Islam dalam Pengambilan Keputusan

Islam adalah agama yang "Rahmatan Lil 'Alamin", keberadaanya membawa kedamaian bagi umat semesta alam. Hal ini dapat kita lihat diantaranya dalam pengambilan keputusan kita dilarang dalam kondisi labil.

Kebenaran yang Dilematis

Kebenaran dalam beberapa hal ternyata tidak selalu berdampak baik bagi pelakunya. Dalam konteks ini kita harus tetap menyampaikan kebenaran tersebut sekalipun dilematis buat kita

Islam dan Olah Raga

Disebutkan bahwa, "Orang mukmin yang kuat lebih baik dan dicintai oleh Allah SWT., daripada mukmin yang lemah" So, keep healty, keep financial and pray

Lengkapilah Agamamu dengan Menikah

Salah satu ibadah yang enak dan berpahala banyak adalah melangsungkan pernikahan. Bagaimana tidak, karena nikah merupakan salah satu sunah para rasul "Sunanun min Sunanil Mursalin"

Memilih Teman

Teman menjadi orang yang paling mewarnai hidup kita, baik deri segi sikap tindakan dan sikap mental seseorang. Olehkarena itu Islam mengajarkan agar dalam bergaul kita benar benar berhati-hati karena "Al-Mu'asyarotu Muatsiroh"

Tuesday, March 31, 2020

Etika Islam dalam Perniagaan

ETIKA ISLAM DALAM PERNIAGAAN


Pengertian Etika dalam Islam

Sahabat syariatkita, berbicara mengenai etika Islam dalam perniagaan tentunya kita tidak bisa terlepas dari sosok Baginda Agung Rasulullah SAW. Kendatipun di dalam bangku sekolahan; mulai dari tingkatan dasar sampai perguruan tinggi pastilah ketika mendefinisikan tentang etika pasti akan merujuk dari bahasa latin yaitu ‘etos’ yang berarti ‘kebiasaan’ (betul kagak sobat). Padahal Rasulullah sendiri jauh-jauh hari telah mencontohkan etika dalam perniagaan sehingga beliau mendapatkan gelar Al-Amin (yang dapat dipercaya).

Selanjutnya bagaimana Dasar Hukum dan Pandangan Islam Mengenai Jual Beli (baca artikelnya di sini) 

etika Islam dalam perniagaan


Dalam ajaran Islam, istilah etika dikenal dengan nama ‘akhlak’, yang berarti ‘budi pekerti’. dalam hal ini, Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumiddin menjelaskan definisi akhlak (etika) sebagai berikut:

Etika atau akhlak adalah suatu sifat yang melekat pada jiwa seseorang, yang mana dengan sifat tersebut seseorang secara spontan melakukan aktifitas; mulai dari perkataan, pekerbuatan atau hal lain seperti keputusan secara spontan tanpa perlu memikirkan lebih dalam.

Yang perlu kita garis bawahi mengenai pengertian etika atau akhlak adalah timbulnya tanpa melalui pola pikir yang panjang alias spontanitas. Sebagai satu contoh, kita dapat mengetahui akhlah seseorang yaitu ketika terjatuh, atau ketika terpeleset, nah kata-kata yang keluar spontan itulah yang menunjukkan akhlah seseorang. Apakah ia mengucap istirja’ atau menyebutkan atau ia justru mengabsen hewan yang ada di kebun binatang (tau maksudnya kan). 

Dengan demikian ‘Etika Islami dalam Perniagaan’ adalah akhlak seorang pekerja (penujual-pembeli, dalam melangsungkan perniagaannya sesuai dengan nilai-nilai Islami.

Landasan Normatif Islam dalam Perniagaan

Islam adalah agama yang mengajarkan kepada umatnya agar setiap orang bekerja, tidak pangku tangan menanti hasil yang tidak pasti dari hasil pekerjaan yang diharamkan oleh syariat. Sehingga makanan yang dikonsumsi oleh seseorang hasil dari pekerjaannya sendiri lebih baik baginya. 

Adapun landasan normatif dalam perniagaan adalah:

Al-Quran

1. Surah Al-Jum’ah ayat 9 - 10:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ 

“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jum`at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”

2. Surah Hud ayat: 85

وَيَا قَوْمِ أَوْفُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ وَلا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلا تَعْثَوْا فِي الأرْضِ مُفْسِدِينَ

“Dan Syu`aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan”

3. Al-Iaro’: 35

وَأَوْفُوا الْكَيْلَ إِذَا كِلْتُمْ وَزِنُوا بِالْقِسْطَاسِ الْمُسْتَقِيمِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا

“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Hadis

1. Hadis Imam Bukhori

عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

Rasulullah Saw bersabda: “Makanan terbaik bagi seseorang adalah yang diperoleh dari tangannya sendiri; sungguh Nabi Allah Dawud makan dari hasil kerjanya sendiri”

Dalam hadis lain:

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَأْتِيَ بِحُزْمَةِ الْحَطَبِ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا فَيَكُفَّ اللَّهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوهُ

Nabi bersabda: “seseorang di antara kamu mengambil tali dan pergi kegunung untuk mengambil kayu bakar lalu dipikulnya pada punggungnya dan selanjutnya dijual serta dengan cara ini ia bisa menghidupkan dirinya, adalah lebih baik daripada ia meminta-minta kepada manusia, baik manusia itu memberikan ataupun tidak memberikan.”

2. Hadist Nabi riwayat Ahmad dan Bazar dari Rafi’ bin Khadij

سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَفْضَلِ الْكَسْبِ فَقَالَ بَيْعٌ مَبْرُورٌ وَعَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِه

Ditanyakan kepada Rasulullah Saw tentang usaha apa yang terbaik bagi seseorang, beliau menjawab: “kerja seseorang dengan tangannya sendiri dan semua bentuk jual beli (perdagangan) yang mabrur (bersih dari unsur-unsur  pelanggaran terhadap larangan syara’

Paparan ayat-ayat di atas memberi penegasan bahwasanya penyempurnaan dalam proses transaksi melalui media takaran dan timbangan merupakan salah satu hal mendasar untuk membangun dan mengembangkan perilaku bisnis yang baik. 

Suatu bisnis, dalam perkembangan kapanpun mesti membutuhkan suatu alat ukur atau timbangan. Oleh karena itulah Al-Qur’an menekankan adanya kebenaran dalam pengertian ukuran dan timbangan yang benar pada satu sisi. Kebajikan serta kejujuran dalam pengertian ukuran dan timbangan yang dipergunakan dengan kebajikan dan kejujuran.


Etika Islam dalam Melakukan Perniagaan

Dalam melakukan perniagaan, tentunya seseorang tidaklah terlepas dari rekan bisnisnya. Ada penjual pasti ada pembeli ada pemasok ada distributor dan lain sebagainya. Dengan demikian dalam proses perniagaan pastilah terjadi hubungan mata rantai yang sangat banyak; mulai dari hulu produk dibuat sampai dengan ke hilir produk didistribusikan. Semuanya memegang peranannya masing-masing.

Dalam hubungan perniagaan yang menjadi tujuan setiap orang adalah apa yang namanya profit atau keuntungan. Akan tetapi dalam situasi yang penuh dengan dinamika kehidupan, seorang pelaku usaha kadang tidak segan untuk melakukan penipuan, tidak hanya untuk pelanggan baru yang belum paham saja akan tetapi juga kadang dilakukan untuk konsumen loyalnya sendiri. Dalam situasi seperti ini apapun bisa terjadi manakala pelaku usaha tidak membekali dirinya dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

Islam sebagai agama yang membawa rahmat kepada umat sekalian alam, tidak hanya mengatur hubungannya dengan Tuhan saja, melainkan juga hubungannya dengan sesama manusia. Dan hubungannya dengan sesama manusia inilah yang kadang justru menjadi ganjalan seseorang mendapatkan rahmat Allah Subhanahu Wata’ala. Oleh karena itu Islam mengajarkan nilai dan tatacara berniaga, agar usaha yang dijalankannya senantiasa mendaparkan berkah dari Allah Subhanahu Wata’ala. Hal ini dikarenakan pelaku usaha yang berpegang pada tata nilai (etika) perniagaan yan gdiajarkan oleh Islam, niscaya ia akan menghindarkan dirinya dari hal-hal yang dilarang oleh syariat, yang mana hal tersebut tentunya dapat merugikan orang lain atau pun partner bisnisnya

Adapun tata nilai yang diajarkan oleh Islam dalan perniagaan tercermin dalam 4 aspek utama, yaitu:
  1. Shidiq (jujur)
  2. Amanah (dapat dipercaya)
  3. Tabligh (komunikatif)
  4. Fathanah (cerdas)

Dari keempat tatanilai sebagaimana di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

Shiddiq

Shiddiq berarti jujur atau benar dalam bertindak. Shiddiq merupakan akhlak terpuji yang dimiliki oleh baginda Agung Nabi Muhammad SAW. Shidiq dalam berniaga memiliki pengertian bahwa dalam melakukan transaksi atau hubungan niaga dengan rekannya yang lain ia senantiasa mengatakan apa adanya terhadap barang yang ia jual, mengatakan apa adanya terhadap harga atau margin untung yang dia ambil. Bahkan mengatakan apa adanya terhadap kualitas barang yang ia jual. 

Dalam hal ini orang yang berlaku jujur dalam perniagaan berarti menghindarkan diri dari perkataan yang mengandung unsur ghurur atau tipu muslihat, seperti perkataan penjual kepada pembeli yang menawar dagangannya:

“Naikkan sedikit pak, tadi sudah ada orang yang nawar lebih tinggi tapi belum saya kasihkan. Kalau tidak Anda belum boleh harga sekian lho.” padahal belum ada orang yang menawarnya.
“Belum boleh harganya pak, karena barang ini didatangkan dari luar kualitas ekspor”, padahal yang dimaksud adalah luar daerahnya.

Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita agar senantiasa berlaku jujur dalam perniagaan sebagaimana sabdanya:

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ  الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ بَاعَ مِنْ أَخِيهِ بَيْعًا فِيهِ عَيْبٌ إِلَّا بَيَّنَهُ لَهُ

“Dari uqbah ibnu amir , aku mendengar rasulullah bersabda, ‘Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain, tidak dihalalkan bagi seorang muslim menjual kepada saudaranya yang muslim suatu perniagaan yang yang didalamnya ada cacat (reject) kecuali dia menjelaskan cacatnya’.”

Perkataan-perkataan tersebut terkesan sepele dan tidak berdosa, akan tetapi sungguh hal tersebut manakala dilakukan akan dapat megurangi keberkahan dalam perniagaan.

Amanah 

Amanah berarti dapat dipercaya atau kredibe. Seorang pengusaha dikatakan amanah, manakala ia dapat dipercaya dalam menjalankan usaha atau bisnisnya sesuai dengan bagiannya masing-masing. 

Amanah dalam siklus perniagaan sebagaimana hal berikut:

Pemasok
Seorang pemasok yang mengedepankan etika bisnis Islam pastilah ia akan mendatangkan barang yang ia kirim sesuai dengan standar kualitas, atau spesifikasi yang dibutuhkan oleh produsen atau rekan bisnisnya.

Produsen
Begitu pula produsen, ia pasti akan membuat produknya sesuai dengan standar SOP atau baku mutu produk yang di dapatkan dari badan sertifikasi produknya. Jikalau dari perijinannya melarang mengandung campuran yang berbahaya seperti bahan pengawet, pemanis buatan dan atau bahan pewarna berbahaya pasti ia tidak akan melakukannya

Distributor
Distributor yang amanah pastilah ia tidak akan berlaku diluar SOP perdagangan yang telah ditetapkan oleh otoritas terkait, tidak mendistribusikan barang yangtelah kadaluarsa dengan menggnti labelnya menjadi tanggal terbit baru. Tidak menyampaikan barang KW dengan label barang super dan lai sebagainya. 

Konsumen
Begitu pula konsumen yang amanah. Konsumen yang amanah pastilah ketika ditanya mengenai suatu produk untuk kepentingan riset, maka ia akan menceritakan apa adanya. Tidak melakukan klaim barangnya reject sehingga ,minta dikurangi dan dikembalikan barang yang ia beli, padahal reject atau kerusakan berasal dari ulahnya konsumen sendiri.

Dalam hal ini Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam Surah Al-Mu’minun:

وَالَّذِينَ هُمْ لأمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ 

“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (QS. Al Mu’minuun: 8)

Tabliqh

Tabligh bagi seorang yang berniaga memiliki arti “terbuka”. Yang berarti ia menjelaskan detil apa saj aterhadap barang perniagaanya. Jika kondisi barang jelek disampaikan jelek, jika bagus juga demikian. 

Meskipun secara lahiriyah atau sesuai penilaian manusia biasa sifat tabligh dalam perniagaan dapat menjadikan barang dagangan mungkin tidak cepar terjual atau tertahan. Akan tetapi percayalah dengan kita menyampaikan apa adanya seorang pedagang tidak hanya menuai berkah niaganya saja di dunia akan tetapi yang terpenting adalah ia mendaparkan ridho Allah Subhanahu Wata’ala. Hal ini sebagaimana dalam poin Surah Al-Mu’minun ayat 8 di atas.

Fathanah 

Fathanah berarti cerdas atau memiliki tingkatan intelaktual tinggi. Dalam hal ini seorang yang berniaga ia dikatakan meiliki sifat fathanah manakala ia mampu mengambil keputusan yang sangat bijaksana pada perniagaanya. Sifat fathanah yang dimiliki oleh seorang pengusaha atau pedagang, pastilah akan berdampak kemajuan pada usahanya. Karena dari fathonah akan menumbuhkan kreatifitas dan kemampuan untuk melakukan berbagai macam inovasi pada usaha yang dimilikinya.

Kendatipun demikian, sifat amanah dalam berniaga tidaklah muncul begitu saja, oleh karena itu Islam menekankan pentingnya menuntut ilmu (dasar hukum menuntut ilmu baca di sisi).  DSalam hal ini orang yang ingin sukses haruslah disertai dengan belejar dan terusa belajar dalam perniagaanya. Belajar dari kegagalan yang pernah ia alami dan kemudian bangkit menjadi lebih baik lagi.


Demikian semoga bermanfaat, mungkin Anda juga tertarik dengan artikel kami yang lain:


REF:
Ali Sumanto Alkindi, 1997. Bekerja Sebagai Ibadah, Solo: CV.ANEKA Al-Bukhari Imam, TT. Sahih Bukhari; Kitab Al-Buyu’ Bab Kasbu Ar-Rajul Wa Amalihi Biyadihi 
Hambal, Ahmad, TT. Musnad Ahmad; Kitab Musnad Al-Makkiyyin, Bab Hadits Abi Burdah Bin Nayyar

Monday, March 30, 2020

Hubungan Fiqih dan Tasawuf dalam Aqidah Islam

Hubungan Antara Fiqih dan Tasawuf dalam Aqidah Islam


Sahabat syariatkita, fikih sejatinya merupakan suatu tatanan yang mengatur kita dalam manjalankan syariat. Dimana permasalahan dan tatacara dalam beragama semuanya sudah diatur di dalam fiqih. Sedangkan Tasawuf merupakan ilmu menjernihkan hati, yang berperan memperhalus kualitas suatu ibadah, sehingga dalam menjalankan syariat Islam kita dapat terhindar dari apa yang dinamakan dengan syirik, ujub, takabur dan sum’ah.

Peranan Fiqih dan Tasawuf dalam Islam

Peranan fiqih yaitu menata ibadah dan muamalah dari segi dzohir atau luar, sedangkan tasawuf menata dari dalam diri atau dari hati. Ibarat suatu badan usaha, dikatakan legal manakala telah memiliki surat ijin operasional. Ibarat pengemudi, ia dikatakan memahami ketentuan berkendara manakala telah mengantongi SIM. Dalam syariat khuhusnya masalah ibadah dan muamalah, fiqih-lah yang memiliki legitimasi terhadap sah atau tidaknya ibadah seseorang. Akan tetapi kualitas pelayanan suatu badan usaha, ramah atau tidaknya pelayanan, bagaimana ia mendapatkan tender apakah dengan cara yang halal atau justru dengan cara menyuap panitia lelang, ini menjadi domain tasawuf. 

hubungan antara fiqih dan tasawuf dalam aqidah Islam


Begitu pula seorang pengendara, ketika ia berkendara di jalanan apakah ia akan mematuhi rambu-rambu lalu lintas hanya ketika ada polisi saja, apakah ia akan berjalan pelan manakala terdapat banyak kerumunan masa terutama orang-orang tua, dan ataukah ia akan menuntun dan mematikan mesin motornya manakala ia berjalan di perumahan sedangkan waktunya sudah larut malam. Ini semua tentunya menjadi domain tasawuf dan tasawuflah yang memiliki legitimasi dalam masalah etika dan estetika dalam beribadah dan bermuamalah. 

Lantas bagaimana dengan orang-orang yang mengatakan, “Kita kembali langsung kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah?” Baca dan klik artikelnya di sini.

Ketika fiqih memegang legitimasi dari segi hukum, tasawuf memegang kendali atas kualitas ibadah (khusyu’ tidaknya sholat, ikhlas tidaknya sedekah seseorang), maka dikenallah istilah yang dinamakan syariah, toriqoh dan hakikat sebagaimana dikemukakan oleh Imam Atho’illah dalam kitabnya; Al-Hikam. Orang yang hanya melihat ibadah dari maqom syariat saja karena belum sampai pada maqom thoriqoh, maka biasanya ia akan menganggap orang yang sudah sampai maqom tasawud beribadahnya menyimpang. Begitu pula sebaliknya, orang yang hanya melihat dari segi tasawuf tanpa ia mendalami makna tasawuf sendiri akan melihat orang yang dalam tahapan syariat adalah orang yang kurang beretika di dalam ibadahnya.

Hal tersebut dikarenakan, syariat dalam beragama memegang peranan yang simpel saja. Seperti sholat hanya dengan mengenakan penutup aurat saja, yaitu batas antara lutut dan pusat ia secara fiqih sudah dianggap sah, sedangkan dalam kacamata tasawuf orang yang demikian merupakan orang yang tidak memiliki etika dikarenakan ketika kita menghadap seorang pejabat saja harus mengenakan pakaian baik yang kita miliki apalagi sholat yang notabene adalam menghadap Sang Maha Pencipta. Sehingga diperlukan perpaduan antara syariat dan tasawuf dengan ilmunya masing-masing, jadi tidak asal-asalan saja. 
   

Sinergitas peran dan posisi fiqih dan tasawuf dalam Islam

Syariat dalam ibadah diibaratkan sebagai perahu atau kapal, toriqoh diibaratkan sebagai lautan dan hakikat atau haqiqoh diibaratkan sebagai mutiara. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Imam Atho’illah dalam kitabnya:

وَشَرِيْعَةٌ كَسَفِيَنةٍ وَالطَّارِقَةُ كَاالْبَحْرِ ثُمَّ الْحَقِيَقُة دُرٌّ غُلَى

"Syariat laksana bahtera, thoriqoh laksana lautan dan haqikat (haqiqoh) laksana untaian mutiara"

Dalam hal ini seseorang yang hendak mendapatkan mutiara sudah barang tentu ia harus menggunakan bahtera. Setelah ia memiliki bahtera barulah ia dapat berselancar mengarungi dalamnya samudera dan mengambil mutiara dari dalam lautan. 

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang sering berargumen tanpa dilandasi ilmu agama dengan mengatakan, “Saya kan bisa mendapatkan mutiara sebanyak dan sekehendak saya hanya dengan pergi ke toko mutiara saja.” Baca artikelnya klik di sini.

Akan tetapi kita juga perlu ingat bahwasanya sampai kapanpun yang namanya perahu tidak akan bisa berlayar manakala hanya ditaruh di daratan, tanpa membawanya ke lautan. Setelah sampai ke lautan ia haus menebar jaring, memasang alat-alat yang diperlukan agar ikan ataupun mutiara yang menjadi bidikannya dapat berhasil ditangkap dan dinaikkan ke atas kapal. Setalah hal ini dilakukan maka barulai ia dapat merasakan enaknya ikan yang ia tangkap, mendapatkan indahnya mutiara yang berhasil ia ambil dari dalam lautan. Begitulan hubungannya antara syariat, thoriqoh dan haqiqoh (hakikat). 

Orang yang telah mengikrarkan dirinya dengan kalimah syahadat, bahwasanya tidak ada Ilah (Tuhan) yang Pantas disembah selain Dia, dan bahwasanya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam adalah utusanya dengan mengucapkan:

اشهد ان لا اله الا الله واشهد ان محمدا رسول الله

Maka menurut Imam Atho’illah ia diibaratkan seperti orang sudah memiliki bahtera atau kapal. Akan tetapi ia tidak akan bisa menjalankan syariat agama Islam manakala ia tidak bisa menjalankan kapal yang ia miliki. Setelah ia berhasil menjalankan kapalnya di lautan (yang dalam posisi ini disebut toriqoh), maka ia pun harus terus menjaga kapalnya agar senantiasa dalam keadaan aman, tidak bocor di tengaah lautan dan tidak pecah saat dihantap badai. Ia juga harus memastikan semua kendali di dalam kapal berfungsi dengan baik, bahan bakarnya cukup serta ada orang atau nahkoda yang telah tersertifikasi yang dapat mengemudikan kapal tersebut. Sehingga dalam kapal atau syariah haruslan dilengkapi dengan Standar Operating Procedure (SOP) yang baik. Inilah gambaran kompleksitas syariah yang mengatur sedemikian banyaknya cakupan ibadah dan muamalah kita dalam kehidupan kita sehari-hari. 

Selanjutnya setelah kapal dipastikan dapat berlayar sesuai dengan SOP, maka agar ia dapat menghasilkan tangkapan ikan atau mendapatkan mutiara dari dalam lautan (yang dalam hal ini yaitu wushul dengan Allah Subhanahu Wata’ala) maka sudah seharusnya ia memahami karakteristik lautan, kedalamannya, di wilayah mana saja yang terdapat gunung es agar kapalnya tidak menabrak, serta di daerah mana saja yang terdapat kandungan mutiara dan ikan yang bisa ia tangkap. Sehingga dalam hal ini seseorang yang hendak wushul kepada Allah haruslah memahami ilmu toriqoh.

Dengan demikian dalam menjalankan syariat Islam, mutlak diperlukan sinergitas antara fiqih dan tasawuf serta peran masing-masing. Jadi tidak parsial atau berjalan sendiri-sendiri. Dengan sinergitas maka beribadah dapat berjalankan sesuai tuntunan akidah Islam yang benar, dan juga dalam pelaksanaan tidak kelihatan kaku.

Demikian semoga bermanfaat, mungkin Anda juga tertarik dengan artikel kami yang lain:

Source:
Kitab Al-Hikam Karya Imam Ibnu Atho'illah As-Skandary

Saturday, March 28, 2020

Cara Mengendalikan Stres

Stres dan Upaya Penanggulangannya



Sahabat syariatkita, himbauan untuk tetap tinggal di rumah masing-masing (stay at home) dalam upaya meminimalisir dan menangkal penyebaran covid-19 ini kian santer di gaungkan. Dan hal ini tidak terjadi di indonesia saja, melainkan di seantero jagad raya. Dampak yang muncul diantaranya yang dapat kita lihat dan yang mungkin kita rasakan pada diri kita salah satunya adalah stres

Stressor atau pemicu munculnya stres pada diri seseoramg tiada lain dikarenakan adanya dis-continuitas atau putusnya mata rantai kebiasaan yang dilakukan oleh manusia, yang mana hal tersebut terjadi sangat cepat, di luar planing, dan menuntut harus di lakukan.

Dalam artikel ini akan saya jelaskan secara detil upaya penanganan dan penanggulangan stres, agar kita tetap dalam kondisi stabil sehingga harapannya dengan kondisi stabil apapun yang terjadi pada diri dan lingkungan kita maka kita dapat menyikapinya dengan lebih arif dan bijaksana.

Note: 
Mohon dipahami susunan materinya agar poin-poin penanganan dan penanggulangan stres dapat kita lakukan dengan optimal:

1. Pengertian stress
2. Faktor-faktor pemicu stress
3. Tahapan stres
4. Reaksi tubuh terhadap stres
5. Penanggulangan stres
6. Terapi dalam penanggulangan stres

Silahkan isikan komentar Anda di kolom komentar (kolom bawah) jika artikel ini bermanfaat, atau mungkin ada materi yang perlu didiskusikan lebih lanjut.

cara mengendalikan stres

A. Pengertian Stress

Stres adalah respon tubuh terhadap setiap hal baru yang sifatnya tidak spesifik. Perlu digaris bawahi ya, jadi sifatnya tidak spesifik. Pemicu (stressor) tersebut selanjutnya direspon oleh syaraf-syaraf otak dan disalurkan ke seluruh anggota  tubuh. Faktor pemicu ini yaitu bisa berupa hal yang sifatnya positif atau negatif, menyenangkan atau sebaliknya.

Sekilas dari pengertian di atas nampaknya tidak ada permasalahan yang cukup berarti pada diri kita, artinya biasa-biasa saja. Karena memang itulah keadaanya. Akan tetapi stigma stres yang selama ini kita pahami adalah, bahwasanya stres cenderung bermakna konotatif, dimana kecenderunganya lebih ke arah yang negatif, sekalipun stressor atau stimulusnya adalah hal yang positif. Saya contohkan seperti ada orang yang stres karena ditinggal mati istrinya, istri selingkuh sehingga suami bunuh diri.

Sehingga stigma yang perlu kita bangun adalah, bagaimana megarahkan pola pikir kita yaitu dengan memahami makna stres agar dalam bertindak selalu ada hal yang sifatnya solutif dan berimplikasi baik terhadap disi kita. Terutama dalam menyikapi kebijakan baru terkait penanganan covid-19 atau virus korona yang melanda dunia saat ini. Karena mau bagaimanapun, stressor atau stimulus akan selalu menuntut tubuh kita untuk melakukan penyesuaian atau adaptasi. Dan disinilah pentingnya kita memenej stress agar “output yang dihasilkan selalu berimplikasi pada hal yang positif” terhadap diri kita.


B. Faktor-faktor Pemicu Stres

Sahabat syariatkita, sebagaina dijelaskan di atas bahwasanya pemicu stres (stressor) dapat berupa hal positif dan negatif. Akan tetapi jika kita gali lebih dalam, pastilah stressor atau stimulan tersebut sangatlah kompleks. Hal ini tentunya tidak terlepas dari profesi setiap orang, letak geografis, latar belakang budaya dan adat istiadat masing-masing.

Dari kompleksitas stressor yang sering muncul di masyarakat, dapat kita amati dari masalah-masalah sebagai berikut:

1. Masalah keuangan

Stressor utama yang sering muncul ditengan-tengah masyarakat adalah faktor keunga. Dimana hal ini merupakan espektasi yang lazimnya digadang-gadang oleh semua orang. Tak ayal dalam banyak problem muncul akibat stressor ini. Hal ini dapat terjadi manakala income atau output ekonomi seseorang lebih kecil daripada output yang dikeluarkan. Atau dengan bahasa lain tidak seimbangnya antara pemasukan dan pengeluaran.

2. Pekerjaan

Masalah pekerjaan ditengarai merupakan sumber stres kedua setelah masalah keuangan. Banyak orang yang menderita depresi dan kecemasan karena masalah pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok, mutasi, jabatan, kenaikan pangkat, pensiun, kehilangan pekerjaan (PHK), dan lain sebagainya.

3. Masalah keluarga

Fenomena masyarakat modern dan industri seperti sekarang ini, ternyata berimplikasi pada semakin ramainya lembaga perkawinan, mediasi atau fasilitator/konselor keluarga dalam menangani berbagai kasus. Diantaranya yaitu dalam masalah perkawinan. Adapun salah satu faktor yang menyebabkan krisis perkawinan adalah tidak diamalkannya nilai-nilai keislaman dalam rumah tangga, sehingga banyak terjadi pertengkaran, percekcokan, perselingkuhan, dan berakhir pada perceraian. 

4. Problem keluarga (peran orang tua dan anak)

Peranan orang tua di era milenial seperti sekarang ini tidaklah semudah pada zaman dahulu. Ini disebabkan karena tatanan sosial dan kondisi ekonomi yang sudah sangat berubah. Mungkin karena zaman dahulu perkembangan dunia industri belum sepesat sekarang, sehingga tuntutan anak terhadap orang tua sederhana berbeda denga nsekarang, dimana anak menuntut hal-hal atau sesuatu yang kadang di luar kapasitas orang tuanya. Dan hal ini rentan memunculkan konflik sosial yang berdampak pada stressing yang negatif.

5. Lingkungan hidup

Dunia industri yang mulai merambah ke pelosok negeri selain berdampak positif terhadap peyerapan tenaga kerja daerahm, akan tetapi juga rentan menimbulkan permasalahan di sektor lain. Hal tersebut dapat kita lihat dari kondisi lingkungan sekita pabrik yang terdampak polusi akibat proses produksi yang berlangsung. Apalaghi bagi industri yang dengan berbagai alasan mereka belum bisa merelokasi dirinya di kawasan perindustrian yang telah ditetapkan oleh pemerintah, tentunya hal ini menjadi preseden buruk bagi lingkungan sekitar.

6. Hubungan interpersonal

Hubungan antara seseorang dengan orang lain; baik perorangan/individual atau antar kelompok sosial yang tidak harmonis merupakan sumber stres yang paling besar. Hubungan ini dapat terjadi antara teman dekat atau kekasih, sesama rekan kerja, antara atasan dan bawahan dan lain sebagainya.

7. Masalah hukum

Salah satu tidak stressor yang terjadi di masyarakat adalah tidak ditegakkannya supremasi hukum. Hukum yang tebang pilih, putusan yang tidak jujur merupakan ketidakadilan yang menjadi sumber stres seseorang. 

8. Fase perkembangan

Tahapan perkembangan baik fisik maupun mental seseorang (siklus kehidupan) turut pula menjadi faktor stressor. Sebagai contoh, perubahan dari kanak-kanak ke masa remaja, dari remaja menuju masa dewasa, menopause, dan usia lanjut. Siklus-siklus ini manakala tidak dapat dilalui dengan adaptasi yang baik baikpastilah akan mengakibatkan stresser bagi yang  bersangkutan.

9. Faktor penyakit fisik

Penyakit fisik terutama yang kronis dan atau cidera yang berakibat disfungsi salah satu anggota tubuh, tentunya dapat pula menyebabkan stres pada diri seseorang.

Dari berbagai macam stressor sebagaimana di atas, yang perlu kita pahami dan kita garis bawahi adalah, selalu ada hubungan korespondensial atau keterikatan antara orang yang mengalami stres dengan keadaan (situation) yang terjadi pada dir iseseorang. Dan hal inilah yang memiliki peranan penting terhadap terjadinya faktor pemicu stres (stressor) seseorang.

Dengan keanekaragaman stressor tersebut, tentunya akan menghasilkan stres yang berbeda beda antara satu orang dengan yang lain. Ini karena memang watak bawaan manusia sejak lahir, dimana manusia itu memang diciptakan serba “ngewohake” (red. Jawa) sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an:

إِنَّ اْلإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا. إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا. وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا. إِلاَّ الْمُصَلِّينَ. الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلاَتِهِمْ دَائِمُونَ. وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ.

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir, apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalat.” (Q.S. Al-Ma’arij : 19-23)

Karakter bawaan manusia yang serba “menyulitkan” itulah yang perlu kita waspadai. Sehingga stressor apapun yang mempengaruhi pada diri kita insya Allah kita tetap bisa mengkondisikan diri menjadi yang terbaik. Dan hal ini hanya dapat dilakukan manakala kita bersabar. Dijelaskan dalam Al-Qur’an:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-Baqarah : 155)


Kesimpulan:
  • Stres terjadi karena adanya faktor pemicu atau stimulus baik dari dalam diri kita ataupun karena faktor dari luar (stressor). 
  • Stimulus bisa berupa hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan
  • Stres adalah suatu pola reaksi fisiologis dan psikologis yang terganggu terhadap kondisi yang mengancam kemampuan seseorang untuk mengatasinya
  • Stres terjadi jika seseorang merasa tidak sanggup mengatasi permasalahan yang menerpa dirinya


C. Tahapan Stres

Berdasarkan pengalaman psikiater, para ahli membagi stres ke dalam enam tahapan. Dan pada setiap tahapannya, yang bersangkutan (stressi) ternyata mampu mengetahui sejumlah gejala-gejalanya.

Adapun tahapan-tahapan tingkat stres yang dialami oleh stressi sebagaimana dikemukakan oleh psikiater Robert J. Van Amberg, sebagai berikut:

Stres tingkat ke-1

Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut :

  1. Semangat tinggi
  2. Penglihatan tajam tidak melebihi biasanya
  3. Gugup berlebihan 
  4. Mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya


Tahapan ini biasanya menyenangkan dan seseorang lalu bertambah semangat, tanpa disadari bahwa sebenarnya cadangan energinya sedang menipis.

Stres tingkat ke-2

Dalam tahapan ini, dampak stres yang menyenangkan perlahan-lahan mulai menghilang dari diri seseorang. Perkembangan selanjutnyta diikuti oleh keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Adapun keluhan-keluhan yang sering dikemukakan sebagai berikut :

  1. Merasa letih sewaktu bangun pagi
  2. Merasa lelah sesudah makan siang
  3. Merasa lelah menjelang sore hari
  4. Mengalami gangguan pada sistem pencernaan (gangguan usus, perut kembung), terkadang jantung berdebar-debar
  5. Perasaan tegang, terutama terjadi pada otot-otot punggung dan tengkuk (belakang leher)
  6. Badan sudan tidak bisa santai/rileks.


Stres tingkat ke-3

Pada tahapan ini keluhan keletihan semakin nampak disertai dengan gejala-gejala :

  1. Otot-otot mulai terasa tegang
  2. Gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mulas, sering ingin ke belakang)
  3. Perasaan tegang yang semakin meningkat
  4. Gangguan tidur (susah tidur, sering terbangun tengah malam dan sukar tidur kembali, atau bangun terlalu pagi)
  5. Badan terasa oleng, serasa mau pingsan akan tetapi tidak sampai jatuh pingsan


Pada tahapan ini, hendaknya penderita sudah harus berkonsultasi ke dokter ahli. Atau kalau tidak mau dapat mencoba sendiri dengan cara mengurangi beban pikiran, melakukan relaksasi dan beristirahat lebih banyak guna memulihkan suplai energi dalam tubuh.

Stres tingkat ke-4

Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :

  1. Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengerti diketahui penyebabnya
  2. Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini menjadi terasa menjenuhkan
  3. Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya
  4. Semakin sukar tidur, mimpi-mimpi menegangkan dan seringkali terbangun dini hari
  5. Kemampuan berkonsentrasi menurun tajam
  6. Perasaan negativistik; sering menyalahkan diri dan orang lain (serba salah)

Stres tingkat ke-5

Pada fase ini, biasanya stressi akan merasakan:
  1. Keletihan yang mendalam (physical and psychological exhaustion)
  2. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang mampu
  3. Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus) lebih sering, sukar buang air besar atau sebaliknya feses encer dan sering ke belakang
  4. Perasaan takut yang semakin menjadi, mirip panik


Stres tingkat ke-6

Fase ini merupakan tahapan puncak atau fase gawat darurat. Sehingga tidak jarang penderita atau stressi dalam tahapan ini dibawa ke ICCU. Adapun gejala-gejala pada tahapan ini cukup mengerikan, seperti:

  1. Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran
  2. Nafas sesak, (Jawa; megap-megap)
  3. Debaran jantung terasa amat keras, hal ini disebabkan zat adrenalin yang dikeluarkan, karena stres tersebut cukup tinggi dalam peredaran darah
  4. Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tidak kuasa lagi, pingsan atau collaps.


Tahapan-tahapan stres sebagaimana di atas, jika kita amati setidaknya terdapat dua aspek yang terdampak; yaitu aspek fisik dan psikis. Aspek fisik berupa kelelahan, sedangkan aspek psikis berupa kecemasan dan depresi. Hal tersebut terjadi lantaran cadangan energi fisik dan mental senantiasa mengalami penurunan secara terus-menerus.

D. Reaksi Tubuh terhadap Stres

Aspek fisik dan psikis yang terdampak stres pada diri seseorang, lama kelamaan akan membawa pengaruh pada tekanan mental atau beban hidup seseorang (stressor psikososial). Sehingga dalam tahapan semacam ini kondisi fisik stressi juga akan mengalami perubahan. Hal ini dapat kita lihat dari :

Rambut

Stressi biasanya akan mengalami perubahan fisik warna rambut yang semula berwarna pekat (bisa hitam atau lainnya), lambat laun akan mengalami perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan, kusam, rontok bahkan ubanan yang terjadi sebelum waktunya.

Mata

Penderita stres biasanya banyak mengalami gannguan penglihatan, seperti pandangan mata kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot mata mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus pada lensa mata.

Telinga

Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdengung (tinitus).

E. Langkah Penanggulangan Stres

Berdasarkan penjelasan tingkatan stres sebagaimana di atas, mulai dari tingkat yang paling ringan hingga tingkat yang paling berat, dapat diketahui bahwa reaksi tubuh stressi yang satu dengan yang lain dapat berbeda-beda dalam menanggapi stres. 

Karena perbedaan interpretasi atau perlakuan stressi terhadap stres yang dihadapi, maka perlu penanganan yang berbeda-beda pulai sesuai dengan gejala yang mungkin timbul. Adapun langkah awal yang bisa ditempuh antara lain:
  1. Melakukan identifikasi diri terhadap sumber-sumber atau gejala penyebab stres. Dengan demikian niscaya kita dapat lebih dapat menata emosi dan mengendalikan diri kita.
  2. Membina kedewasaan kepribadian melalui training-training, lembaga pendidikan dan pengalaman hidup yang pernah dijalani.
  3. Mengembangkan pola hidup sehat, seperti: Menyadari perbedaan antara keinginan dan kebutuhan, belajar mensyukuri dengan apa yang dimilikinya, makan secara teratur dan makan makanan yang bergizi, tidur secara teratur, kurang lebih 7-8 jam semalam, supaya dapat memulihkan segala keletihan fisik dan mental
  4. Berkonsultasi dan minta bimbingan kepada sahabat dekat, orang-orang yang lebih dewasa, psikolog, orang dewasa rohaninya dan sebagainya.
  5. Hindarkan sikap-sikap negatif yang dapat merugikan diri kita, seperti memberontak terhadap keadaan, sikap apatis, dan sering marah-marah. 
  6. Memperbanyak dzikir dan yukur atas limpahan nikmat dan karubia Allah SWT. Dengan memperbanyak dzikir, syukur dan mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta, niscaya kita akan dapat terhindar dari stres. Inilah inti pengendalian diri dari stres, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ra’du ayat 28 :


الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ. 

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Al-Ra’du : 28)

Langkah identifikasi dan antisipasi dini terhadap penanggulangan stres yang sebagaimana diatas diharapkan dapat membantu stressi dalam menanggulangi stres yang dihadapinya. Akan tetapi penanganan dan tidankan tersebut seyogyanya disesuaikan dengan kondisi mental dan daya tubuh stressi.

F. Macam-macam Terapi Penanggulangan Stres

Terapi Spiritual (Islam) 

Tidak dapat dipungkiri, sumber ketenangan segala ketenangan adalah dzikir kepada Allah SWT. sebagaimana ayat di atas. Dala mhal ini islam tentunya tidak hanya mengajarkan masalah dunia saja melainkan juga masalah jangka panjang (akhirat), dan itu semua tentunya bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis. Sehingga terapi Islam mempunyai dua tujuan yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. 

Tujuan jangka pendek terapi Islam adalah untuk menyembuhkan dan membebaskan manusia dari berbagai macam keluhan; baik fisik maupun psikis. Adapun tujuan jangka panjang terapi Islam yaitu untuk menumbuhkan kesadaran diri pada manusia dengan cara hidup yang Islami yang tercermin dari pola pikir, tingkah laku, iman yang meningklat yang ditandai dengan shalat, doa, dzikir dan puasa. 

Berikut ini beberapa terapi yang digunakan untuk menanggulangi stres menurut Islam:

a. Shalat

Shalat merupakan sarana dan media komunikasi seorang hamba dengan pencipta-Nya. Sehingga di dalam shalat terdapat kemampuan untuk mengurangi kecemasan karena di dalamnya terdapat lima unsur yaitu:

meditasi atau doa yang teratur, minimal lima kali sehari
relaksasi melalui gerakan-gerakan shalat
hetero atau auto sugesti dalam bacaan shalat
group-therapi dalam shalat jamaah, atau bahkan shalat sendirian minimal ada diri kita sendiri dan Allah.
Hydro therapi dalam mandi junub atau wudhu sebelum shalat

Shalat yang dilakukan dengan ikhlas dan khusyu’ niscaya akan dapat mendatangkan ketentraman jiwa manusia. Ketenangan itulah yang dapat meningkatkan ketahanan tubuh dan menghindarkan gangguan jiwa. Dengan shalat juga akan mendatangkan kebahagiaan, ketenangan hati dan pikiran, menghilangkan rasa cemas juga membawa perubahan fisik dan psikologis seseorang.  
.
b. Dzikir dan doa

Tidak diragukan lagi bahwa dzikir dan doa yang dilakukan secara berulang-ulang  dapat digunakan sebagai terapi. Hal ini dikarenakan dzikir sangat berguna bagi jiwa manusia yang dapat menghilangkan kesedihan, kesulitan dan rasa putus asa. Disebutkan dalam Al-Qur’an bahwad engan berdzikir atau mengingat Allah-lah hati akan menjadi tenang. Dalam hadis jug adisebutkan bahwa doa adalah pokok dari segala ibadah, doa juga sebagai senjata orang mukmin dalam menghadapi berbagaimacam problematika kehidupan. 

c.Puasa 

Puasa merupakan bentuk penyembuhan alami yang paling lama dikenal manusia. Sehingga rasulullah SAW bersabda:

صُوْمُوْا تَصِحُّوا

“Berpuasalah kalian agar sehat”

Banyak sekali manfaat yang terkandung dalam berpuasa terutama manfaat fisik. Hal ini dikarenakan selama berpuasa, aktifitas yang biasanya dilakukan oleh organ tubuh dalam mencerna makanan manjadi semakin berkurang yang memberikan kesempatan pada tubuh untuk menghilangkan bahan-bahan yang berlebihan dan memperbaiki sel-sel akibat metabolisme dalam tubuh. 

Terapi Relaksasi

Terapi dengan relaksasi biasanya diperuntukkan bagi orang yang mudah di sugesti (suggestible). Terapi dengan metode relaksasi yaitu dapat dilakukan dengan cara mengurangi ketegangan dalam tubuh yang sifatnya lebih individu.  Terapi ini berfungsi untuk mengurangi ketegangan yang dapat menimbulkan stres antara satu orang dengan orang lain. 

Metode ini juga dapat dilakukan secara mandiri, yaitu dengan cara melakukan istirahat secara teratur (santai sejenak), dengan tidur-tiduran, menonton televisi, jalan-jalan, rekreasi dan lain-lain yang dapat membuat kondisi tubuh menjadi rileks.

Terapi Suportif

Terapi ini bertujuan untuk memberikan dorongan moril dan semangat (motivasi) kepada seseorang agar tetap terjaga rasa percaya dirinya (self confidence). agar terhindar dari rasa putus asa, terhadap stimulus atau rangsangan yang mengarahkan dia menuju keterputus asaan.

Dengan demikian diharapkan stresse dapat kembali pulih rasa percaya dirinya, dan tertanan dalam dirinya bahwa ia mampu mengatasi setiap stressor (mtimulus) psikososial yang sedang dihadapinya. Dorongan dan motivasi tersebut yaitu dapat diperoleh dari lingkungan terdekat seperti keluarg, sahabat karib dan lain sebagainya. 


Demikian semoga bermanfaat, mungkin Anda juga tertarik dengan artikel kami yang lain:


Ref:
Hawari, Dadang. 1999. Al-Qur'an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa
Hawari, Dadang. 2004. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi, Jakarta: FKUI
Sholeh, Moh dan Musbikin, Imam. 2005. Agama Sebagai Terapi Telaah Menuju Ilmu Kedokteran Holistik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sangkan, Abu , 2005. Pelatihan Sholat Khusyu’, Jakarta: Baitul Ihsan

Thursday, March 26, 2020

Landasan Tawakal

Antara Tawakal dan Ilmu

Faktor pendorong tawakal

Sahabat syariatkita, dalam posisi serba tidak menguntungkan (dari berbagai aspek) kecenderungan manusia mendekatkan diri kepada Allah Sang Pencipta merupakan momentum yang selayaknya dan seharusnya dilakukan. Generasi milenial menyebutnya dengan ungkapan “kuat dilakoni ora kuat tinggal ngopi” nampaknya kata-kata ini mewakili kepasrahan seseorang dalam posisi ketidakberdayaannya menghadapi kondisi yang menghimpitnya.

"Pelajari makna tawalkal lebih dalam"

Kendati demikian, yang perlu kita waspadai adalah apakah kepasrahan kita menghadapi situasi sudah sesuai alur syariat sehingga kita lebih bisa dekat dengan Allah Subhanahu Wata’ala. Atau justru berbanding terbalik yang berarti seolah-olah kita dalam posisi kepasrahan akan tetapi justru berada di jalur setan sehingga kita berbuat kemaksiatan dengan Allah Subhanahu Wata’ala karena ia merasa sudah berusaha dan berdoa tapi kondisinya tidak kunjung membaik pula. (mudah-mudahan kita tergolong hamba yang mendapatkan nikmat tercukupi kebutuhan dunia kita dan bersyukur dan mampu tawakal ketika ditimpakan musibah dengan bersabar dan berserah diri kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Amin..)

landasan tawakal


Ilmu Sebagai Landasan Tawakal

Menurut Imam Ghazali orang yang senantiasa berserah diri kepada Allah dalam segala urusannya setelah ia merencanakan dengan baik, menjalankanya dengan maksimal dam menyerahkan hasil sepenuhnya kepada Allah Subhanahu Wata’ala sesungguhnya ia telah berada diantara sekian pintu dari pintu-pintu iman kepada Allah Subhanahu Wata’ala. 

Semua pintu-pintu iman itu tidak akan tertata baik dan seorang tidaklah mampu masuk kedalamnya melainkan dengan ilmu. Dengan demikian tawakah atau sikap pasrah seseorang terhadap Allah Subhanahu Wata’ala berbuah manis manakala didasari ilmu.

Tawakal dengan dilandasi ilmu dan amal yang menjadi buahnya serta segala sesuatu yang dapat membuahkan amal perbuatan, maka itulah yang dimaksudkan dengan Tawakal yang sesungguhnya. Ilmu yang melandasi kepasrahan seseorang, inilah yang merupakan pokok dari tawakal yang sebenarnya. Hal ini tentunya dikarenakan ketakwaan merupakan salah satu pintu keimanan kita kepada Allah Subhanahu Wata’ala, sedangkan iman sendiri perlu adanya at-tashdiq (membenarkan) kepada Allah Subhanahu Wata’ala, dan hal ini tidak bisa diraih kecuali dengan ilmu.

"Tawakal adalah kunci keberhasilan yang terlupakan"

Menurut Imam Ghazali apabila cahaya ilmu memancar kuat dalam hati seseorang, berarti ia telah sampai pada level yang disebut yakin. Dan pintu-pintu yakin itu hanya bersumber dari tauhid, yaitu kita meng-esakan Allah Subhanahu Wata’ala dalam segala ucapan dan perbuatan; yaitu dengan menyakini dengan sepenuh hati bahwa "laa ilaaha illa allahu wahdahu laa syariika lahu". 
لاَاِلَهَ الاّ الله وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ

"Tidak ada Tuhan kecuali Allah sendiri, tidak ada sekutu bagi-Nya"

Lebih lanjut Imam Al-Ghazali mengajarkan kepada kita bahwa jika iman sudah menyatu dengan kekuatan hati maka orang tersebut tidak akan berat menghayati ucapan, "lahul mulku" (bagi Allah adalah kerajaan)dilanjutkan dengan ucapan, "lahul hamdu" (bagi Allah segala puji) yang senantiasa menjadi landasan bersikap dan bertindak seseorang.

Kelengkapan interpretasi kedalaman ketawakalan seseorang manakala telah dilandasi dengan kalimat:

لاَاِلَهَ الاّ الله وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ

"Tidak ada Tuhan melainkan Allah Yang Maha Esa. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan, dan bagi-Nya segala puji. Dia adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu".

Menurut Imam Ghazali apabila kalimat tauhid telah terpatri dalam hati sanubari seseorang dan diaplikasikan dalam amal perbuatannya, maka telah sempurnalah imannya. Dan inilah landasan dan pokok tawakal yang sebenar-benarnya. 

Source:
Ihya' 'Ulum ad-Din, Dar al-Fikr, Beirut

Demikian semoga bermanfaat, mungkin Anda juga tertarik dengan artikel kami yang lain:


Dapatkan Artikel Kami Gratis

Ketik email Anda di sisi:

Kami akan mengirimkannya untuk Anda

Quality Content