Sunah-sunah Puasa Beserta Dalilnya
Sahabat syariatkita, puasa merupakan ibadah yang sangat istimewa antara seorang hamba dengan Tuhannya. Saking begitu istimewanya, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam hadis qudsi sebagai berikut:
اَلصَّوْمُ لِيْ, وَاَنَا أَجْزِيْ بِهِ
“Puasa itu hanya untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan balasannya”
Berdasarkan keistimewaan tersebut, tentunya banyak kaum muslimin yang tidak ingin menyia-nyiakan momentum ibadah puasa ini. Mereka dalam menjalankan ibadah puasa tidak hanya mengerjakan yang wajib saja, tetapi guna memperoleh pahala lebih disisi Allah Subhanahu Wata’ala merekapun mengamalkan amalan-amalan sunah puasa sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
==> Baca Juga:
- Hikmah Puasa
- Keistimewaan Bulan Ramadhan dan dalilnya
- Keutamaan Malam Nisfu Sya'ban
- Cara Menggunakan Siwak Sesuai Tuntunan Rasulullah
- Keutamaan lailatul Qadar
Adapun amalan-amalan sunah selama menjalankan ibadah puasa adalah:
1. Makan sahur, meskipun hanya sedikit. Disebutkan dalam hadis:
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: تَسَحَّرُوْا فَاِنَّ فِى السَّحُوْرِ بَرَكَةً. (متفق عليه)
"Dari Anas bin Malik ra., ia berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda, 'Makanlah sahur kalian, karena di dalam sahur itu terdapat keberkaan." (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Mengakhirkan makan sahur
Mengakhirkan makan sahur (ta’khirus sahur) sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah selama belum terbit fajar hingga waktu imsak. Yaitu kira-kira 10 menit sebelum subuh.
Hal ini di dasarkan pada hadis berikut:
وَعَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: تَسَحَّرْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ثُمَّ قُمْنَا اِلَى الصَّلَاةِ، قِيْلَ: كَمْ كَانَ بَيْنَهُمَا؟ قَالَ: خَمْسُوْنَ اٰيَةً. (متفق عليه)
“Dari Zaid bin Tsabit RA, ia berkata, kami bersahur bersama Rasulullah saw. kemudian bangun untuk salat subuh. Ketika ditanya, 'Berapa lama di antara sahur hingga salat subuh?' Jawabnya, 'Sekedar orang membaca 50 ayat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Menyegerakan berbuka puasa
Diantara kesunahan puasa adalah menyegerakan berbuka puasa (ta’jilul ifthar). Kesunahan ini dapat kita lakuklan menakala adzan magrib telah berkumandang. Adapun dalam berbuka puasa, tatacara menjalankan sunah sesuai ajaran Rasulullah adalah dimulai dengan makan makanan yang manis, jikalau tidak maka cukup air putih.
Kesunahan menyegerakan berbuka puasa ini didasarkan pada hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berikut:
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ. (متفق عليه)
“Dari Sahal bin Sa‘ad ra., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, 'Orang masih tetap dalam kebaikan selama ia menyegerakan berbuka puasa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Di dalam hadis lain juga disebutkan:
وَلِلتِّرْمِذِيِّ مِنْ حَدِيْثِ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: اَحَبُّ عِبَادِيْ اِلَيَّ اَعْجَلُهُمْ فِطْرًا.
“Dalam riwayat Turmudzi dari hadis Abu Hurairah ra., dari Nabi saw., beliau bersabda, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, 'Hamba-Ku yang paling Aku cintai ialah mereka yang menyegerakan berbuka puasa.”
4. Membaca doa ketika berbuka puasa
Adapun doa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah sebagai berikut:
اَللّٰهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلٰى رِزْقِكَ اَفْطَرْتُ وَبِكَ اٰمَنْتُ.
“Ya Allah, karena Engkaulah hamba berpuasa dan dengan rezeki-Mu hamba berbuka dan kepada-Mulah hamba beriman.”
5. Menjauhi ucapan-ucapan yang mengandung dosa
Adapun perbuatan yang mengandung unsur dosa adalah seperti berkata-kata yang keji, seperti mencela orang lain, berbohong dan lain sebagainya. Jikalau kita puasa akan tetapi mulut tetap jalan mengatakan sesuatu yang mengandung unsur dosa, maka pahala puasa kita nol di sisi Allah Subhanahu Wata’ala.
Hal ini sebagaimana disamdakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam hadis:
عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ فَلَيْسَ لِلهِ حَاجَةٌ فِيْ اَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ. (رواه البخاري وابو داود)
“Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, 'Barang siapa tidak meninggalkan perkataan dusta, perbuatan dusta dan perbuatan bodoh, maka Allah tidak butuh akan lapar dan dahaga mereka." (HR. Bukhari dan Abu Dawud)
Yang jadi permasalahan sekarang adalah, teutama di kalangan kawula muda ataupu generasi mellenial. Mereka merasa berat, sudah menjauhkan diri semaksimal mungkin untuk tidak berkata-kata yang mengandung dosa, tapi justru dipancing oleh orang lain, yang memaksa ia untuk mengatakan kata-kata makian, kata-kata kasar dan lain sebagainya.
Lalu bagaimana kita menyikapinya? Apakah kita diam saja? Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengajarkan kita untuk diam saja, dan tidak meladeni lawan bicara kita. Kita diajarkan oleh Rasulullah dengan berkata “aku sedang berpuasa” (inni shooimun). Hal ini sebagaimana hadis:
عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: اِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ اَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ، فَاِنْ سَابَّهُ اَحَدٌ اَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ اِنِّيْ صَائِمٌ. (متفق عليه)
“Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, 'Apabila salah seorang dari kamu berpuasa, maka jangan berbicara yang keji dan jangan membuat huru-hara dan kalau ada orang yang memaki atau mengajak berkelahi, maka katakanlah, 'Aku berpuasa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
6. Memperbanyak amal kebajikan, bersedekah, dan membaca Al-Qur'an
Mengenai hal ini disebutkan dalam hadis:
عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ اَجْرِهِ غَيْرَ اَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ اَجْرِ الصَّائِمِ شَيْءٌ. (رواه الترمذي)
“Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani ra., dari Nabi saw., beliau bersabda, 'Barang siapa yang memberi makanan untuk berbuka puasa kepada orang yang berpuasa, maka baginya memperoleh pahala sama seperti orang yang berpuasa itu tanpa kurang sedikit pun.” (HR. Imam At-Tirmidzi)
7. Memperbanyak i‘tikaf di masjid.
Kesunahan melakukan i’tikaf selama puasa Ramadhan lebih ditekankan, apabila menjelang 10 hari terakhir di bulan Ramadhan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم اِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ اَيِ الْعَشْرُ الْاَخِيْرَةُ مِنْ رَمَضَانَ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَاَحْيَا لَيْلَهُ، وَاَيْقَظَ اَهْلَهُ. (متفق عليه)
“Dari Aisyah ra., ia berkata, 'Adalah Rasulullah saw. apabila masuk sepuluh hari, maksudnya sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan, maka beliau menjauhi istrinya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا اَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْاَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ، حَتّٰى تَوَفَّاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ، ثُمَّ اعْتَكَفَ اَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ. (متفق عليه)
“Dari Aisyah ra., bahwasanya Nabi saw. beri‘tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan hingga beliau meninggal dunia, kemudian sesudah beliau meninggal dunia istri-istrinya beri‘tikaf.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis lain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم اِذَا اَرَادَ اَنْ يَعْتَكِفَ صَلَّى الْفَجْرَ ثُمَّ دَخَلَ مُعْتَكَفَهُ. (متفق عليه)
“Dari Aisyah ra., ia berkata, 'Adalah Nabi saw. apabila beliau hendak beri‘tikaf, beliau salat subuh lalu masuk ke tempat i‘tikafnya'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Demikian semoga bermanfaat, mungkin Anda juga tertarik dengan artikel kami yang lain:
- Sumber Hukum Islam dan Keterangannya Secara Lengkap
- Pengertian Dakwah
- Tujuan Dakwah Islamiyah
- Hukum Riba dan Bunga Bank
- Cinta Dalam Perspektif Tasawuf
- Pengertian dan Syarat Rukun Wakaf
- Corona vs Tawakal
- Virus Corona dalam Perspektif Al-Qur'an
- Cara Menyikapi Pandemi Corona
- Peristiwa Isra' Mi'raj Lengkap
- Biografi Imam Malik bin Anas
- Landasan Tawakal
- Cara Mengendalikan Stress
- Tatacara Aqiqah dan Doanya Lengkap
- Hikmah Puasa
Reff:
Fiqih Islam Lengkap: PT. Karya Toha Putra
0 Komentar:
Post a Comment