Monday, October 7, 2019

Keutamaan Ramadhan


MENJADIKAN KEUTAMAAN RAMADHAN SEBAGAI MOTIVASI UNTUK MENANAMKAN SPIRIT & KEBIASAAN IBADAH SETELAH RAMADHAN


اَلْحَمْدُ ِللهِ، اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي جَعَلَ رَمَضَانَ سَيِّدَ الشُّهُورْ، نَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعالى عَلىَ جَمِيْعِ نَعْمَائِهِ حَمْدَ عَبْدٍ شَكُورْ، اَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهْ اَلْمَلِكُ الْغَفُورْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ سَيِّدُ الْخَلَائِقِ مَشْهُورْ. اَلَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ اَلَّذِيْ نَرْجُوْا شَفَاعَةً مِّنْهُ عِنْدَ الْبَعْثِ وَالنُّشُورْ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ وَهُوَ أَصْدَقُ الْقَائِلِيْن:أعوذ باالله من الشيطان الرجيم  بسم الله الرحمن الرحيم "شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنْ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمْ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضاً أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمْ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمْ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ". الأية صدق الله العظيم أما بعد.
Ma’aasyirol khaadiriin, sidang jum’ah rokhimakumullah
Melalui mimbar jum’ah yang mulia ini saya tidak henti-hentinya mengajak diri saya pribadi dan kepada para jamaah sholat jum’at pada umumnya, marilah kita bersama-sama meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT., dengan memperbaiki kualitas keimanan dan rasa penghambaan kita kepada Allah SWT., Takwa yang berarti menjalankan segala perintah Allah SWT., dan menjauhi semua yang menjadi larangannya. Karena dengan ketakwaan, maka kita akan mendapatkan kemuliaan di sisi Allah SWT., sebagaimana difirmanfan dalam AL-Qur’an:
اِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ
Yang artinya (والله أعلم بمراده):
“Sesungguhnya semulya-mulya kalian disisi Allah, adalah kalian yang paling bertakwa”

Ma’aasyirol khaadiriin, hadaaniyaAllaahu wa iyyaakum
Bulan Ramadhan atau yang kita sebut dengan bulan puasa merupakan bulan yang sangat mulia, bulan yang penuh berkah, dan bulan yang penuh dengan maghfiroh serta rohmat Allah SWT., dimana Allah SWT., melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada siapapun dari hamba-hambanya yang tidak hanya menjalankan puasa saja, akan tetapi rohmat tersebut juga diberikan kepada orang non muslim yang mau menghormati bulan Ramadhan.
Salah satu bentuk kasih sayang Allah SWT., yang menunjukkan keagungan bulan ramadhan adalah sebagaimana dikutip dalam kitab “Durrotun Nasihin”, dimana dijelaskan bahwasanya pada zaman dahulu ada seorang wanita yang beragama majusi atau penyembah api, pernah suatu hari ketika ia mengajak anaknya pergi ke salah satu pasar di kota tersebut, wanita majusi tersebut melihat anaknya yang masih kecil makan dan minum di tempat keramaian yang mana ditempat tersebut penuh dengan orang-orang Islam yang sedang menjalankan ibadah puasa. Melihat hal deikian, sontak apa yang dilakukan wanita majusi tersebut kepada anaknya, wanita tersebut spontan memukul anaknya dengan berkata:
يَا بُنَيَّ لِمَ لَمْ تَحْفَظْ حُرْمَةَ الْمُسْلِمِيْنَ فِىْ نَهَارِ رَمَضَانَ؟
“Wahai anak ku, mengapa engkau tidak menjaga kehormatan orang-orang Islam yang sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan”
Al-kisah dalam kitab tersebut diterangkan, bahwa wanita majusi yang memukul anaknya agar tidak makan dan minum di tempat umum dengan tujuan untuk menghormati orang-orang muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa saja, Allah SWT., memberikan kemuliaan dan derajat berupa “khusnul khotimah” dengan mengikrarkan kedua kalimat syahadat sebelum ajal menjemputnya, apalagi kita yang menjalankannya. SubhanAllah, begitu mulianya kita yang sampai dengan detik ini masih dianugerahkan oleh Allah SWT., dapat menjalankan ibadah puasa.


Ma’aasyirol khaadiriin, jamaah jum’ah rokhimakumullah
Mengenai kemuliaan bulan Ramadhan, dalam sebuah hadis pernah junjunagan kita baginda Agung Nabiyullah Muhammad SAW., menyampaikan khutbah kepada para sahabat beliau di akhir bulan Sya’ban:
أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ أَظَلَّكُمْ شَهْرٌ عَظِيْمٌ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ، شَهْرٌ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، جَعَلَ اللهُ صِيَامَهُ فَرِيْضَةً، وَقِيَامَ لَيْلِهِ تَطَوُّعًا، مَنْ تَقَرَّبَ فِيْهِ بِخِصْلَةٍ مِنَ الْخَيْرِ، كَانَ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ، وَمَنْ أَدَّى فِيْهِ فَرِيْضَةً كَانَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَة فِيْمَا سِوَاهُ، (اِلَى أَخِرِ الحديث.......)
Yang artinya:
“Wahai sekalian manusia, sungguh telah dekat dengan kalian semua bulan yang agung, bulan yang penuh dengan keberkahan, bulan yang didalamnya terdapat satu malam yang mana malam tersebut lebih baik daripada seribu bulan, Allah menjadikan puasa sebagai kewajiban, dan (menjadikan) shalat (tarawih) di malamnya sebagai sunah. Barang siapa mendekatkan diri kepada Allah di bulan ini dengan suatu kebaikan (amalan sunnah), maka pahalanya seperti dia melakukan amalan fardhu di bulan-bulan yang lain. Barangsiapa melakukan amalan fardhu di bulan ini, maka pahalanya seperti telah melakukan 70 amalan fardhu di bulan lainnya”. (Demikian kutipan sebagian isi khutbah Rasulullah yang disampaikan oleh beliau di akhir bulan Sya’ban)
Sidang jum’ah yang dimuliakan oleh Allah
Dari hadis di atas, nampak jelas bagi kita bahwasanya Allah SWT., menjadikan bulan Ramadhan sebagai ladang pahala yang sangat subur bagi hanba-Nya yang mendapati bulan Ramadhan, dimana orang yang mengerjakan amaliyah ataupun ibadah-ibadah sunnah selama di bulan Ramadhan maka ia akan diberikan balasan pahala sebagaimana orang yang mengerjakan amalan wajib di bulan selain ramadhan, dan orang yang mengerjakan amalan wajib selama di bulan Ramadhan maka akan diberikan pahala layaknya orang yang mengerjakan 70 kali lipat amalan wajib yang dikerjakan di bulan selain Ramadhan.  (masyaAllah...)
Kalo boleh membuat suatu tamtsil atau perumpamaan, maka Ramadhan dapat saya ibaratkan seperti sebuah media tanam, dimana media tanam tersebut sangat subur sehingga biji apapun yang ditanam di dalamnya akan tumbuh dengan baik, dedaunannya hijau ranum dan batang pohonnya sangatlah sehat, akar-akarnya kuat dan kokoh sehingga membuat semua orang terpana dan terbelalak matanya ingin memilikinya. Inilah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT., bagi hamba-Nya yang beriman dan menjalankan puasa di bulan Ramadhan. Orang yang beriman dan menjalankan ibadah puasa sebagaimana diperintahkan oleh syariat, maka ia akan memperoleh pahala yang tak terhingga di sisi Allah SWT.
Ma’aasyirol khaadiriin, rohimakumullah
Akan tetapi media tanam hanyalah tempat penyemaian sementara, dimana setelah tiba saatnya maka tanaman yang ada di dalam tempat penyemaian tersebut pastilah akan dipindahkan ke tempat lain yang derajat kesuburan tanahnya belum tentu sama dengan media tanam sebelumnya. Bisa jadi benih yang ditanam adalah benih dengan predikat “super”, harganya sangat mahal dan belum tentu semua orang mampu membelinya. Akan tetapi ternyata belum menjadi jaminan, benih yang mendapatkan predikat “super” akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di tanah lain manakala tanah tersebut tidak diberikan pupuk, tidak dirawat dengan baik atau kandungan unsur hara yang ada di dalam tanah tersebut tidak cocok dengan kriteria bibit yang di tanam sekalipun telah dilakukan perawatan. Belum tentu pula benih tersebut akan menghasilkan buah yang ranum dengan kualitas super manakala tidak dirawat dan dijauhkan dari segala hama tanaman. Sehingga banyak orang yang berpuasa, akan tetapi ia tak ubahnya hanya sekedar menjalankan rutinitas dan menggugurkan kewajiban puasa semata. Artinya apa, banyak orang berpuasa selama di bulan suci Ramadhan, malamnya melakukan qiyamullail dengan salat tarawih, memperbanyak tadarus Al-Qur’an dan ibadah-ibadah lain, akan tetapi selepas puasa amalan-amalan dan nilai-nilai yang terkandung selama dalam bulan suci Ramadhan sama sekali tidak ia pertahankan, justru 180 derajat berbalik arah dari kebiasaan ibadah di bulan suci Ramadhan (وَاْلعِيَاذُ بِاالله......)
Rasulullah dalam sebuah hadis menyampaikan,
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ اِلَّا الْجُوْعُ وَ الْعَطَشُ
Yang artinya
“Banyak sekali orang yang berpuasa, akan tetapi ia tidak memperoleh (pahala dan keutamaan) dari puasanya, yang ia perkoleh hanyalah rasa lapar dan dahaga”
Jama’ah jum’ah rohimakumullah
Dalam media tanam pun, jikalau SOP pemberian nutrisi dan perawatan benih diindahkan oleh orang yang merawatnya, ia mengabaikan ketentuan-ketentuan yang telah terpampang jelas di sana, maka benih yang disemai pun tentu akan tidak bisa tumbuh sesuai dengan yang diharapkan. Inilah perumpamaan bagi orang yang puasa akan tetapi ia mengindahkan syarat rukun dan ketentuan lain yang telah ditetapkan oleh syariat. Sehingga jikalau kita mengharapkan benih yang sudah tumbuh subur selama dalam masa penyemaian, agar tetap dapat terus bertumbuh menjadi pohon yang berkualitas “super” maka kebiasaan-kebiasaan ataupun nutrisi dan asupan gizi serta unsur hara yang terkandung di dalam media tanam tersebut sudah sepatutnya harus terus kita berikan dan kita pertahankan. Allah SWT., berfirman di dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمْ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
 Yang artinya
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu sekalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”
Jadi, dari ayat di atas sudah sangat jelas, bahwasanya tujuan daripada Allah SWT., mewajibkan puasa tiada lain adalah supaya kita menjadi hanba-Nya yang bertakwa. Dengan kata lain, setelah kita sebulan penuh menjalankan ibadah puasa maka harapannya tiada lain adalah sebagaimana kita sudah menempuh ujian dan dinyatakan lulus dengan mendapatkan predikat dan gelar kehormatan sebagai seorang muslim yang “muttaqin” atau seorang muslim yang bertakwa. Dan gelar kehormatan sebagai “muttaqin” tersebut akan tersemat dengan baik pada diri kita manakala kita dapat menjaga ketakwaan kepada Allah SWT., dengan terus menjaga dan meningkatkan kualitas dan mutu ibadah di bulan selain Ramadhan.
Ma’aasyirol khaadiriin, rohimakumullah
Bulan suci Ramadhan bagi kita merupakan “kawah condro dimuko” atau sebagai media penggembelengan, media melatih hawa nafsu kita agar tunduk dan patuh terhadap aturan syariat, mengatur kepribadian kita sehinga kita dapat menjadi pribadi yang disiplin, taat dan patuh terhadap aturan syariat. Karena tentunya sehaus apapun atau se lapar apapun kita berpuasa, tentunya selama belum masuk waktu maghrib maka ego diri kita untuk dapat menyantap enaknya hidangan dan segarnya minuman tertahan dengan aturan syariat. Sehingga hal ini sangat sesuai dengan makna daripada kata “romadhon” itu sendiri yang berarti membakar. Orang yang menjalankan ibadah romadhon hakikatnya ia sedang membakar dosa-dosanya, ia membakar hawa nafsunya, ia membakar sifat egoismenya dan ia membakar semua sifak jelek yang ada pada dirinya.
Ma’aasyirol khaadiriin, rohimakumullah
Akhir daripada khutbah ini, mudah-mudahan Allah SWT., senantiasa melimpahkan taufik dan karunia-Nya kepada kita semua untuk dapat menjaga dan mempertahankan ibadah serta nilai-nilai dan keutamaan yang terkandung di dalam bulan suci Ramadhan. Mudah-mudahan Allah SWT., memberikan kita segenap kekuatan untuk terus dapat beristiqomah di dalam beribadah sehingga predikat “muttaqin” atau insan yang bertakwa terus tersemat di dalam diri dan hati sanubari kita. Amin yaa robbal ‘alamiiin...
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْأَنِ الْعَظِيمْ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْأَيَةِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، فَتَقَبَّلْ مِنِّي تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
  
 
keutamaan puasa


0 Komentar:

Post a Comment

Dapatkan Artikel Kami Gratis

Ketik email Anda di sisi:

Kami akan mengirimkannya untuk Anda

Quality Content