Pentingnya Ikhtiyar & Tawakal Menghadapi Virus Corona
Sahabat syariatkita, dilihat dari segi bahasa tawakal berarti; pasrah, berserah diri kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Bagi kaum muslimin, penggunaan kata tawakal pastilah sudah menjadi konsumsi harian dan sudah sangat familiar. Akan tetapi kendatipun demikian, penggunaan kata dan istilah tawakal yang sudah sangat familiar di telinga kita dan telah mendarah daging, kadang belum bisa kita imbangi pendalaman makna yang terkandung di dalamnya sehingga esensi dari tawakal itu sendiri bisa jadi berbeda dari makna asli yang diharapkan. Terlebih kita yang tahun ini (mulai Februari 2020) digemparkan dengan pandemi yang sangat mematikan yaitu virus corona (covid 19). banyak orang megatakan kita yan penting takwa kepada Allah, tanpa tahu lebih dalam bagaimana esensi takwa kepada Allah harus kita jalankan.
Lebih dalam ketika kita hanya melihat arti tawakal Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, maka kita hanya akan menemukan arti; pasrah diri kepada kehendak Allah dan percaya sepenuh hati kepada Allah (Depdiknas, 2002). Sedangkan jika kita melihat dalam Kamus Modern Bahasa Indonesia, kita hanya akan menjumpai arti kata “tawakal” yaitu segala usaha sudah dilakukan maka harus orang menyerahkan diri kepada Allah yang Mahakuasa (Muhammad Zain, tth). Dari sinilah maka dalam artikel ini penulis akan menjelaskan secara detil bagaimana aplikasi takwa dalam kehidupan kita sehari-hari agar kit abisa meresapi makna tawakal dan menjalankannya dengan benar dan sesuai dengan ajaran agama kita.
Pentingnya Iktiyar Menangani Vandemi Corona
Dari segi terminologi dan penggunaan istilah tawakal, terdapat berbagai macam “pendapat” dengan interpretasinya masing-masing.
Imam Qusyairi
Dalam bukunya yang berjudul Risalah Qusyairiyyah beliau menjelaskan bahwa syarat tawakal sebagaimana yang diungkapkan oleh Abu Turab An-Nakhsyabi adalah melepaskan anggota tubuh dalam penghambaan, menggantungkan hati dengan ketuhanan, dan bersikap merasa cukup. Apabila dia diberikan sesuatu, maka dia bersyukur, dan apabila tidak, maka dia bersabar.
Dzun Nun Al-Mishri
Menurut beliau yang dimaksud tawakal adalah meninggalkan hal-hal yang diatur atau dikuasai oleh nafsu dan melepaskan diri dari daya upaya dan kekuatannya. Menurut beliau seseorang akan dapat memperkuat ketawakalannya apabila ia mengerti bahwa Allah selalu mengetahuinya dan melihat segala sesuatu yang ia lakukan.
Sahl bin Abdullah
Beliau menganalogikan bahwa tawakal tak ubahnya seperti mayat yang hendak dimandikan. Disiram air, dipaikan sabun dan wewangian, dan dibersihkan dari segala kotoran dari badannya sepenuhnya terserah orang yang memandikannya. Ia sama sekali tidak bisa melakukan protes dan request, ia hanya pasrah terhadap yang memandikan apapun itu yang terjadi Hal ini mengandung pengertian yang sangat mendalam, bahwa tawakal adalah terputusnya kecenderungan hati kepada selain Allah.
Hasyim Muhammad
Dalam bukunya yang berjudul "Dialog Tasawuf dan Psikologi" beliau menjelaskan bahwa tawakal adalah memotong hubungan hati dengan selain Allah. Ini tentunya mengandung makna yang masih sangat global, dimana seluruh aktifitas hidup hanya disandarkan pada Allah semata.
M. Hasbi Ash-Shiddieqy
Menurut beliau seorang yang tawakal adalah orang yang menyerahkan diri kepada Allah dan berpegang teguh kepada-Nya.
Sahabat syariatkita, dari beberapa definisi di atas telah jelas bagi kita bahwasanya dalam menghadapi segala musibah termasuk vandemi virus korona yang sangat luar biasa ini, maka kita tidak hanya “pasrah buta” saja. Yang berarti kita tetap melakukan segala aktifitas diluar ruangan, abai terhadap anjuran dan intruksi pemerintah tanpa melakukan ikhtiyar lain. Karena Al-Qur’an mengajarkan kepada kita sebagaimana Firman Allah:
اطيع الله واطيع الرسول والى الأمر منكم
“Taatlah kepada Allah, rasul dan pemerintah”
Dari penjelasan di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa dalam bertawakal kita semuanya haruslan menyerahkan semua perkara kepada Allah Subhanahu Wata’ala dengan senantiasa berdoa, melakukan ikhtiar atau usaha semaksimal mungkin yang bisa kita lakukan. Tetap berhati-hati, bertindak sesuai dengan sunnatullah (kalau dalam instansi ya sesuai dengan SOP) dan selebihnya kita menyerahkan hasil apapun yang terjadi kepada Allah serta berserah diri sepenuhnya kepada-Nya sebagai sang Maha Pencipta dan sang Maha Kuasa terhadap segalanya.
Demikian semoga bermanfaat, mungkin Anda juga tertarik dengan artikel kami yang lain:
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete