Stres dan Upaya Penanggulangannya
Sahabat syariatkita, himbauan untuk tetap tinggal di rumah masing-masing (stay at home) dalam upaya meminimalisir dan menangkal penyebaran covid-19 ini kian santer di gaungkan. Dan hal ini tidak terjadi di indonesia saja, melainkan di seantero jagad raya. Dampak yang muncul diantaranya yang dapat kita lihat dan yang mungkin kita rasakan pada diri kita salah satunya adalah stres.
Stressor atau pemicu munculnya stres pada diri seseoramg tiada lain dikarenakan adanya dis-continuitas atau putusnya mata rantai kebiasaan yang dilakukan oleh manusia, yang mana hal tersebut terjadi sangat cepat, di luar planing, dan menuntut harus di lakukan.
Dalam artikel ini akan saya jelaskan secara detil upaya penanganan dan penanggulangan stres, agar kita tetap dalam kondisi stabil sehingga harapannya dengan kondisi stabil apapun yang terjadi pada diri dan lingkungan kita maka kita dapat menyikapinya dengan lebih arif dan bijaksana.
Note:
Mohon dipahami susunan materinya agar poin-poin penanganan dan penanggulangan stres dapat kita lakukan dengan optimal:
1. Pengertian stress
2. Faktor-faktor pemicu stress
3. Tahapan stres
4. Reaksi tubuh terhadap stres
5. Penanggulangan stres
6. Terapi dalam penanggulangan stres
Silahkan isikan komentar Anda di kolom komentar (kolom bawah) jika artikel ini bermanfaat, atau mungkin ada materi yang perlu didiskusikan lebih lanjut.
A. Pengertian Stress
Stres adalah respon tubuh terhadap setiap hal baru yang sifatnya tidak spesifik. Perlu digaris bawahi ya, jadi sifatnya tidak spesifik. Pemicu (stressor) tersebut selanjutnya direspon oleh syaraf-syaraf otak dan disalurkan ke seluruh anggota tubuh. Faktor pemicu ini yaitu bisa berupa hal yang sifatnya positif atau negatif, menyenangkan atau sebaliknya.
Sekilas dari pengertian di atas nampaknya tidak ada permasalahan yang cukup berarti pada diri kita, artinya biasa-biasa saja. Karena memang itulah keadaanya. Akan tetapi stigma stres yang selama ini kita pahami adalah, bahwasanya stres cenderung bermakna konotatif, dimana kecenderunganya lebih ke arah yang negatif, sekalipun stressor atau stimulusnya adalah hal yang positif. Saya contohkan seperti ada orang yang stres karena ditinggal mati istrinya, istri selingkuh sehingga suami bunuh diri.
Sehingga stigma yang perlu kita bangun adalah, bagaimana megarahkan pola pikir kita yaitu dengan memahami makna stres agar dalam bertindak selalu ada hal yang sifatnya solutif dan berimplikasi baik terhadap disi kita. Terutama dalam menyikapi kebijakan baru terkait penanganan covid-19 atau virus korona yang melanda dunia saat ini. Karena mau bagaimanapun, stressor atau stimulus akan selalu menuntut tubuh kita untuk melakukan penyesuaian atau adaptasi. Dan disinilah pentingnya kita memenej stress agar “output yang dihasilkan selalu berimplikasi pada hal yang positif” terhadap diri kita.
B. Faktor-faktor Pemicu Stres
Sahabat syariatkita, sebagaina dijelaskan di atas bahwasanya pemicu stres (stressor) dapat berupa hal positif dan negatif. Akan tetapi jika kita gali lebih dalam, pastilah stressor atau stimulan tersebut sangatlah kompleks. Hal ini tentunya tidak terlepas dari profesi setiap orang, letak geografis, latar belakang budaya dan adat istiadat masing-masing.
Dari kompleksitas stressor yang sering muncul di masyarakat, dapat kita amati dari masalah-masalah sebagai berikut:
1. Masalah keuangan
Stressor utama yang sering muncul ditengan-tengah masyarakat adalah faktor keunga. Dimana hal ini merupakan espektasi yang lazimnya digadang-gadang oleh semua orang. Tak ayal dalam banyak problem muncul akibat stressor ini. Hal ini dapat terjadi manakala income atau output ekonomi seseorang lebih kecil daripada output yang dikeluarkan. Atau dengan bahasa lain tidak seimbangnya antara pemasukan dan pengeluaran.
2. Pekerjaan
Masalah pekerjaan ditengarai merupakan sumber stres kedua setelah masalah keuangan. Banyak orang yang menderita depresi dan kecemasan karena masalah pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok, mutasi, jabatan, kenaikan pangkat, pensiun, kehilangan pekerjaan (PHK), dan lain sebagainya.
3. Masalah keluarga
Fenomena masyarakat modern dan industri seperti sekarang ini, ternyata berimplikasi pada semakin ramainya lembaga perkawinan, mediasi atau fasilitator/konselor keluarga dalam menangani berbagai kasus. Diantaranya yaitu dalam masalah perkawinan. Adapun salah satu faktor yang menyebabkan krisis perkawinan adalah tidak diamalkannya nilai-nilai keislaman dalam rumah tangga, sehingga banyak terjadi pertengkaran, percekcokan, perselingkuhan, dan berakhir pada perceraian.
4. Problem keluarga (peran orang tua dan anak)
Peranan orang tua di era milenial seperti sekarang ini tidaklah semudah pada zaman dahulu. Ini disebabkan karena tatanan sosial dan kondisi ekonomi yang sudah sangat berubah. Mungkin karena zaman dahulu perkembangan dunia industri belum sepesat sekarang, sehingga tuntutan anak terhadap orang tua sederhana berbeda denga nsekarang, dimana anak menuntut hal-hal atau sesuatu yang kadang di luar kapasitas orang tuanya. Dan hal ini rentan memunculkan konflik sosial yang berdampak pada stressing yang negatif.
5. Lingkungan hidup
Dunia industri yang mulai merambah ke pelosok negeri selain berdampak positif terhadap peyerapan tenaga kerja daerahm, akan tetapi juga rentan menimbulkan permasalahan di sektor lain. Hal tersebut dapat kita lihat dari kondisi lingkungan sekita pabrik yang terdampak polusi akibat proses produksi yang berlangsung. Apalaghi bagi industri yang dengan berbagai alasan mereka belum bisa merelokasi dirinya di kawasan perindustrian yang telah ditetapkan oleh pemerintah, tentunya hal ini menjadi preseden buruk bagi lingkungan sekitar.
6. Hubungan interpersonal
Hubungan antara seseorang dengan orang lain; baik perorangan/individual atau antar kelompok sosial yang tidak harmonis merupakan sumber stres yang paling besar. Hubungan ini dapat terjadi antara teman dekat atau kekasih, sesama rekan kerja, antara atasan dan bawahan dan lain sebagainya.
7. Masalah hukum
Salah satu tidak stressor yang terjadi di masyarakat adalah tidak ditegakkannya supremasi hukum. Hukum yang tebang pilih, putusan yang tidak jujur merupakan ketidakadilan yang menjadi sumber stres seseorang.
8. Fase perkembangan
Tahapan perkembangan baik fisik maupun mental seseorang (siklus kehidupan) turut pula menjadi faktor stressor. Sebagai contoh, perubahan dari kanak-kanak ke masa remaja, dari remaja menuju masa dewasa, menopause, dan usia lanjut. Siklus-siklus ini manakala tidak dapat dilalui dengan adaptasi yang baik baikpastilah akan mengakibatkan stresser bagi yang bersangkutan.
9. Faktor penyakit fisik
Penyakit fisik terutama yang kronis dan atau cidera yang berakibat disfungsi salah satu anggota tubuh, tentunya dapat pula menyebabkan stres pada diri seseorang.
Dari berbagai macam stressor sebagaimana di atas, yang perlu kita pahami dan kita garis bawahi adalah, selalu ada hubungan korespondensial atau keterikatan antara orang yang mengalami stres dengan keadaan (situation) yang terjadi pada dir iseseorang. Dan hal inilah yang memiliki peranan penting terhadap terjadinya faktor pemicu stres (stressor) seseorang.
Dengan keanekaragaman stressor tersebut, tentunya akan menghasilkan stres yang berbeda beda antara satu orang dengan yang lain. Ini karena memang watak bawaan manusia sejak lahir, dimana manusia itu memang diciptakan serba “ngewohake” (red. Jawa) sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an:
إِنَّ اْلإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا. إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا. وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا. إِلاَّ الْمُصَلِّينَ. الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلاَتِهِمْ دَائِمُونَ. وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ.
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir, apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalat.” (Q.S. Al-Ma’arij : 19-23)
Karakter bawaan manusia yang serba “menyulitkan” itulah yang perlu kita waspadai. Sehingga stressor apapun yang mempengaruhi pada diri kita insya Allah kita tetap bisa mengkondisikan diri menjadi yang terbaik. Dan hal ini hanya dapat dilakukan manakala kita bersabar. Dijelaskan dalam Al-Qur’an:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-Baqarah : 155)
Kesimpulan:
- Stres terjadi karena adanya faktor pemicu atau stimulus baik dari dalam diri kita ataupun karena faktor dari luar (stressor).
- Stimulus bisa berupa hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan
- Stres adalah suatu pola reaksi fisiologis dan psikologis yang terganggu terhadap kondisi yang mengancam kemampuan seseorang untuk mengatasinya
- Stres terjadi jika seseorang merasa tidak sanggup mengatasi permasalahan yang menerpa dirinya
C. Tahapan Stres
Berdasarkan pengalaman psikiater, para ahli membagi stres ke dalam enam tahapan. Dan pada setiap tahapannya, yang bersangkutan (stressi) ternyata mampu mengetahui sejumlah gejala-gejalanya.
Adapun tahapan-tahapan tingkat stres yang dialami oleh stressi sebagaimana dikemukakan oleh psikiater Robert J. Van Amberg, sebagai berikut:
Stres tingkat ke-1
Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut :
- Semangat tinggi
- Penglihatan tajam tidak melebihi biasanya
- Gugup berlebihan
- Mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya
Tahapan ini biasanya menyenangkan dan seseorang lalu bertambah semangat, tanpa disadari bahwa sebenarnya cadangan energinya sedang menipis.
Stres tingkat ke-2
Dalam tahapan ini, dampak stres yang menyenangkan perlahan-lahan mulai menghilang dari diri seseorang. Perkembangan selanjutnyta diikuti oleh keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Adapun keluhan-keluhan yang sering dikemukakan sebagai berikut :
- Merasa letih sewaktu bangun pagi
- Merasa lelah sesudah makan siang
- Merasa lelah menjelang sore hari
- Mengalami gangguan pada sistem pencernaan (gangguan usus, perut kembung), terkadang jantung berdebar-debar
- Perasaan tegang, terutama terjadi pada otot-otot punggung dan tengkuk (belakang leher)
- Badan sudan tidak bisa santai/rileks.
Stres tingkat ke-3
Pada tahapan ini keluhan keletihan semakin nampak disertai dengan gejala-gejala :
- Otot-otot mulai terasa tegang
- Gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mulas, sering ingin ke belakang)
- Perasaan tegang yang semakin meningkat
- Gangguan tidur (susah tidur, sering terbangun tengah malam dan sukar tidur kembali, atau bangun terlalu pagi)
- Badan terasa oleng, serasa mau pingsan akan tetapi tidak sampai jatuh pingsan
Pada tahapan ini, hendaknya penderita sudah harus berkonsultasi ke dokter ahli. Atau kalau tidak mau dapat mencoba sendiri dengan cara mengurangi beban pikiran, melakukan relaksasi dan beristirahat lebih banyak guna memulihkan suplai energi dalam tubuh.
Stres tingkat ke-4
Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
- Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengerti diketahui penyebabnya
- Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini menjadi terasa menjenuhkan
- Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya
- Semakin sukar tidur, mimpi-mimpi menegangkan dan seringkali terbangun dini hari
- Kemampuan berkonsentrasi menurun tajam
- Perasaan negativistik; sering menyalahkan diri dan orang lain (serba salah)
Stres tingkat ke-5
Pada fase ini, biasanya stressi akan merasakan:
- Keletihan yang mendalam (physical and psychological exhaustion)
- Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang mampu
- Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus) lebih sering, sukar buang air besar atau sebaliknya feses encer dan sering ke belakang
- Perasaan takut yang semakin menjadi, mirip panik
Stres tingkat ke-6
Fase ini merupakan tahapan puncak atau fase gawat darurat. Sehingga tidak jarang penderita atau stressi dalam tahapan ini dibawa ke ICCU. Adapun gejala-gejala pada tahapan ini cukup mengerikan, seperti:
- Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran
- Nafas sesak, (Jawa; megap-megap)
- Debaran jantung terasa amat keras, hal ini disebabkan zat adrenalin yang dikeluarkan, karena stres tersebut cukup tinggi dalam peredaran darah
- Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tidak kuasa lagi, pingsan atau collaps.
Tahapan-tahapan stres sebagaimana di atas, jika kita amati setidaknya terdapat dua aspek yang terdampak; yaitu aspek fisik dan psikis. Aspek fisik berupa kelelahan, sedangkan aspek psikis berupa kecemasan dan depresi. Hal tersebut terjadi lantaran cadangan energi fisik dan mental senantiasa mengalami penurunan secara terus-menerus.
D. Reaksi Tubuh terhadap Stres
Aspek fisik dan psikis yang terdampak stres pada diri seseorang, lama kelamaan akan membawa pengaruh pada tekanan mental atau beban hidup seseorang (stressor psikososial). Sehingga dalam tahapan semacam ini kondisi fisik stressi juga akan mengalami perubahan. Hal ini dapat kita lihat dari :
Rambut
Stressi biasanya akan mengalami perubahan fisik warna rambut yang semula berwarna pekat (bisa hitam atau lainnya), lambat laun akan mengalami perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan, kusam, rontok bahkan ubanan yang terjadi sebelum waktunya.
Mata
Penderita stres biasanya banyak mengalami gannguan penglihatan, seperti pandangan mata kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot mata mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus pada lensa mata.
Telinga
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdengung (tinitus).
E. Langkah Penanggulangan Stres
Berdasarkan penjelasan tingkatan stres sebagaimana di atas, mulai dari tingkat yang paling ringan hingga tingkat yang paling berat, dapat diketahui bahwa reaksi tubuh stressi yang satu dengan yang lain dapat berbeda-beda dalam menanggapi stres.
Karena perbedaan interpretasi atau perlakuan stressi terhadap stres yang dihadapi, maka perlu penanganan yang berbeda-beda pulai sesuai dengan gejala yang mungkin timbul. Adapun langkah awal yang bisa ditempuh antara lain:
- Melakukan identifikasi diri terhadap sumber-sumber atau gejala penyebab stres. Dengan demikian niscaya kita dapat lebih dapat menata emosi dan mengendalikan diri kita.
- Membina kedewasaan kepribadian melalui training-training, lembaga pendidikan dan pengalaman hidup yang pernah dijalani.
- Mengembangkan pola hidup sehat, seperti: Menyadari perbedaan antara keinginan dan kebutuhan, belajar mensyukuri dengan apa yang dimilikinya, makan secara teratur dan makan makanan yang bergizi, tidur secara teratur, kurang lebih 7-8 jam semalam, supaya dapat memulihkan segala keletihan fisik dan mental
- Berkonsultasi dan minta bimbingan kepada sahabat dekat, orang-orang yang lebih dewasa, psikolog, orang dewasa rohaninya dan sebagainya.
- Hindarkan sikap-sikap negatif yang dapat merugikan diri kita, seperti memberontak terhadap keadaan, sikap apatis, dan sering marah-marah.
- Memperbanyak dzikir dan yukur atas limpahan nikmat dan karubia Allah SWT. Dengan memperbanyak dzikir, syukur dan mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta, niscaya kita akan dapat terhindar dari stres. Inilah inti pengendalian diri dari stres, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ra’du ayat 28 :
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ.
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Al-Ra’du : 28)
Langkah identifikasi dan antisipasi dini terhadap penanggulangan stres yang sebagaimana diatas diharapkan dapat membantu stressi dalam menanggulangi stres yang dihadapinya. Akan tetapi penanganan dan tidankan tersebut seyogyanya disesuaikan dengan kondisi mental dan daya tubuh stressi.
F. Macam-macam Terapi Penanggulangan Stres
Terapi Spiritual (Islam)
Tidak dapat dipungkiri, sumber ketenangan segala ketenangan adalah dzikir kepada Allah SWT. sebagaimana ayat di atas. Dala mhal ini islam tentunya tidak hanya mengajarkan masalah dunia saja melainkan juga masalah jangka panjang (akhirat), dan itu semua tentunya bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis. Sehingga terapi Islam mempunyai dua tujuan yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.
Tujuan jangka pendek terapi Islam adalah untuk menyembuhkan dan membebaskan manusia dari berbagai macam keluhan; baik fisik maupun psikis. Adapun tujuan jangka panjang terapi Islam yaitu untuk menumbuhkan kesadaran diri pada manusia dengan cara hidup yang Islami yang tercermin dari pola pikir, tingkah laku, iman yang meningklat yang ditandai dengan shalat, doa, dzikir dan puasa.
Berikut ini beberapa terapi yang digunakan untuk menanggulangi stres menurut Islam:
a. Shalat
Shalat merupakan sarana dan media komunikasi seorang hamba dengan pencipta-Nya. Sehingga di dalam shalat terdapat kemampuan untuk mengurangi kecemasan karena di dalamnya terdapat lima unsur yaitu:
meditasi atau doa yang teratur, minimal lima kali sehari
relaksasi melalui gerakan-gerakan shalat
hetero atau auto sugesti dalam bacaan shalat
group-therapi dalam shalat jamaah, atau bahkan shalat sendirian minimal ada diri kita sendiri dan Allah.
Hydro therapi dalam mandi junub atau wudhu sebelum shalat
Shalat yang dilakukan dengan ikhlas dan khusyu’ niscaya akan dapat mendatangkan ketentraman jiwa manusia. Ketenangan itulah yang dapat meningkatkan ketahanan tubuh dan menghindarkan gangguan jiwa. Dengan shalat juga akan mendatangkan kebahagiaan, ketenangan hati dan pikiran, menghilangkan rasa cemas juga membawa perubahan fisik dan psikologis seseorang.
.
b. Dzikir dan doa
Tidak diragukan lagi bahwa dzikir dan doa yang dilakukan secara berulang-ulang dapat digunakan sebagai terapi. Hal ini dikarenakan dzikir sangat berguna bagi jiwa manusia yang dapat menghilangkan kesedihan, kesulitan dan rasa putus asa. Disebutkan dalam Al-Qur’an bahwad engan berdzikir atau mengingat Allah-lah hati akan menjadi tenang. Dalam hadis jug adisebutkan bahwa doa adalah pokok dari segala ibadah, doa juga sebagai senjata orang mukmin dalam menghadapi berbagaimacam problematika kehidupan.
c.Puasa
Puasa merupakan bentuk penyembuhan alami yang paling lama dikenal manusia. Sehingga rasulullah SAW bersabda:
صُوْمُوْا تَصِحُّوا
“Berpuasalah kalian agar sehat”
Banyak sekali manfaat yang terkandung dalam berpuasa terutama manfaat fisik. Hal ini dikarenakan selama berpuasa, aktifitas yang biasanya dilakukan oleh organ tubuh dalam mencerna makanan manjadi semakin berkurang yang memberikan kesempatan pada tubuh untuk menghilangkan bahan-bahan yang berlebihan dan memperbaiki sel-sel akibat metabolisme dalam tubuh.
Terapi Relaksasi
Terapi dengan relaksasi biasanya diperuntukkan bagi orang yang mudah di sugesti (suggestible). Terapi dengan metode relaksasi yaitu dapat dilakukan dengan cara mengurangi ketegangan dalam tubuh yang sifatnya lebih individu. Terapi ini berfungsi untuk mengurangi ketegangan yang dapat menimbulkan stres antara satu orang dengan orang lain.
Metode ini juga dapat dilakukan secara mandiri, yaitu dengan cara melakukan istirahat secara teratur (santai sejenak), dengan tidur-tiduran, menonton televisi, jalan-jalan, rekreasi dan lain-lain yang dapat membuat kondisi tubuh menjadi rileks.
Terapi Suportif
Terapi ini bertujuan untuk memberikan dorongan moril dan semangat (motivasi) kepada seseorang agar tetap terjaga rasa percaya dirinya (self confidence). agar terhindar dari rasa putus asa, terhadap stimulus atau rangsangan yang mengarahkan dia menuju keterputus asaan.
Dengan demikian diharapkan stresse dapat kembali pulih rasa percaya dirinya, dan tertanan dalam dirinya bahwa ia mampu mengatasi setiap stressor (mtimulus) psikososial yang sedang dihadapinya. Dorongan dan motivasi tersebut yaitu dapat diperoleh dari lingkungan terdekat seperti keluarg, sahabat karib dan lain sebagainya.
Demikian semoga bermanfaat, mungkin Anda juga tertarik dengan artikel kami yang lain:
Ref:
Hawari, Dadang. 1999. Al-Qur'an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa
Hawari, Dadang. 2004. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi, Jakarta: FKUI
Sholeh, Moh dan Musbikin, Imam. 2005. Agama Sebagai Terapi Telaah Menuju Ilmu Kedokteran Holistik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sangkan, Abu , 2005. Pelatihan Sholat Khusyu’, Jakarta: Baitul Ihsan