Islam dalam Pengambilan Keputusan

Islam adalah agama yang "Rahmatan Lil 'Alamin", keberadaanya membawa kedamaian bagi umat semesta alam. Hal ini dapat kita lihat diantaranya dalam pengambilan keputusan kita dilarang dalam kondisi labil.

Kebenaran yang Dilematis

Kebenaran dalam beberapa hal ternyata tidak selalu berdampak baik bagi pelakunya. Dalam konteks ini kita harus tetap menyampaikan kebenaran tersebut sekalipun dilematis buat kita

Islam dan Olah Raga

Disebutkan bahwa, "Orang mukmin yang kuat lebih baik dan dicintai oleh Allah SWT., daripada mukmin yang lemah" So, keep healty, keep financial and pray

Lengkapilah Agamamu dengan Menikah

Salah satu ibadah yang enak dan berpahala banyak adalah melangsungkan pernikahan. Bagaimana tidak, karena nikah merupakan salah satu sunah para rasul "Sunanun min Sunanil Mursalin"

Memilih Teman

Teman menjadi orang yang paling mewarnai hidup kita, baik deri segi sikap tindakan dan sikap mental seseorang. Olehkarena itu Islam mengajarkan agar dalam bergaul kita benar benar berhati-hati karena "Al-Mu'asyarotu Muatsiroh"

Thursday, April 30, 2020

Apa Yang Dimaksud Amar Ma'rûf Nâhî Munkar

Apa Yang Dimaksud Amar Ma'rûf Nâhî Munkar


Pengertian Amar Ma'rûf Nâhî Munkar

Sahabat syariatkita, banyak orang bertanya masalah amar ma'ruf nahi munkar, bagaimanakah dengan kita? Tahukah kita perbedaan amar ma'ruf nahi munkar dengan dakwah? Apa relevansinya dengan dakwah Islamiyah?  Jika Anda ingin mengetahuinya silahkan disimak artikel ini sampai selesai, bagi Anda yang mendapatkan kemanfaatan dari artkel ini silahkan bisa berkontribusi d kolom komentar, atau Anda yang menginginkan update artikel dari kami bisa subscribe dengan mengisikan alamat email Anda. Gratis.

Amar Ma'rûf Nâhî Munkar

Sahabat syariatkita, di dalam Al-Qur'an jika kita teliti terdapat 38 kata yang berafiliasi pada kata al-ma'rûf dan terdapat 16 kata al-munkar.

Kata munkar sendiri biasa diartikan sebagai segala sesuatu yang dianggap buruk, jelek dan dibenci oleh syari'at. Kata mungkar ini mengacu yaitu pada seluruh sesuatu yang mengandung unsur "dilarang". Adapun kata ma'ruf biasa diartikan sebagai segala sesuatu yang diperintahkan oleh syariat.

==> Baca Juga: 

Dari sudut pandang terminologi, amar ma'ruf nahi munkar dapat diartikan dengan upaya menyuruh kepada kebaikan, mencegah dari kemungkaran. Pengertian amar ma'ruf nahi mungkar biasa digunakan sebagai upaya menyeru kepada jalan Allah Subhanahu Wata'ala dengan memerintahkan perkara yang baik (diperintahkan syariat) dan mencegah sesuatu yang munkar (bertentangan dengan syariat).

Mengenai hal ini, Abul A'la al Maududi menjelaskan amar ma'ruf nahi munkar dalam bukunya sebagai berikut:
"Istilah ma'rufat (jamak dari ma'ruf) menunjukkan makna "semua kebaikan". Kebaikan dan sifat-sifat yang baik yang sepanjang masa diterima oleh hati nurani manusia sebagai sesuatu yang baik (good). Sebaliknya, istilah munkarat (jamak dari munkar) menunjukkan semua dosa dan kejahatan-kejahatan yang sepanjang masa telah dikutuk.

Amar Ma'rûf Nâhî Munkar dalam Al-Qur'an

Mengenai kewajiban amar ma'ruf nahi munkar, Allah Subhanahu Wata'ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

"Sesungguhnya Allah menyuruh untuk berlaku adil dan berbuat kebaikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang kamu dari perbuatan keji, munkar, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (Q.S. An-Nahl: 90)

Berdasarkan ayat di atas, setidaknya terdapat tiga perbuatan yang dilarang di dalam syariat, yakni berbuat keji (Al-Fahsya'), melakukan kemunkaran (Al-Munkar), dan menciptakan permusuhan atau penyimpangan dengan syariat (A-Bagy).

Dengan demikian amar ma'ruf nahi mungkar sesuai dengan perintah Allah Subhanahu Wata'ala sebagaimana ayat di atas haruslah mencakup 3 aspek yang mana satu sama lain saling terkait. Artinya kita tidak dibenarkan hanya menjalankan salah satu dari ketiga aspek di atas dan meningalkan aspek yang lain.

Di dalam ayat yang lain Allah Subhanahu Wata'ala Berfirman:

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (Q.S. Ali Imran: 104)

Dalam ayat di atas, antara kata amar ma'rûf nâhî munkar disebutkan secara lengkap. Ayat di atas mengandung beberapa pengertian antara lain:

  1. Kewajiban melaksanakan amar ma'ruf nahi mungkar dalam suatu kelompok.
  2. Domain daripada amar ma'ruf nahi mungkar meliputi; menyeru pada kebaikan, menyuruh pada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar.
  3. Orang yang beruntung adalah mereka yang melaksanakan amar ma'ruf (perbuatan baik yang diperintahkan oleh syariat) dan mencegah perbuatan mungkar (dosa yang dilarang oleh agama).

 Dalam ayat yang lain disebutkan:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." (Q.S. Ali Imran: 110)

Adapun dalam ayat 110 dari surat Ali Imran sebagaimana di atas terdapat 3 pengertian; yaitu:

  1. Umat Islam adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia. 
  2. Sebagai umat terbaik, maka kewajiban umat Islam adalah melakukan amar ma'ruf dan mencegah dari yang munkar 
  3. Beriman kepada Allah subhanahu Wata'ala dengan tidak menpersekutukan dengan apapun.

Dengan demikian, setiap umat sebagaimana ayat di atas memiliki kewajiban melakukan amar ma'ruf nahi munkar. Mengenai hal ini kewajiban amar ma'ruf dan nahi mungkar para ulama berbeda pandangan ada yang mengatakah secara keseluruhan dan ada yang mengatakan sebagian; yang artinya jikalau sebagaian dari masyarakan ada yang sudah melakukan amar ma'ruf nahi mungkar maka gugur kewajiban tersebut bagi umat yang lain. Hal ini adalam merupakjan penafsiran mereka sebagaimana dalam Surah Ali Imran ayat yang 104. Lebih lengkapnya silahkab baca: Dasar Hukum Dakwah

Penjelasan lebih lanjut mengenai pengertian amar ma'rûf nâhî munkar dapat dijumpai dalam Q.S. At-Taubah ayat 71 dan 112 sebagai berikut:

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong dari sebagian lainnya. Mereka menyuruh mengerjakan yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (Q.S. At-Taubah: 71)

Dalam ayat di atas, yang menjadi esensi daripada Tujuan Dakwah Islamiyah adalah bahwasanya seorang mukmin hendaklah saling tolong menolong dalam masalah amar ma'ruf nahi munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan dalam melakukan ketaatan kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Jika hal tersebut telah dilakukan maka Allah akan memberikan rahmat-Nya kepada mereka.

Selanjutnya dalam Q.S. At-Taubah ayat 112, disebutkan:

التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدُونَ الآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ

"Mereka itu (yakni orang-orang yang telah mukmin) adalah orang-orang yang bertobat, yang memuji Allah, yang ruku' dan sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah perbuatan yang munkar dan memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu" (Q.S. At-Taubah: 112)

Berdasarkan ayat-ayat dakwah sebagaimana disebutkan di atas, maka dapat dikemukakan suatu kesimpulan sederhana bahwa menegakkan kebajikan dan melaksanakan amar ma'rûf nâhî munkar adalah esensi dari tugas dakwah yang diemban manusia.

Bagaimana Melakukan Amar Ma'rûf Nâhî Munkar

Ayat-ayat Al-Qur'an sebagaimana di sebutkan di atas secara keseluruhan menunjukkan kewajiban mengenai amar ma'ruf (memerintahkan kebaikan menuju jalan Allah) dan nahi munkar (mencegah kemungkaran berupa segala yang dilarang oleh Allah).

Dalam hal ini terdapat pendangan di atara golongan dalam pelaksanaan amar ma'ruf nahi munkar tersebut. Adapun pandangan tersebut menurut mereka adalah:

Aliran Mu’tazilah

Dalam kewajiban amar ma'ruf nahi munkar ini, mereka berpendapat bahwa kewajiban tersebut haruslah dijalankan oleh setiap orang Islam tanpa pengecualian.Sejarah menunjukkan betapa gigihnya orang-orang mutazilah dalam mempertahankan Islam dan memberantas kesesatan-kesesatan yang tersebar luas pada permulaan khalifah bani Abbasiyyah.

Aliran Asy'ariyah          

Adapun dalam perspektif Asy'ariyah tentang mengatasi perilaku munkarat sangat berbeda dengan prinsip Mu’tazilah. Dalam prinsipnya Asy'ariyah tidak menggunakan kekerasan melainkan kebijaksanaan dan anti kerasan sepanjang pihak tersebut tidak memerangi.
   
Kewajiban amar ma'rûf nâhî munkar tidak hanya ditunjukkan dalam Al-Qur'an, namun beberapa hadits mengisyaratkan tentang kewajiban tersebut antara lain:

عن ابى شعيد الخدرى رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله ص.م. يقول مَنْ رأى منكم منْكرا فلْيغيِرْه بيده فإنْ لم يسْتطعْ فبلسانه فإنْ 
لم يسْتطعْ فبقلْبه وذلك أَضْعف الْإيمان                                
              
ِِ"Dari Abu Syaid Al-Khudri RA, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: barang siapa di antara kalian melihat suatu perbuatan munkar, hendaklah ia bertindak dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka bertindak dengan lidahnya, dan jika ia tidak mampu hendaklah ia bertindak dengan hatinya; dan itu adalah selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim)

Dengan demikian, maka dengan mengacu pada hadis sebagaimana di atas, tata cara urutan melakukan amar ma'ruf nahi munkar adalah sebagai berikut:

  1. Amar ma'ruf nahi munkar dengan power (kekuatan)
  2. Amar ma'ruf nahi munkar dengan lisan (tutur kata), dan
  3. Amar ma'ruf dengan hati (pengingkaran dalam hati)
Adapun poin pertama yaitu amar ma'ruf nahi munkar dengan kekuatan yaitu bisa dilakuka oleh orang Islam yang memiliki otoritas atau jabatan. Maka yang demikian ini ia harus dan berkewajiban menggunakan jabatan dan kekuatan yang ia miliki untuk amar ma'ruf nahi munkar. Artinya jikalau mereka mendapati lingkungan sekitar atau lingkungan kerjanya ada perbuatan yang berseberangan dengan ajaran agama maka ia wajib melakukan amar ma'ruf nahi munkar dengan cara menegakkan peraturan atau membuat peraturan yang sesuai dengan aturan agama.

Poin yang kedua adalah, bagi kaum muslimin yang tidak memiliki kekuatan maka mereka tetap berkewajiban melakukan amar ma'ruf nahi mungkar dengan posisi yang memungkinkan bagi mereka seperti memberi wejangan yang baik atau melakukan amar' ma'ruf nahi munkar dengan ceramah dan memberikan nasehat atau tutur kata yang baik jikalau melihat suatu kemungkaran.

Adapun golongan yang ketiga yaitu dilakukan oleh umat Islam manakala mereka tidak memenuhi persyaratan yang pertama dan kedua; artinya mereka mau melakukan amar ma'ruf  nahi munkar akan tetapi tidak memiliki jabatan atau tidak memiliki kekuatan cukup, sedang kalau dengan kata-kata saja mereka takut jika justru timbul mudharat yang lebih besar, seperti adanya ancaman yang membahayakan bagi dirinya. 

Maka dengan demikian ia diperkenankan melakukan amar ma'ruf nahi munkar dengan cara yang ketiga yaitu melalui hatinya. Artinya jikalau setiap melihat kemunkaran maka ia waji ingkar dengan hati, dan hal ini adal kadar iman yang paling rendah. Artinya manakala kelompok ketiga ini jikalau melihat kemungkaran akan tetapi hatinya tidak ingkar, atau justru malah senang maka lenyaplah sudah keimanannya, atau sama saja keimanan dalan dirinya telah hilang. 

Sunday, April 26, 2020

7 Omong Kosong Dalam Agama

7 Omong Kosong Dalam Agama


Sahabat syariatkita, sepintas Tagline kita kali ini agak berbeda dengan sebelumnya ya.. yaitu "Omong Kosong." Masih ditamb ahlagi yaitu dalam agama. Lantas apa itu omong kosong dalam agama? Apakah maksudnya adalah pengertian omong kosong dalam perspektif agama? atau hal lain. yang jelas tentunya dimanapun kita pernah mendengar istilah "Omdo" kan? atau omong doang. Tapi ini bukan kaitanya dengan janji lo ya... Pengen tahu dan penasaran apa omong kosong dalam agama itu? Yuk simak artikelnya.

7 Omong Kosong Dalam Agama

Jadi sahabat, ada 7 perkara yang mana tidak bermanfaat sama sekali jikalau tidak dibarengi dengan 7 perkara yang lain. Sehingga hal ini lazim disebut dengan "omong kosong." Lantas apa saja omong kosong dalam agama? Berikut penjelasannya.

1. Takut kepada Allah Subhanahu Wata'ala akan tetapi tidak takut maksiat

Orang yang telah megikrarkan dirinya takut kepada Allah (الخوف) akan tetapi tidak takut melakukan dosa (الحذر). Dalam hal ini, orang yang mengaku dan mengikrarkan dengan lisannya, bahkan kowar-kowar kemana-mana akan tetapi maksiatnya jalan, ia sama sekali tidak menyudahi dan menjauhi perbuatan yang di larang oleh agama. Maka perkataanya adalah kebohongan belaka, alias omong kosong.

==> Baca Juga: 

Hal tersebut dikarenakan orang yang takut kepada Allah, maka sudah sepatutnya ia menjauhi maksiat, atau menjauhi sesuatu yang dilarang oleh Allah. Saya bawa logika dalam kehidupan kita sehari-hari agar mudah di pahami. Ketika kita takut masuk penjara, maka sudah sepatutnya kita tidak melanggar norma-norma hukum yang dapat memasukkan ke dalam penjara. Ketika kita takut dengan seorang guru yang galak takut kepada orang tua ,aka sudah sepatutnya kita tidak melakukan sesuatu yang dapat membuat murka orang tua atau guru kita.

2. Mengharapkan pahala akan tetapi enggan melakukan ibadah atau ketaatan kepada Allah Subhanahu Wata'ala

Orang yang mengharapkan pahala di sisi Allah, mengharapkan rahmat Allah (الرجاء) akan tetapi tidak mau berbuat kebaikan (الطلب), maka perkataan dan harapannya adalah isapan jempol semata, alias omong kosong. Anak-anak muda menyebutnya "mblegedes." Hal ini dikarenakan, orang yang mengharapkan pahala di sisi Allah maka sudah sepatutnya ia harus melakukan sesuatu yang bernialai pahala, seperti shalat, puasa, sedekah dan beramal kebaikan yang lain.

Hal ini dapat saya analogikan seperti orang yang mengingkan kehisupan mewah dan berkecukupan akan tetapi ia enggan bekerja. Hanya ongkang-ongkang menunggu uang jatuh dari langit. Maka hal demikian sama saja omong kosong. Dengan demikia, ornag ynag mengharapkan pahala di sisi Allah, maka sudah seharusnya ia melakukan amalan-amalan yang dapan mendatangkan pahala.

3. Niatan tanpa dibarengi dengan tindakan

Sahabat, jikalau kita menghendaki sampai pada suatu tempat pada hari demikian, jam sekiat dengan siapa saja. maka sudah pasti yang dilakukan agar sampai pada tempat yang hendak kita tuju adalah dengan cara melengkahkan kaki menuju tempat yang kita tuju tadi.

Dalam hal ini orang yang hanya memiliki niat (النية), akan tetapi tidak melakukan tindakan atau take action (القصد), maka dipastikan sampai kapanpun rencana atau niatnya tidak akan pernah terlaksana. Hal tersebut dikarenakan, suatu rencana (planing) pasti akan selalu membutuhkan pelaksanaan (actuating), sehingga planing yang tidak dibarengi dengan actuating sama saja dengan gurauan belaka, alias omong konong. Dengan demikian, jikalau kit ahendak melakukan sesuatu maka lakukanlah sebaik mungkin, lakukanlah sebaik yang kita bisa. Adapun hasilnya kita pasrah kepada Allah semata.

4. Doa tanpa usaha keras

Doa tanpa dibaengi dengan usaha keras adalah kebohongan semata. Dalam hal ini orang yang melakukan doa (الدعاء), tanpa adanya kesungguh-sungguhan untuk meraihnya (الجهد), maka pastilah akan sia-sia belaku semua dosanya.

Oleh karena itu doa juga perlu dan sangat penting dilakukan akan tetapi yang tidak kalah penting juga bagaimana kegigihan untuk mewujudkan doa yang kita panjatkan kepada Allah. Dalam sebuah hadis disebutkan:

الدعاء مخ العبادة

"Doa adalah saripati atau otak suatu ibadah."

Denagn demikian, diwajibkan bagi orang yang mengharapkan anugerah dan taufik Allah, untuk menggapai taufik dan anugerah dengan semaksimal mungkin. Yaitu dengan kepayahan dan usaha maksimal, diantaranya adalah dengan bangun tengah malam di saat orang lain terlelap tidur. Berusaha dengan maksimal disaat orang lain santai dan lain sebagainya.

5. Meminta ampunan Allah Subhanahu Wata'ala akan tetapi tidak menyesali dosa yang dilakukan

Sahabat, orang yang senantiasa basah lisanya dengan melafalkan istiqfar kepada Allah (الأستغفار), akan tetapi tidak menyesali perbuatan dosa yang pernah dilakukan (الندم), maka yang demikian adalah omong kosong belaka. Hal tersebut dikarenakan, diantara syarat taubat dan meminta ampunan kepada Allah adalah dengan menyesali perbuatan dosa yang pernah dilakukan, bik itu dosa kecil terlebih lagi adalah dosa besar. Baca: Syarat Istighfar; 8 Tanda Diterimanya Taubat di sini

Dengan demikian, maka agar permohonan ampunan kita kepada Allah diterima, maka sudah sepatutnya kita juga menyesali perbuatan dosa di masa lampau, dengan tidak mengulangi kembali dosa lampau yang pernah dilakukan.

6. Memperbaiki lahiriyah akan tetapi mengabaikan aspek batiniyah

Orang yang hanya memprioritaskan aspek fisik ataupun casing luar (ااظاهر), akan tetapi tidak memperdulikan aspek dalam yang merupakan aspek inti (الباطن), maka sama halnya dengan omong kosong belaka.

Dalam hal ini orang yang melakukan ketaatan dengan baik manakala didepan orang lain, ia melakukan sesuatu sangat perfect dan lues di hadapan orang lain dengan harapan mendapatka npujian dan sanjungan, sedangkan ketika tidak dilihat orang perbuatannya sama sekali tidak mencerminkan ketaatan sebagaimana dihadapan orang lain. Maka yang demikian ini adalah omong kosong, jadi perbuatan baiknya tidak bermanfaat.

Oleh karena itu syarat diterimanya amal atau suatu ibadah adalah manakala dilihat orang lain ataupun tidak maka kualitasnya sama saja. Amalnya mau di puji orang lain atau di cela, maka sama sekali tidak berpengaruh pada dirinya. 

7. Bekerja keras akan tetapi tidak ikhlas dalam melakukannya

Sahabat, orang yang dalam pengamalannya hanya atas dasar kesungguhan dan kepayahan saja (الكد), akan tetapi tanpa dibarengi dengan keikhlasan (الاخلاص), maka sama saja omong kosong. Ini tak ubahnya seperti orang yang bersedekah, ia sudah berkorban harta benda, sudah susah payah menyalurkan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Akan tetapi manakala di dalam hatinya tidak dibarengi dengan ketulusan dan mengharapkan radha Allah, maka sudah pasti pahalanya nol di mana Allah Subhanahu Wata'ala.

Dengan demikian, orang yang mengerjakan 7 hal sebagaimana di atas akan tetapi tidak dibarengi dengan 7 hal yang lain maka sudah pasti pekerjaanya akan sia-sia. Dan itu merupakan omong kosong belaka. Sedangkan kesemuanya pekerjaan agar diterima Allah Subhanahu Wata'ala pastinya membutuhkan keikhlasan dalam melaksanakannya, Baca: Ciri-ciri Orang Yang Ikhlas di sini.

Demikian semoga bermanfaat, mungkin Anda juga tertarik dengan artikel kami yang lain:


Reff: Kitab Tambighul Ghafilin

Saturday, April 25, 2020

Apa Saja Syarat Diterimanya Puasa

Apa Saja Syarat Diterimanya Puasa


Sahabat syariatkita, sesuatu yang biasanya sudah jelas biasanya kita tidak mau menanyakan atau tidak mau tahu lebih dilam. Biasanya kecenderungan dari kita yaitu hanya ingin menanyakan sesuatu yang belum kita pahami atau belum jelas saja. Akan tetapi yang ironi adalah sudah tidak tahu, tidak paham akan tetapi malas bertanya. Inilah problem yang harus di luruskan.

Kaianya dengan hal ini, syariatkita akan menjelaskan, mengapa orang malas untuk mengetahui sesuatu yang sudah jelas? Sudah tentu jawabannya adalah. "ngapain ditanyakan, lawong sudah jelas." Mungkin jawaban tersebut adalah jawaban yang sangat lumrah keluar dari mulut siapapun, akan tetapi sahabat syariat kita, yang perlu kita pahami adalah betapa meruginya kita manakala ada sesuatu yang bernilai pahala besar, kalau diibaratkan sebuah proyek adalah proyek skala internasional sehimgga kurs atau nilai dari kontrak yang ditawarkan adalam menggunakan mata uang asing. Dipastikan semua peserta tender akan terpana dan tertarik untuk mengikuti tender tersebut.

Apa Saja Syarat Diterimanya Puasa.jpg

Tender tersebut dalam ibadah adalah Pahala puasa, pahala puasa begitu besarnya sehingga tidak ada yang tau persis betapa agungnya selain Allah Ta'ala. Sehingga pahala puasa sangat berbeda dengan pahala-pahala lain, kalau sedekan masih ada hitungannya, shalat begitu pula, akan tetapi berbeda dengan puasa, pahalaya hanya Allah semata yang menentukan. Hal ini dikarenakan puasa adalah amaliah batin dan tiada yang mengetahuinya selain Allah semata. Dalam sebuah hadis disebutkan:

اَلصَّوْمُ لِيْ وَاَنَا أَجْزِيْ بِهِ

"Puasa itu untuk-Ku (Allah), dan akulah yang akan memberikan balasannya."

Sehinggaberdasarkan hadis diatas, pahala yang begitu luar biasa, tender akhirat yang begitu mengaga membuat terpana siapa saja akan tetapi kita lewatkan begitu saja. Dengan demikian, jikalau kita sudah paham tentang pahala puasa akan tetapi kita enggan mengetahui syarat diterimanya puasa itu sendiri, maka yang demikian itu adalah kerugian yang teramat besar. Lantas apasaja syarat diterimanya puasa? Berikut keterangannya untuk Anda.

==> Baca Juga: 

Apa Saja Syarat Diterimanya Puasa?
Dalam hal ini yang menjadi kunci diterimanya amal salah satunya adalah ikhlas. Hal ini dikerenakan, amal yang tidak dilandasi oleh ketulusan hati dan mengharapkan ridha ALlah Subhanahu Wata'la maka tak ubahnya sebegaimana debu yang beterbangan. Oleh karena itu mengapa puasa yang  tidak dilandasi karena menggapai ridha Allah tidak diterima? Baca selengkapnya di sini: Bagaimana Hukum Puasa Agar di Lihat Orang Lain. 

Syarat yang kedua selain ikhlas adalah harus dilandasi dengan keimanan, sehingga amal orang yang tidak beriman kepada Allah Subhanahu Wata'ala adalah kosong, alias nihil di mata Allah Subhanahu Wata'ala. Adapun keterangan keduanya adalah sebagai berikut:

1. Ikhlas

Ikhlas merupakan pondasi utama suatu amal. Amal apapun termasuk ibadah puasa manakala tidak dilandasi dengan keikhlasan mengharap ridha Allah Subhanahu Wata'ala maka sudah pasti amal tersebut tidak berguna sekali. Orang yang tidak ikhlas dalam amalnya tak ubahnya seperti partikel-partikel kecil yang beterbangan di cakrawala kehidupan dunia ini. Orang ynag tidak ikhlas dalam puasanya maka bagaikan fata morgana dimana semua orang yang melihat nya disitu adalah kumpulan air akan tetapi ketika didekati sama sekali mereka tidak mendapatkan air di dalamnya.

Lantas bagaimana kita dapat mengetahui orang yang ikhlas itu? Bagaimana ciri-cirinya?. Baca : Ciri-ciri Orang Yang Ikhlas di sini.

Terkait dengan aorang yang tidak ikhlas dalam menjalankan puasa, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ اِلَّا الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ، وَكَمْ مِنْ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ حَظٌّ مِنْ قِيَامِهِ اِلَّا السَّهَرُ وَالتَّعَبُ

"Banyak orang yang berpuasa, akan tetapi mereka tidak mendapatkan pahala puasanya, yang mereka dapatkan hanyalah rasa lapar dan dahaga. Ban begitu banyak orang yang melakukan qiyam al-lail (ibadh malam) akan tetapi ia tidak mendapatkan pahala ibadah malamnya kecuali hanya terjaga (tidak tidur) dan kesulitan."

Dalam hal ini, sebagian ulama ahli hikmah memberikan contoh, jikalau orang yang  berpuasa akan tetapi tidak didasari keihlasan adalah tak ubahnya seperti orang yang pergi ke pasar akan tetapi ia tidak membawa uang. Buakannya uang yang ditaruh di dalam kantong dimpetnya akan tetapi ia justru memenuhi sakunya denagan batu kerikil atau batu kecil. Sehingga ketika ia ingin membeli sesuatu maka sudah pasti tidak ada orang yang mau menerimanya, pastilah tidak ada orang yang mau menjuak barang dagangannya. Sehingga ia kembali kerumah dengan tanpa membawa apapun, alias pulang dengan tangan kosong.  

Dengan demikian, maka orang yang beramal akan tetapi tidak dilandasi keikhlasan maka sudah pasti tidak mendapatkan pahala sama sekali di sisi Allah Subhanahu Wata'ala. Mudah-mudahan kita diselamatkan oleh Allah dari melakukan puasa yang tidak didasari oleh keihlasan. Amin

2. Iman

Selain keikhlasan kunci diterimanya puasa adalah keimanan. Hal tersebut dikarenakan. amal adalah sesuatu yang aka diberikan pahala di sisi Allah Subhanahu Wata'ala kelak. Sedangkan Allah sendiri adalah Dzat yang tidak membutuhkan sekutu. Allah adal Al-Ahad, sehingga semua aamal ibadah tidak terkecuali puasa juga akan tertolaj manakala tidak di dasari dengan keimanan.

Dalam sebuah hadis qudsi Allah Subhanahu Wata'ala berfirman:

اَنَا اَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ، مَنْ عَمِلَ عَمَلٌا اَشْرَكَ فِيْهِ غَيْرِ فَأَنَا مِنْهُ بَرِيْءٌ

"Aku adalah Dzat yang tidak butuh dipersekutukan, saya tidak butuh sekutu, barang siapa melakukan pekerjaan yang terkandung unsur syirik maka saya melepaskan diri darinya."

Sahabat syariatkita, Allah Subhanahu Wata'ala dalam redaksi hadis qudsi di atas sangat murka manakala ada pekerjaan yang dipersekutukan dengan selain Allah. Allah melepaskan diri darinya dan sama sekali tidak memberikan pahala dari pekerjaan yang dilakukan dengan dasar kesyirikan. Sehingga dalam ayat lain dijelaskan:

وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا أََعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيْعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْأَن ُمَاءً....

"Dan orang-orang kafir (yang menyekutukan Allah), maka amalnya tak ubahnya seperti fata morgana yangterletak di bumi datar dan tandus, yang mana orang-orang yang haus mengiranya adlah air."

Dengan demikian, maka syarat diterimanya puasa kurang lebih harus terdapat dua unsur; yaitu ikhlas dan iman. Oleh karena itu, marilah mulai dari sekarang, kita jaga keimanan kita dengan sebaik mungkin dan meniatkan amal ibadah kita karena Allah semata.

Mudah-mudahan Allah memberikan pertolongan kita menuju ketaatan kepada-Nya. Amin
Sekian. والله أعلم بالصواب

Demikian semoga bermanfaat, mungkin Anda juga tertarik dengan artikel kami yang lain:

Friday, April 24, 2020

Bagaimana Hukum Puasa Agar Dilihat Orang Lain

Bagaimana Hukum Puasa Agar Dilihat Orang Lain

Sahabta syariatkita, menjelang malam kedua di bulan Ramadhan ini, kira- kira sudah dapat berapa juz ni baca Al-Qur'annya? Ada yang sudah 1, 2 3 atau bahkan lebih? Alhamdulillah jikalau sudah dapat banyak. Akan tetapi bagi sahabat syariatkita yang masih dapat sedikit juga tidak bermasalah yang penting membaca Al-Qur'an daripada tidak sama sekali. Asalkan dalam membaca Al-Qur'an sendiri didasari dengan ketulusan, niat yang baik dan yang pasti ikhlas.

Bagaimana Hukum Puasa Agar Dilihat Orang Lain

Karena sahabat, pahala membaca Al-Qur'an ternyata dihitung per hurup bukan per ayat. Baca: pahala membaca Al-Qur'an satu huruf di sini. Jadi bagi anda yang membacanya lebih banyak siap-siap saja mendulang pahala yang luar biasa kelak dihadapan Allah Subhanahu Wata'ala. Amin..


Lantas ada yang bertanya, ustadz bagaimana hukumnya orang yang membaca Al-Qur'an akan tetapi supaya di lihat orang lain? Yuk simak pembahasannya di sini.

Pada prinsipnya semua orang di muka bumi ini akan celaka atau akan menuai kesialan kecual 3 golongan. Siapakah mereka? Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

الناس كلهم هلكى الا العالمون، والعالمون كلهم هلكى  الا العاملون، والعاملون كلهم هلكى الا العاملون كلهم هلكى  الا الخلصون

"ٍSeluruh manusia itu akan binasa kecuali orang yang pandai (mengerti), dan orang yang pandai pun semuanya akan binasa kecuali orang yang beramal, dan orang yang beramal-pun semuanya akan binasa kecuali orang yang ikhlas (dalam amalnya)."

Agar Puasa Kita mendapatkan Pahala dan Ridha Allah

Sahabat, nampaknya berdasarkan hadis di atas sudah bisa dijadikan jawaban bahwasanya puasa manakana tidak di dasarkan karena keikhlasan Allah Subhanahu Wata'ala semata, maka pastilah puasanya akan rusak alias tidak mendapatkan pahala sama sekali di hadapan Allah Subhanahu Wata'ala.

Dengan demikian, maka supaya kita mendapatkan pahala puasa  dihadapan Allah, maka sudah sepatutmya semua puasa kita niatkan karena Allah semata. Dalam hal ini As-syaikh Ibrahim As-Samarkandi menyebutkan, bahwasanya kelak pada hari dimana Allah Subhanahu Wata'ala membalas amal ibadah hanba-Nya, maka ketika orang yang datang kepada Allah dengan membawa puasanya akan tetapi dalam niatnya tercampur dengan selain Allah, alias karena ada unsur riya', agar dipuji orang lain, agar dianggap orang yang shalih. maka dia sama sekali tidak mendapatkan pahala puasa.

Sehingga disebutkan di dalam hadis:

كم من صائم ليس له من صيامه الا الجوع والعطش

"Banyak sekali orang yang berpuasa, akan tetapi dia tidak mendapatkan pahala puasanya sama sekali. Yang ia dapat hanyalah rasa haus dan lapar."

Ditanyakan, mengapa mereka sudah meninggalkan makanannya di siang hari, meninggalkan minumannya, bahkan juga meninggalkan puaanya akan tetapi dia tidak diberikan pahala atas puasanya. Hal tersebut dikarenakan, ia melakukan puasa aka tetapi tidak di dasari dengan ihklas dan mengharap pahasa dari Allah Subhanahu Wata'ala.

Oleh karena itu sahabat, sungguh kemalangan yang tiada terhingga manakala kita sudah lapar di siang hari, sudah haus di siang hari akan tetapi ternyata pahala puasa kita nol di mata Allah Subhanahu Wata'ala. Jika demikian, marilah kita tata niat, perbaiki puasa kita, kita niatkan hanya untuk Allah semata, agar puasa kita diterima Allah. Amin ya Rabbal 'Alamin...

A-Syaikh ibrahim As-Samarkandi: Tambih

Thursday, April 23, 2020

Marhaban Ya Syahro Romadhon

Marhaban Ya Syahro Romadhon


Edisi Spesial Ramadhan, 

Salah satu kesunahan yang ada di bulan Ramadhan adalah membaca Al-Qur'an. Saking begitu luar biasa dan agungnya pahala membaca Al-Qur'an sampai-sampai pahala membacanya dihitung perhuruf. Baca: Pahala Membaca Al-Qur'an satu huruf. 

Bahkan tidak hanya pembaca saja, pendengar lantunan Al-Qur'an juga mendapatkan pahala yang mirip seperti orang yang membaca Al-Qur'an. Nah bagi Anda yang karena beberapa hal belum bisa membaca Al-Qur'an, bisa mendengarkan lantunan syahdu ummul Qur'an yaitu surah Al-Fatihah berikut:



Yang ingin mendengar Surah Al-Mulk oleh As-Syaikh Sudais dilengkapi dengan teks jumbo yang mudah di baca:




Silahkan dinikmati, diikuti dan di hayati. Semoga dapat menambah kecintaan kita dan kekhusyuk an kita dalam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan ini.


Lanjut tadarusan:

Pahala Mendengarkan Bacaan Al-Qur'an

Bagi Anda yang ingin mendapatkan pahala membaaca dari Al-Qur'an tapi belum sempat membacanya sendiri dikarenakan beberapa hal, yuk sambil beraktivitas dengarkan di sini
==> Surah Al-BAqarah. Silahkan


Wednesday, April 22, 2020

Lafal Bilal Shalat Tarawih dan Jawaban Beserta Artinya

Lafal Bilal Shalat Tarawih Beserta Artinya

Sahabat syariatkita, shalat tarawih adalah shalat yang khusus dikerjakan di bulan Ramadhan. Hukum shalat tarawih sendiri adalah sunah muakkad, artinya sangat dianjurkan untuk dikerjakan, meskipun ketika tidak mengerjakanpun tidak mendapatkan dosa.

Shalat tarawih meskipun sangat dianjurkan untuk dilakukan, akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak harus dikerjakan secara berjamaah, melainkan boleh dikerjakan munfarid atau sendirian. 

Lafal Bilalal Shalat Tarawih Beserta Artinya

Nah bagi Anda yang hendak mengerjakan sendirian, atau mengerjakan di rumah bersama keluarga, (dikarenakan kebijakan pemerintah terkait pandemi corona), maka Anda dapat mengerjakannya sesuai dengan yang biasa terlaku dengan panduan bilal di bawah ini. 

==> Baca Juga: 

Lafal bilal dibawah ini yaitu bisa digunakan untuk Anda yang mengerjakan 8 rokaat ataupun 20 rokaat shalat tarawih.

Adapun bagi Anda yang mengerjakan 8 rokaat maka hanya cukup dengan membaca sejumlah khulafa’ur-rasyidin (khalifah 4); yaitu mulai Khalifah Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali Radyiyallahu ‘Anhum Ajma’in. 

Berikut lafal bilal shalat tarawih lengkap beserta artinya dan tata urutan pekaksanaannya:

1.Persiapan

Pertama-tama setelah shalat isya', jamaah yang dipimpin oleh bilal bersama-sama membaca dzikir berikut:

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْمَعْبُوْدِ، سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْمَوْجُوْدِ، سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْحَيِّ الَّذِيْ لَا يَنَامُ وَلَا يَمُوْتُ وَلَا يَفُوْتُ اَبَدًا، سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّنَا وَرَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوْحِ، سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ.

“Mahasuci Tuhan yang memiliki (alam) dan yang disembah, Mahasuci Allah yang memiliki (alam) lagi ada, Mahasuci Allah yang memiliki (alam) lagi Mahahidup dan tiada mati (selama-lamanya) dan tiada hilang selama-lamanya. Mahasuci Maha Quddus, Tuhan kami dan Tuhan semua malaikat dan ruh, Mahasuci Allah dan segala puji bagi Allah dan tiada tuhan melainkan Allah, Allah Mahabesar, dan tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah yang Mahatinggi dan Mahaagung.”

Selanjutnya bilal membaca shalawat:

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.

“Ya Allah limpahkanlah kesejahteraan atas junjungan kami Nabi Muhammad.”

Kemudian para jamaah menjawab:

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ.

“Ya Allah limpahkanlah kesejahteraan atasnya (Nabi Muhammad).”

Bilal membaca shalawat lagi:

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ.

“Ya Allah limpahkanlah kesejahteraan atas junjungan kami dan pemimpin kami Nabi Muhammad.”

Kemudian para jamaah menjawab:

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ.

“Ya Allah limpahkanlah kesejahteraan atasnya (Nabi Muhammad).”

Kemudian bilal membaca shalawat sekali lagi:

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَذُخْرِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ.

“Ya Allah limpahkanlah kesejahteraan atas junjungan kami, nabi kami, kekasih kami dan yang mensyafaati kami (kelak) dan yang membela kami dan pemimpin kami Nabi Muhammad.”

Kemudian para jamaah menjawab:

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ.

“Ya Allah limpahkanlah kesejahteraan atasnya (Nabi Muhammad).”

2. Shalat pertama (rakaat ke-1 dan ke-2)

Setelah itu, kemudian bilal mengajak shalat tarawih bersama dengan membaca:

اَلصَّلَاةُ التَّرَاوِيْحِ رَحِمَكُمُ اللهُ.

“Kerjakanlah shalat tarawih semoga Allah melimpahkan rahmat kepada kamu sekalian.”

Kemudian para jamaah menjawab:

 اَمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

“Semoga Allah mengabulkan doa kami, wahai Tuhan Pemilik Alam Semesta”

Setelah selesai salam pada dua rakaat yang pertama, Bilal membaca:

فَضْلًا مِنَ اللهِ وَنِعْمَةً وَمَغْفِرَةً وَرَحْمَةً لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ  لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.

“Kemurahan Allah, nikmat dan ampunan serta rahmat-Nya semoga dilimpahkan kepada kita, tidak ada tuhan melainkan Allah, Dia Esa tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kekuasaan dan bagi-Nya segala puji, Dzat yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.”

3. Shalat kedua (rakaat ke-3 dan ke-4)

Sebelum memulai shalat yang kedua, Bilal membaca:

اَلْبَدْرُ الْمُنِيْرُ سَيِّدُنَا مُحَمَّدٌ صَلُّوْا عَلَيْهِ.

“Bulan purnama yang bersinar terang, junjungan kami Nabi Muhammad, bershalawatlah kamu semua atasnya.”

Bilal membaca shalawat lagi:

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ.

“Ya Allah limpahkanlah kesejahteraan atas junjungan kami dan pemimpin kami Nabi Muhammad.”

Kemudian para jamaah menjawab:

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ.

Ya Allah limpahkanlah kesejahteraan atasnya (Nabi Muhammad).”

3. Shalat ketiga (rakaat ke-5 dan ke-6)

Setelah selesai salam pada shalat yang kedua, maka Bilal membaca:

فَضْلًا مِنَ اللهِ وَنِعْمَةً وَمَغْفِرَةً وَرَحْمَةً لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ  لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.

“Kemurahan Allah, nikmat dan ampunan serta rahmat-Nya semoga dilimpahkan kepada kita, tidak ada tuhan melainkan Allah, Dia Esa tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kekuasaan dan bagi-Nya segala puji, Dzat yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Catatan:
Bacaan-bacaan bilal dalam shalat tarawih selanjutnya yaitu setelah selesai:
  1. Rakaat keempat, 
  2. Rakaat kedelapan, 
  3. Rakaat kedua belas, 
  4. Rakaat keenam belas, dan 
  5. Rakaat kedua puluh

Maka bacalah: Subœãnal-malikil-ma‘bùd sampai dengan akhirnya bersama (sebagaimana di persiapan), kemudian membaca juga shalawat-shalawat seperti tersebut di atas dipimpin oleh Bilal dan dijawab oleh jamaah.

Adapun sebelum melakukan shalat rakaat keenam, kesepuluh, keempat belas dan kedelapan belas, hendaknya membaca: Fadzlam minallãhi ta’ala wa ni‘mah sampai akhirnya (sebagaiomana di atas).

Adapun yang membedakan adalah bacaan pada rakaat sebagai berikut:

4. Setelah selesai rakaat ke-8 sesudah doa, Bilal membaca:

اَلْخَلِيْفَةُ الثَّانِيَةُ اَمِيْرُ الْمُؤْمِنِيْنَ سَيِّدُنَا عُمَرَ ابْنِ الْخَطَّابِ.

“Khalifah yang kedua, amirul mukminin, penghulu kami Umar bin Khaththab.”

Dan jamaah menjawab:

رَضِيَ اللهُ عَنْهُ.

“Semoga Allah meridhainya.”

5. Setelah selesai rakaat ke-12 sesudah doa, Bilal membaca:

اَلْخَلِيْفَةُ الثَّالِثَةُ اَمِيْرُ الْمُؤْمِنِيْنَ سَيِّدُنَا عُثْمَانَ ابْنِ عَفَّانَ.

“Khalifah yang ketiga, amirul mukminin, penghulu kami Utsman bin Affan.”

Dan jamaah menjawab:

رَضِيَ اللهُ عَنْهُ.

“Semoga Allah meridhainya.”

6. Setelah selesai rakaat ke-16 sesudah doa, Bilal membaca:

اَلْخَلِيْفَةُ الرَّابِعَةُ اَمِيْرُ الْمُؤْمِنِيْنَ سَيِّدُنَا عَلِيِّ ابْنِ اَبِيْ طَالِبٍ.

“Khalifah yang keempat, amirul mukminin, penghulu kami Ali ibnu Abi Thalib.”

Dan jamaah menjawab:

رَضِيَ اللهُ عَنْهُ.

“Semoga Allah meridhainya.”

7.Setelah selesai rakaat ke-18 sesudah doa, Bilal membaca:

اَخِيْرَ التَّرَاوِحِ اَجَرَكُمُ اللهُ

“Akhir shalat tarawih, semoga Allah memberikan pahala atas kalian semua.”

Kemudian para jamaah menjawab:

 اَمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

“Semoga Allah mengabulkan doa kami, wahai Tuhan Pemilik Alam Semesta”

Demikian panduan bilal untuk shalat tarawih, mungkin penerapan di beberapa daerah bisa berbeda antara yang satu dengan yang lain, sehingga perlu penyesuaian. Adapun yang perlu menjadi catatan adalah:

  1. Bilal shalat tarawih dimaksudkan untuk mempermudah hitungan bilangan shalat.
  2. Mengingatkan kepada khulafa’ur rasyidin
  3. Menyelingi doa diantara shalat, karena bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan anugerah Allah Subhanahu Wata’ala
  4. Bagi yang shalat tarawih 8 rakaat maka hanya membaca sejumlah khulafaaur-rasyidin setiap selesai 2 rakaatnya. 

Tuesday, April 21, 2020

9 Adab Membaca Al-Qur'an

9 Adab Membaca Al-Qur'an


Sahabat syariatkita, sebagai seorang muslim tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan yang namanya Al-Qur'an. Al-Qur'an merupakan kitab suci yang tidak saja bernilai ibadah ketika membacanya, bahkan membaca satu huruf pun mendapatkan nilai ibadah 10 kebaikan. (Baca: Pahala Membaca Al-Qur'an Satu Huruf di sini).

adab membaca al-qur'an
ilustrasi: thecompanion.in

Kendatipun demikian, yang ironi adalah kita justru kadang kurang menaruh perhatian dan penghormatan terhadap Al-Qur'an itu sendiri, Al-Qur'an di taruh di tempat yang rendah, ditenteng dalam membawanya laksana membawa barang yang tidak berharga. Lantas bagaimana adab atau tata krama kita sebagai muslim terhadap Al-Qur'an? Berukut ulasannya.

Bagi Anda yang tertarik dengan artikel ini bisa berkomentar di dalam kolom komentar atau yang ingin berlangganan artikel kami secara gratis, Anda tinggal mengetikkan alamat emai Anda lalu klik subscribe. Kami otomatis akan mengirimkan artikel untuk Anda gratis.

==> Baca Juga: 

Adapun adab membaca Al-Qur'an adalah sebagai berikut:

1. Membersihkan mulutnya dengan siwak atau bergosok gigi

Adapun yang diutamakan dalam menggunakan siwak adalah dengan menggunakan kayu "Arok". Akan tetapi jika tidak mendapati kayu tersebut maka diperbolehkan menggunakan segala sesuatu yang dapat membersihkan mulut seperti kain, tisu dan lain sebagainya. Adapun zaman sekarang ini sudah banyak tersedia pasta gigi jadi tidak perlu repot-repon menggunakan kayu arok.

Kendatipun demikian, bagi Anda yang memiliki siwak, maka sangat dianjurkan menggunakan siwak disetiap hendak melaksanakan shalat ataupun membaca Al-Qur'an, karena inilah kesunahan yang langsung diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. 

Adapun bagaimana cara menggunakan siwak dapat dibaca di sini.

2. Membaca Al-Qur'an dalam keadaan suci

Disunahkan membaca Al-Qur'an dalam keadaan bersuci. Apabila seseorang membaca Al-Qur'an dalam keadaan hadas apakah diperbolehkan? Dalam kitab At-Tibyan di jelaskan hukumnya adalah boleh dengan ijma'ul muslimin. Dan hadis yang menerangkan hal ini juga banyak, silahkan bisa di baca di sini: Hadis kebolehan membaca wudhu dalam keadaan hadas.

Adapun orang yang membaca Al-Qur'an dalam kondisi hadas ia hanya kena hukum tarkul aula atau meninggalkan keutamaan saja. Menurut Imam Haromain, orang yang membaca Al-Qur'an dalam keadaan hadas maka yang bersangkutan tidak bisa dikategorikan ke dalam orang yang melakukan kemakruhan, akan tetapi hanya tarkul aula saja.

Dalam kasus ini lalu bagaimana orang yang tidak mendapati air untuk berwudhu, maka ia disunahkan melakukan tayammum. Adapun orang yang junub dan haid maka keduanya haram membaca Al-Qur'an. Akan tetapi bagi keduanya diperbolehkan melakukan dzikir Al-Qur'an di dalam hati tanpa dilafalkan dengan mulut, baik satu ayat ataupun kurang dari satu ayat.

3. Disunahkan membaca Al-Qur'an di tempat yang bersih

Dalam hal ini sangat dianjurkan untuk membaca Al-Qur'an di tempat yang bersih dan terhormat, sehingga sangat disunahkan membaca Al-Qur'an di masjid. Karena tidak diragukan lagi bahwasanya masjid adalah tempat yang mulia dan suci.

Melengkapi kesunahan membaca Al-Qur'an di masjid, bagi orang yang membaca Al-Qur'an di masjid maka disunahkan baginya melakukan i'tikaf, sekalipun hanya sebentar singgahnya di masjid.

Adapun 3 tempat yang dimakruhkan untuk membaca Al-Quran silahkan baca di sini.

4. Menghadap kiblat

Disunahkan bagi orang yang membaca Al-Qur'an selain dalam shalat untuk menghadap kiblat. mengapa dalam shalat tidak? ya sudah pasti lah karena shalat kan sudah pasti menghadap kiblat. Mengenai hai ini disebutkan di dalam hadis:

خير المجالس ماستقبل به القبلة

"ٍSebaik-baik masjis adalah majlis yang menghadap kiblat"

Dengan demikian jelas bahwa ketika membaca Al-Qur'an sangat di sunahkan menghadap kiblat.

5. Membaca Ta'awwudz

Dalam hal ini mambaca ta'awwudz yaitu memcaca kalimat "Audzu billahi minassyaitoonirrojim". Hal ini sebagaimana dalam Al-Qur'an:

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

"Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk" (QS. An-Nahl: 98)

6. Membaca Basmalah

Disunahkan membaca basmalah di setiap awal surah selain Suarh At-Taubah. Adapun membacanya di tengah-tengah surah maka sebagian ulama memperbolehkannya.

7. Membaca Al-Qur'an dengan tenang (khusyu') 

Dalam membaca Al-Qur'an hendaklah dilakukan dengan posisi tenang dan khusyu'. Selain khusyuk juga dianjurkan bagi pembaca Al-Qur'an agar membacanya sambil mengangan-angan maknanya, atau tadabbur.

Lantas bagaimana cara kita agar dapat mentadabburi Al-Qur'an ketika membacanya, yaitu dengan cara mengulang-ulang kalimat sampai beberapa kali. Dengan demikian kita dapat menghayati makna yang terkandung di dalam ayat tersebut.

8. Menangis ketika membaca Al-Qur'an

Mengenai hal ini disebutkan dalam hadis:

اقرؤوا القرأن وابكوا، فأن لم تبكوا فتباكوا

"Bacalah Al-Qur'an dan menangislah (ketika membacanya), maka apabila kalian tidak bisa menangis, berpura-puralah menangis (usahakanlah sebisa mungkin menangis)." (HR. Ibnu Majah)

Adapun cara agar kita dapat menangis ketika membaca Al-Qur'an, maka hadirkanlah Al-Qur'an dalam bacaan kalian. Terutama ketika membaca ayat yang berisi ancaman, azab, neraka dan ayat ayat sedih lainnya. Begitu pula ketika mendapati ayat yang menerangkan tentang surga, maka bayangkan lah anugerah Allah Subhanahu Wata;ala yang begitu indahnya dan keluarkanlah air mata bahagia karenanya.

9. Meminta rahmat dan anugerah Allah Subhanahu Wata'ala ketika membaca ayat yang menerangkan keagungan Allah, begitu pula sebaliknya yaitu meminta perlindungan kepada Allah manakala mendapati ayat yang menerangkan azab

Kesunahan ini yaitu tidak hanya berlaku di dalam shalat saja akan tetapi juga ketika membaca Al-Qur'an di luar shalat. Dengan demikian Al-Qur'an yang dibaca pastilah akan memberikan manfaat bagi embacanya, baik manfaat di dunia dan manfaat di akhirat. Amin...

Demikian semoga bermanfaat, mungkin Anda juga tertarik dengan artikel kami yang lain:


Reff:
Kitab At-Tibyan Fi Adabi hamalati Al-Qur'an 

6 Rahasia Puasa Para Kekasih Allah

6 Rahasia Puasa Para Kekasih Allah 

Sahabat syariatkita, tidak jarang banyak orang yang menginginkan naik kelas akan tetapi enggan melakukan riyadhoh, enggan menempa diri untuk menapaki kenaikan kelas tersebut. Salah satunya adalah dalam masalah puasa. Dalam hal ini, ketika mulai masuk bulan Rajab kaum muslimin telah gembira menyambutnya dengan do’a yang ma’tsur dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berikut:

اللهم بارك لنا في رجب وشعبان وبلغنا رمضان

“Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban ini, dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan.”

Esensi do’a sebagaimana di atas adalah, tidak hanya memohon kepada Allah SWT akan keberkahan di bulan Rajab dan Sya’ban. Akan tetapi keberkahan utama yaitu sampai pada bulan Ramadhan, dengan harapan tentunya dapat melaksanakan puasa Ramadhan jauh lebih baik daripada Ramadhan di tahun sebelumnya.

6 rahasia puasa para kekasih Allah

Doa sebagaimana di atas manakala tidak dibarengi perubahan dan usaha untuk meningkatkan kualitas puasa nampaknya kenaikan kelas dalam masalah puasa sulit untuk digapai, bahkan tidak mustahil hanya menjadi angan-angan kosong dan harapan semu belaka.

==> Baca Juga: 

Sahabat dalam artikel ini akan kami sampaikan 6 rahasia puasa para kekasih Allah Subhanahu Wata’ala. Artikel ini merupakan lanjutan dari artikel kami yang berjudul “Macam-macam Puasa dan Tingkatannya.” Dengan mengikuti puasa yang dilakukan oleh para kekasih Allah SWT., maka dipastikan puasa kita benar-benar berkualitas dan tentunya mendapat ridha Allah Subhanahu Wata’ala. Akan tetapi yang jadi permasalahan adalah, kuatkah kita menjalankan puasa lecel ini?

Maka jika kita tidak atau belum kuat minimal dapat menjalankan salah satu dari rahasia puasa yang di di lakukan oleh kekasih Allah SWT. Setelah membaca artikel ini dan Anda merasakan ada kemanfaatannya bisa ikut kimentar di kolom yang telah tersedia. Atau bagi Anda yang menginginkan artikel artikel terbaru kami langsung dapat Anda nikmati, silahkan ketikkan alamat email di side bare yang tersedia.

Berikut kami bahas dengan detil 6 rahasia puasa yang wajib Anda ketahui

1. Menjaga pandangan dari melihat sesuatu yang tidak bermanfaat, atau sesuatu yang dapat memalingkan hati dari mengingat Allah SWT.

Puasa untuk level umum maka hanya dikerjakan dengan menahan sesuatu yang membatalkan puasa mulai terbit matahari hingga terbenamnya matahari saja yaitu dari segala sesuatu yang dapat membatalkannya; seperti makan dan minum. Akan tetapi puasa yang dilakukan para kekasih Allah SWT., yaitu tidak hanya menjauhi perkara yang membatalkan secara lahir saja akan tetapi juga menjauhi dan menghindari pandangan mata dari melihat yang diharamkan oleh agama. 

Anggota panca indera yang berupa mata mereka pejamkan sama sekali dari melihat duniawi. Mata terpejam dari melihat sesuatu yang dapat memalingkan hati dari mengingat Allah Subhanahu Wata’ala. Dengan demikian mereka telah melatih anggota tubuh yang berupa mata hanya untuk melihat kebesaraan Allah SWT semata. Dengan demikian, hubungan mereka dengan Allah SWT semakin dekat.

2. Menjaga lisan dari berbicara yang tidak bermanfaat

Adapun rahasia puasa para kekasih Allah SWT yang selanjutnya adalah, selama berpuasa lisan mereka sama sekali tidak digunakan selain untuk berdzikir dan berkata-kata yang halal saja. Mereka sama sekali tidak menggunakannya untuk sesuatu yang tidak berfaedah apalagi terdapat unsuur dosa; seperti menggunjing, membicarakan kejelakan orang lain, mengumpat dan lain sebagainya.

Hal-hal semacam ini tidak saja mereka terapkan selama puasa, akan tetapi juga di luar puasa yang diwajibkan oleh agama. Dengan kata lain, kebiasaan menjaga lisan dari perkataan yang tidak bermanfaat mereka jauhi dan untuk selanjutnya diaplikasikan dalam keseharian di luar bulan Ramadhan. 

3. Menjaga pendengaran dari sesuatu yang dimakruhkan

Tidak hanya menjaga mata dan lisan dari melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat, puasa yang dilakukan oleh para kekasih Allah SWT adalah juga dengan menghindarkan telinganya dari mendengarkan sura yang dimakruhkan. Perlu digaris bawahi, jadi yang dihindari dalam hal ini tidak hanya sesutu yang jelas haramnya, akan tetapi juga suara yang makruh untuk didengan seperti mendengarkataan yang mengandung unsur kedustaan. Hal tersebut dikarenakan dapat menjauhkan diri mereka dari Allah SWT. 

Sehingga di dalam Al-Qur’an Allah Subhanahu Wata’ala menyamakan orang yang mendengarkan kedustaan tak ubahnya seperti orang yang memakan makanan yang haram. Hal tersebut sebagaimana firman-Nya:

سَمَّاعُوْنَ لِلْكَذِبِ اَكَّالُوْنَ لِلسُّحْتِ

“Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram.”

4. Menjaga seluruh anggota tubuh dari berbuat dosa

Selain menjaga anggota tubuh sebagaimana di atas dari melakukan dan mendengarkan sesuatu yang mengandung unsur dosa, puasa para kekasih Allah mensyaratkan dalam waktu berbuka puasa juga menghindarkan diri dari memakan makanan yang syubhat waktu berbuka puasa. Syubhat adalah sesuatu yang status kehalalannya masih diragukan. Baca definisi syubhat dalam agama di sini.

Dengan demikian orang yang mengerjakan puasa, siangnya menjaga haus dan lapar akan tatapi waktu berbukanya menyantap makanan yang syubhat, sudah jelas tidak ada faedahnya ia berpuasa. Jikalau diibaratkan, puasa adalah membangun sebuah istana, akan tetapi istana tersebut dihancurkan kembali dengan berbuka makanan yang syubhat. Hal ini sebagaimana disebutkan di dalam hadis:

كم من صائم ليس له من صيامه الا الجوع والعطش

“Banyak orang yang berpuasa akan tetapi tidak mendapatkan pahala puasanya melainkan hanya (merasa) lapar dan dahaga”

5. Tidak memperbanyak memakan makanan yang halal saat berbuka puasa

Ini berarti, puasa yang di lakukan oleh para kekasih Allah adalah puasa yang benar-benar karena mengharapkan ridha-Nya semata. Sekalipun waktu berbuka telah berkumandang, dan hidangan yang serba halal telah menyambutnya, mereka tidak lantas balas dendam dengan mekan yang banyak setelah seharian menahan lapar dan haus.

Hal tersebut dikarenakan, tujuan puasa adalah menahan hawa nafsu dan melatihnya agar lebih mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Sedangkan banyak makan akan menghantarkan seseorang menjadi pemalas, kurang trengginas dan banyak tidur, sehingga hal itu semua tentunya dijadikan wasilah oleh setan agar dapat menjauhkan mereka dari Allah Subhanahu Wata’ala.

Oleh karenanya, disebutkan di dalam hadis:

ما من وعاء، أبغض الى الله عز وجل من بطن ملئ من حلال

“Tidak ada tempat yang lebih dibenci oleh Allah Azza Wajalla, daripada perut yang dipenuhi oleh makanan yang halal”

6. Menjaga hati agar senantiasa dzikir kepada Allah SWT

Puasa para kekasih Allah Subhanahu Wata’ala mengandung pelajaran bahwasanya meskipun telah menjaga makanan dan minuman serta segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa selama seharian penuh, mereka lantas tidak terbujuk atau tertipu bahwasanya amal ibadah puasanya pasti diterima oleh Allah SWT. Ini bukan berarti berburuk sangka kepada Allah SWT. mengenai tidak diterimanya amal ibadah, karena ini safatnya lebih pada kehati-hatian saja. Hal tersebut dikarenakan, tidak ada satu orang pun yang tahu atau menjamin apakah ibadah puasanya diterima atau tidak.

Dengan demikian para kekasih Allah SWT senantiasa bertaqarrub dan mendekatkan diri kepada Allah pada setiap selesai ibadah yang mereka lakukan.

Demikian semoga bermanfaat, mungkin Anda juga tertarik dengan artikel kami yang lain:


Reff:
Kitab Mauidzitu Al-Mu;minin fi Syarkhi Ihya'u Ulumuddin 

Blog Archive

Dapatkan Artikel Kami Gratis

Ketik email Anda di sisi:

Kami akan mengirimkannya untuk Anda

Quality Content