Antara Tawakal dan Ilmu
Faktor pendorong tawakal
Sahabat syariatkita, dalam posisi serba tidak menguntungkan (dari berbagai aspek) kecenderungan manusia mendekatkan diri kepada Allah Sang Pencipta merupakan momentum yang selayaknya dan seharusnya dilakukan. Generasi milenial menyebutnya dengan ungkapan “kuat dilakoni ora kuat tinggal ngopi” nampaknya kata-kata ini mewakili kepasrahan seseorang dalam posisi ketidakberdayaannya menghadapi kondisi yang menghimpitnya.
"Pelajari makna tawalkal lebih dalam"
Kendati demikian, yang perlu kita waspadai adalah apakah kepasrahan kita menghadapi situasi sudah sesuai alur syariat sehingga kita lebih bisa dekat dengan Allah Subhanahu Wata’ala. Atau justru berbanding terbalik yang berarti seolah-olah kita dalam posisi kepasrahan akan tetapi justru berada di jalur setan sehingga kita berbuat kemaksiatan dengan Allah Subhanahu Wata’ala karena ia merasa sudah berusaha dan berdoa tapi kondisinya tidak kunjung membaik pula. (mudah-mudahan kita tergolong hamba yang mendapatkan nikmat tercukupi kebutuhan dunia kita dan bersyukur dan mampu tawakal ketika ditimpakan musibah dengan bersabar dan berserah diri kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Amin..)
Ilmu Sebagai Landasan Tawakal
Menurut Imam Ghazali orang yang senantiasa berserah diri kepada Allah dalam segala urusannya setelah ia merencanakan dengan baik, menjalankanya dengan maksimal dam menyerahkan hasil sepenuhnya kepada Allah Subhanahu Wata’ala sesungguhnya ia telah berada diantara sekian pintu dari pintu-pintu iman kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Semua pintu-pintu iman itu tidak akan tertata baik dan seorang tidaklah mampu masuk kedalamnya melainkan dengan ilmu. Dengan demikian tawakah atau sikap pasrah seseorang terhadap Allah Subhanahu Wata’ala berbuah manis manakala didasari ilmu.
Tawakal dengan dilandasi ilmu dan amal yang menjadi buahnya serta segala sesuatu yang dapat membuahkan amal perbuatan, maka itulah yang dimaksudkan dengan Tawakal yang sesungguhnya. Ilmu yang melandasi kepasrahan seseorang, inilah yang merupakan pokok dari tawakal yang sebenarnya. Hal ini tentunya dikarenakan ketakwaan merupakan salah satu pintu keimanan kita kepada Allah Subhanahu Wata’ala, sedangkan iman sendiri perlu adanya at-tashdiq (membenarkan) kepada Allah Subhanahu Wata’ala, dan hal ini tidak bisa diraih kecuali dengan ilmu.
"Tawakal adalah kunci keberhasilan yang terlupakan"
Menurut Imam Ghazali apabila cahaya ilmu memancar kuat dalam hati seseorang, berarti ia telah sampai pada level yang disebut yakin. Dan pintu-pintu yakin itu hanya bersumber dari tauhid, yaitu kita meng-esakan Allah Subhanahu Wata’ala dalam segala ucapan dan perbuatan; yaitu dengan menyakini dengan sepenuh hati bahwa "laa ilaaha illa allahu wahdahu laa syariika lahu".
لاَاِلَهَ الاّ الله وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ
"Tidak ada Tuhan kecuali Allah sendiri, tidak ada sekutu bagi-Nya"
Lebih lanjut Imam Al-Ghazali mengajarkan kepada kita bahwa jika iman sudah menyatu dengan kekuatan hati maka orang tersebut tidak akan berat menghayati ucapan, "lahul mulku" (bagi Allah adalah kerajaan)dilanjutkan dengan ucapan, "lahul hamdu" (bagi Allah segala puji) yang senantiasa menjadi landasan bersikap dan bertindak seseorang.
Kelengkapan interpretasi kedalaman ketawakalan seseorang manakala telah dilandasi dengan kalimat:
لاَاِلَهَ الاّ الله وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ
"Tidak ada Tuhan melainkan Allah Yang Maha Esa. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan, dan bagi-Nya segala puji. Dia adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu".
Menurut Imam Ghazali apabila kalimat tauhid telah terpatri dalam hati sanubari seseorang dan diaplikasikan dalam amal perbuatannya, maka telah sempurnalah imannya. Dan inilah landasan dan pokok tawakal yang sebenar-benarnya.
Source:
Ihya' 'Ulum ad-Din, Dar al-Fikr, Beirut
Demikian semoga bermanfaat, mungkin Anda juga tertarik dengan artikel kami yang lain:
- Pengertian Dakwah
- Tujuan Dakwah Islamiyah
- Hukum Riba dan Bunga Bank
- Cinta Dalam Perspektif Tasawuf
- Pengertian dan Syarat Rukun Wakaf
- Virus Corona dalam Perspektif Al-Qur'an
- Cara Menyikapi Vandemi Corona Sesaui Tuntunan Syariat
- Peristiwa Isra' Mi'raj Lengkap
0 Komentar:
Post a Comment