Wednesday, March 25, 2020

Biografi Imam Malik Lengkap

BIOGRAFI IMAM MALIK 

 

NAMA DAN KEMULIAN NASAB IMAM MALIK


Beliau adalah Abu Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris al Asbahi. Dikenal Imam Mamik; sang perawi hadis dzobtut-tam dan tsiqqoh, sehingga karya beliau menjadi sangat fenomenal hingga saat ini. Beliau lahir di kota Madinah pada tahun 712 M dan wafat tahun 796 M.

Sebagaimana tokoh Arab yang lain, beliau berasal dari keluarga yang sangat terhormat, berstatus sosial tinggi, hingga ke kakek-kakek beliau. Kakek atau leluhur Imam Malik yaitu berasal dari Yaman, namun setelah nenek datuk-datuknya memeluk agama Islam, mereka pindah ke kota Madinah. Kemuliaan nasab Imam Malik menjadi sempurna ketika kakek beliau yang pertama memeluk agama Islam beliau bernama Abu Amir, tepatnya yaitu pada tahun ke-2 setelah Nabi Muhammad SAW hijrah menuju Madinah. Pada saat itu Madinah merupakan kota ilmu yang sangat terkenal, tak ayal ketika kakek-kakek beliau juga sangat berilmu karena tinggal di lingkungan yang sangat mendukung keilmuan saat itu. Sehingga tidak heran jikalau kakek beliau merupakan ulama terpandang di kota Madinah pada saat itu. 

biografi imam malik lengkap

ALIM SEJAK KECIL

Dalam usia beliau yang masih relatif muda, Imam Malik ternyata telah menguasai banyak disiplin ilmu. Kecintaan beliau terhadap ilmu menjadikan hampir seluruh hidupnya diabdikan dalam dunia pendidikan. Begitu alimnya Imam Malik sampai-sampai tidak kurang dari empat kepemimpinan khalifah mulai dari khalifahi Al-Mansur, Al-Mahdi, Hadi Harun, dan Al-Ma'mun, tercatat pernah menjadi murid beliau. Selain itu ulama besar seperti Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i pun pernah menimba ilmu dari Imam Malik. Belum lagi ilmuwan dan para ahli lainnya. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa murid beliau yang terkenal mencapai 1.300 orang.

Kendati beliau telah alim sejak kecil, akan tetapi sebagai ahlul ilmi beliau tidak mendapatkan serta-merta ayau sekonyong-konyong. Disebutkan dalam pengembaraan beliau mencari ilmu, Imam Malik diliputi oleh pengorbanan yang sangat luar biasa. Diriwayatkan sampai-sampai beliau rela mengorbankan apa saja demi ilmu yang beliau pelajarinya. Bayangkan sekaliber ulama besar Imam Malik ternyata beliau sampai harus rela menjual tiang rumahnya hanya untuk membayar biaya pendidikannya.


GURU-GURU IMAM MALIK

Sebagai ulama’ ahli hadis, beliau pertakali belajar dari kakeknya yang merupakan ulama ahli hadis Beliaupun turut menekuni pelajaran hadits kepada ayah dan paman-pamannya. 

Selain pada kakeknya, Imam Malik juga berguru kepada ulama-ulama terkenal di zamannya. Diantara guru-guru beliau yangterkenal adalah:

  • Nafi' bin Abi Nuaim
  • Ibnu Syihab az Zuhri
  • Abul Zinad
  • Hasyim bin Urwa
  • Yahya bin Said al Anshari, dan 
  • Muhammad bin Munkadir. 

Selain itu beliau juga berguru kepada Abdurrahman bin Hurmuz; ulama yang hidup di masa tabi'in ahli hadits, fikih, fatwa dan ilmu jadal (perdebatan). beliau juga berguru kepada Imam Jafar Shadiq dan Rabi Rayi.

KETEGASAN DAN KEDISIPLINAN IMAM MALIK

Karakteristik daripada pengajaran Imam Malik yang kita ketahui adalah disiplin, ketentraman, dan rasa hormat murid kepada gurunya. Prinsip ini senantiasa dijunjung tinggi oleh beliau sehingga beliau tidak segan-segan menegur keras murid-muridnya yang melanggar disiplin dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh beliua. Kendati beliau orang yang tegas dan disiplin dalam menyampaikan ilmu, bukan berarti beliau adalah orang yang kasar dan pemarah. Melainkan beliau Imam Malik adalah orang yang sangat ramah dan penuh kasih sayang. Dikisahkan pada suatu saat ketika Khalifah Mansur sedang membahas sebuah hadits disampaikan dengan nada agak keras. Sang imam marah dan berkata, ''Jangan melengking bila sedang membahas hadits Nabi.'' 

"Seyogyanya Muridlah yang mendatangi sumber ilmu yaitu guru, bukan malah guru yang datang menjemput sang murid; Imam Malik"

Sikap tegas Imam Malik bukan bukan hanya untuk masyarakat kecil atau biasa saja, melainkan beliau tegas pula terhadap penguasa atau pemerintahan yang nyata-nyata perangainya menyimpang dan tidak sejalan dengan aqidah Islamiyah. Apapun resikonya, Imam Malik tetap menentang tanpa takut risiko yang dihadapinya. 

Pernah suatu saat Ja'far; gubernur Madinah saat itu yang masih keponakan Khalifah Abbasiyah; Al Mansur, meminta kepada seluruh penduduk Madinah melakukan bai'at (janji setia) kepada khalifah. Namun, Imam Malik yang saat itu baru berusia 25 tahun merasa tidak mungkin penduduk Madinah melakukan bai'at kepada khalifah yang tidak disukai oleh warganya. Ia pun mengingatkan gubernur tentang tak berlakunya bai'at tanpa keikhlasan seperti tidak sahnya perceraian yang dilakukan karena terpaksa. 

Ja'far meminta kepada Imam Malik agar tidak menyebarluaskan pandangannya tersebut kepada masyarakat, akan tetapi beliau ptetap pada prinsipnya. Gubernur Ja'far merasa terhina sekali. Ia pun memerintahkan pengawalnya menghukum dera Imam Malik sebanyak 70 kali. Dalam kondisi berlumuran darah, sang imam diarak keliling Madinah dengan untanya. Dengan peristiwa ini, Ja'far seakan mengingatkan kepada seluruh masyarakat bahkan kepada ulama yang mereka hormati, jika tidak ada hal yang dapat menghalangi kehendak sang penguasa.

Ketegasan beliau juga terlihat ketika Khalifah Bani Abbasiyyah; Harun Al-Rasyid, tertarik mengikuti ceramah Kitab Beliau Al-Muwatta'. Dalam hal ini, khalifah tidak hadis di majlis Imam Malik akan tetapi beliau mengutus seorang memanggil Imam Malik agar datang ke rumahnya namun Imam Malik memberikan nasihat kepada Khalifah Harun, ''Rasyid, dengan bertaka, “leluhur Anda adalah orang yang selalu melindungi pelajaran hadits, mereka amat menghormatinya. Bila sebagai khalifah Anda tidak menghormatinya, tak seorang pun akan menaruh hormat lagi. Manusia yang mencari ilmu, sementara ilmu tidak akan mencari manusia.''

Mengetahui kelakuan Ja’far; gubernur Madinah yang masih keponakan Khalifah Mansur, yang berlaku semena-mena kepada rakyatnya terutama kepada Imam Malik, khalifah Mansur-pun segera mengirim utusan untuk menghukum keponakannya dan memerintahkan untuk meminta maaf kepada sang imam. Untuk menebus kesalahan itu, khalifah meminta Imam Malik agar bermukim di kota Baghdad dan menjadi salah seorang penasihatnya. Sebagai fasilitas khalifah juga mengirimkan uang sebesar 3.000 dinar untuk keperluan perjalanan sang imam. Kendati demikian, hal ini ditolak oleh Imam Malik lebih suka tidak meninggalkan kota Madinah. Hingga akhir hayatnya, ia tak pernah pergi keluar Madinah kecuali untuk menunaikan ibadah haji. 

KARYA MONUMENTAL IMAM MALIK

Kitab Al-Muwatta' adalah kitab hadis karangan Imam Malik yang dihimpun dari sumber hadis-hadis sahih pilihan. Karya beliau dijadikan rujukan di seantero dunia pendidikan terutama di lingkungan pesantren. Al-Muwatta’ menjadi rujukan penting, khususnya di kalangan pesantren dan ulama kontemporer. Karya terbesar Imam Malik ini dinilai memiliki banyak keistimewaan. Ia disusun berdasarkan klasifikasi fikih dengan memperinci kaidah fikih yang diambil dari hadits dan fatwa para sahabat. 

Dunia Islam mengakui Al-Muwatta' sebagai salah satu karya terbaik yang tak ada duanya. Hal tersebut dikarenakan kitab Al-Muwatta’ merupakan kitab dengan sanad hadis pilihan yang mana sebelumnya kitab ini memuat 10 ribu hadits. Akan tetapi setelah melakukan penelitian lebih mendalam terhadap sanad dan rawi hadis Imam Malik hanya memasukkan 1.720 hadis saja. 

Selain kitab Al-Muwatta', Imam Malik juga menyusun kitab yang bernama Al-Mudawwanah Al-Kubra, yaitu kitab yang berisi fatwa-fatwa dan jawaban Imam Malik atas berbagai persoalan. 

PENINGGALAM IMAM MALIK

Tidak hanya karya monumental, Imam Malik juga meninggalkan warisan yang dijadikan sebagai pedoman dan rujukan dalam menjalankan syariat Islam. Tinggalan tersebut adalah pandangan fikih yang dijadikan rujukan keagamaan di kalangan Islam Sunni, yang disebut sebagai Mazhab Maliki. Selain fatwa-fatwa Imam Malik dan Al Muwatta', kitab-kitab seperti. 

Madzhab Maliki selain dikenal dengan konsistensinya dalam memegang teguh hadits sahih sebagai rujukannya, mazhab ini juga dikenal amat mengedepankan aspek kemaslahatan dalam menetapkan hukum. Urutan sumber hukum yang dikembangkan dalam Mazhab Maliki adalah Al-Qur'an, Sunnah Rasulullah SAW, amalan sahabat, tradisi masyarakat Madinah (amal ahli al Madinah), qiyas (analogi), dan Maslahah Mursalah (kemaslahatan yang tidak didukung atau dilarang oleh dalil tertentu). 

Sebagai madzhab yang sahih, mazhab Maliki pernah dijadikan mazhab resmi di kota-kota besar di jazirah Arab seperti; Mekah, Madinah, Irak, Mesir, Aljazair, Tunisia, Andalusia (kini Spanyol), Marokko, dan Sudan. 

0 Komentar:

Post a Comment

Dapatkan Artikel Kami Gratis

Ketik email Anda di sisi:

Kami akan mengirimkannya untuk Anda

Quality Content