendiri, maka bagi-Mu segala puji hingga Engkau meridhai ku.”

Demikian semoga bermanfaat, mungkin Anda juga tertarik dengan artikel kami yang lain:


Reff:
Ahmad bin Hanbal, Imam, TT. Musnad Ahmad bin Hanbal; Juz 6, Beirut : Darul Fikr
‘Abdul Ghani An-Nablusi, Imam, 2004. Keutamaan Hari dan Bulan dalam Islam; Terj. Muzammal Noer, Yogyakarta : Mitra Pustaka
Abi Abdillah; Muhammad bin Yazid, Al-Hafidz, TT. Sunan Ibnu Majah, Jilid 1, Beirut: Darul Fikr
Hasan Asy-Syakir, Utsman, 1994. Durrotun Nasihin, Beirut: Darul Fikr

0 Komentar:

Post a Comment

Blog Archive

Dapatkan Artikel Kami Gratis

Ketik email Anda di sisi:

Kami akan mengirimkannya untuk Anda

Quality Content