Monday, March 23, 2020

Menyikapi Pandemi Corona

MENYIKAPI VANDEMI CORONA SESUAI DALIL AL-QUR'AN


Sahabat syariatkita, hari ini tepatnya tanggal 23 Maret 2020 penularan virus coronya nampaknya bukan lagi isapan jempol. Banyak kasus terutama di kota-kota besar (seperti Jakarta) kita bisa menyaksikannya melalui share media dimana pasien di jalanan, di stasiun kereta, di dalam kereta yang disinyalir menidap virus covid-19 itu (wal iyadhu billah). kendatipun banyak berita yang bernada hoax, akan tetapi untuk yang hari ini setelah dikonfirmasi oleh pemerintah ternyata memang benar adanya. Ini dibuktikan dengan meningkatnya data pasien terdampak virus corona dan data pasien meninggal karenanya, sampai-sampai aparat pemerintah; satpol PP ikut turun tangan memantau kerumunan masa yang masih dilakukan oleh warga masyarakat.

Sebagai seorang mukmin tentunya kita menyadari bahwa apapun yang terjadi dimuka bumi ini itu semuanya tentunya tidak terlepas dari irodah Allah Subhanahu Wata’ala yang mana jikalau Allah telah berkehendak pastilah terjadi. Sebagaimana artikel Corona vs Tawakal. Akan tetapi yang perlu kita lakukan sebagai seorang mukmin adalah tidak pasrah begitu saja dalam menyikapi hal yang terjadi di sekeliling kita, terutama dalam masalah covid-19 ini. Tetapi kita tidak pula bersikap membabi buta (tahawur) seolah menganggap “ah, semua kan takdir Allah waktunya mati pasti kan mati”. Lantas bagaiman akita menyikapi vandemi corona ini? Berikut yang perlu kita lakukan:

1. Istirjā’ atau membaca “innalillahi wa inna ilaihi rojiun”

Secara terminologi bahasa, istirjā’ berasal dari kata raja’a-yarji’u-roj’an yang berarti “kembali”. Dengan demikian istirjā’ dalam menghadapi vandemi corona ini berarti kita mengembalikanya kepada Allah SWT; bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan ini adalah atas kehendak Allah SWT.

Di dalam Al-Qur’an disebutkan:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ * الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ * أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

Dan sungguh akan Kami menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) mereka yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn. Mereka itulah yang mendapat keberkahan dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. Al-Baqarah [2]:155-157).

Ayat di atas menjelaskan bahwa orang yang sabar adalah orang yang ketika ditimpa musibah, mereka mengembalikannya kepada Allah, mereka menyadari bahwa kejadian tersebut terjadi atas izin Allah SWT. Hal itu dapat kita ketahui dari makna ayat, “Sesungguhnya kami milik Allah dan akan kembali kepada-Nya”. Artinya, ketika ditimpa musibah dari Allah, Al-Quran mengajarkan kepada kita agar memiliki kesadaran bahwa semua yang terjadi itu adalah atas kehendak Allah. 

Lantas bagaimana dengan orang yang seolah bersikap arogan dan kebal terhadap vandemi corona ini. Tentunya kita sebagai seorang muslim harus mengingatkan mereka. Dalam hal ini, Allah mengecam terhadap orang-orang yang tidak melibatkan Allah dalam setiap peristiwa yang dialaminya. Sehingga yang diharapkan dengan adanya cobaan yang menimpa dunia saat ini yang mana ketentuan tersebut tentunya telah digariskan oleh-Nya akan membuat seseorang mampu menerima cobaan tersebut dengan hati lapang, dan penuh dengan  keikhlasan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي اْلأَرْضِ وَلاَ فِي أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيْرٌ * لِكَيْ لاَ تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلاَ تَفْرَحُوا بِمَا ءَاتَاكُمْ وَاللَّهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Tidak ada musibah yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu kecuali ada dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak putus asa terhadap apa yang luput darimu, dan tidak terlalu bergembira dengan apa yang diberikan Allah kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri (QS. al-Hadīd [57]:22-23)


Dalam hadis, Baginda Rasulullah SAW bersada:

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّهَا قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللَّهُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَخْلَفَ اللَّهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا

Dari Ummu Salamah bahwa ia mendengar Rasulullah Saw bersabda:Tidak ada seorang Muslim yang ditimpa musibah, kemudian ia mengucapkan seabagaimana diperintahkan Allah “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali. Ya Allah, berilah aku pahala dalam musibahku dan gantikanlah buatku sesuatu yang lebih baik darinya”, melainkan Allah akan member ganti yang lebih baik darinya (HR. Muslim)

Dengan memahami ayat dan hadis tersebut di atas, maka timbul keyakinan dalam diri kita bahwasanya apapun yang menimpa kita terutama kaum muslim bukan berarti Allah tidak berlaku adil dan ceroboh dalam menentukan takdir-Nya. Melainkan semuanya yang terjadi kita jualah yang menjadi terjadinya musibah tersebut, entah karena dosa yang kita lakukan, dosa orang disekeliling kita, perbuatan zalim kita yang tidak kita sadari atau kita menyadarinya tapi tetap tidak menjauhi perbuatan yang dilarang Allah tersebut

Dengan demikian dengan sepenuh hati dan segenap jiwa kebaikan atau keburukan, manfaat atau mudharat, semuanya Allah-lah yang telah mengatur sesuai dengan kadar perbuatan kita masing-masing. Dalam ayat lain disebutkan:

وَإِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُوا هَذِهِ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُوا هَذِهِ مِنْ عِنْدِكَ قُلْ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ فَمَالِ هَؤُلآءِ الْقَوْمِ لاَ يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًا

Dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka berkata: ”Ini adalah dari Allah”, dan jika mereka ditimpa bencana (malapetaka) mereka berkata: ”Ini darimu (Muhammad)”. Katakanlah: ”Semuanya berasal dari Allah”. Maka mengapa mereka itu (kaum munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS. Al-Nisā [4]:78).

Dengan demikian, istirjā’ atau mengembalikan peristiwa vandemi ini bukan berarti kita menghindar dari melakukan berbagai upaya dan sikap dalam mengatasinya. Vandemi tersebut tentunya disebabkan oleh perilaku dan sikap manusia, sehingga kita dituntut untuk mengantisipasinya.

2. Sabar dan Takwa

Point kedua yang dapat kita lakukan dalam menghadapi vandemi corona adalah dengan cara bersabar dan bertakwa, dimana selain kita berikhtiar secara lahir dan batin, kita pun dituntut untuk tetap bersabar dan meningkatkan kualitas penghambaan kita kepada Allah Subhanahu Wata’ala, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:

وَاسْتَعِيْنُوْا بِاالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ
"Dan mintalah pertolongan kalian kepada Allah dengan sabar dan sholat."

Dalam ayat lain dijelaskan:

لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيْرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلأُمُورِ

Sungguh kalian akan diuji menyangkut harta dan diri kalian. Dan sungguh kalian akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kalian dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kalian bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan (QS. Ali Imrān [3]:186)

Ayat sebagaimana di atas tentunya mengarahkan kepada kita pada ketabahan dalam menghadapi sesuatu yang sulit, berat dan pahit dirasakan. Sehingga para ulama merumuskan pengertian sabar sebagai menahan diri atau membatasi jiwa dari keinginannya demi mencapai sesuatu yang baik atau lebih baik (luhur)”.

Dalam menghadapi bencana atau malapetaka, bila kita hanya mengikuti kehendak hawa nafsu dalam bersikap dan bertindak tentunya akan timbul kemudharatan yang lebih banyak. Bisa jadi stress, menggerutu dan tidak menerima takdir Allah yang menimpanya. Akan tetapi jikalau kita bersabar dan menahan diri insyaAllah akan muncul solusi terbaik.

Sekali lagi manakala kita dapat bersabar dengan segala ujian dan terpaan musibah yang menghampiri kita, maka kita tergolong orang beriman dan bertakwa. Dalam Al-Qur’an disebutkan: 

وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

... dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa (QS. Al-Baqarah [2]:177).

3. Tawakkal


Pembaca yang dirahmati Allah (amin), tawakkal tidaklah berarti bahwa wabah yang melanda kita saat ini bukan sepenuhnya kita berserah diri Allah tanpa melakukan usaha ataupun ikhtiyar. Takwa disini yaitu penyerahan diri kita kepada Allah dengan dibarengi usaha semaksimal mungkin yang bisa kita lakukan.

Ada sedikit kisah menarik, dimana suatu hari datanglah seorang sahabat Nabi SAW menemui beliau di masjid. Tanpa memberitahu sebelumnya tiba-tiba sahabat tersebut menjumpai nabi. Rasulpun bertanya kepadanya, siapa gerangan, kesini naik apa, singkat jawaban ternyata kedatangan sahabat tersebut menemui Rasulallah dengan mengendarai onta dan setelah ditanya oleh Rasulullah karena kok tidak ada onta di sekeliling masjid maka laki-laki tersebut menjawab, “saya membawa onta akan tetapi saya tidak mengikatnya alias onta tersebut dibiarkan begitu saja tanpa seutas tali yang melilit lehernya dengan pohon.” Setelah ditanya kembali oleh baginda Rasul, mengapa kamu tidak mengikatnya, maka sahat tersebut-pun menjawab, “sesungguhnya aku telah bertawakkal kepada Allah”. mendengar jawaban ini, lantas Rasulullah meluruskan kekeliruan pemahamannya tentang tawakkal dengan bersabda, “Ikat/tambatlah terlebih dahulu (untamu), kemudian bertawakkallah” (HR. al-Tirmidzi).

Bertakwa kepada Allah Subhanahu Wata’ala dalam menghadapi vandemi corona ini jika dipahami dan disikapi sesuai dengan ketentuan Allah tentulah akan menambah dan mengokohkan predikat seorang mukmin. Di dalam Al-Qur’an disebutkan:

قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلاَّ مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلاَنَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman bertawakkal (QS. Al-Taubah [9]:51)

4. Sadar dan Kembali kepada Allah SWT


Pandemi corona yang penyebarannya begitu cepat yang mengakibatkan ribuan nyawa melayang, jika kita lihat dari gaya bahasa Al-Quran akan membawa kefahaman bahwa hal tersebut merupakan salah satu cara Allah untuk menyadarkan manusia dari dosa dan kesalahan hidup yang dilakukannya. Hal ini tentunya terjadi agar mereka segera kembali (bertaubat) kepada Allah. (Baca dasar hukum taubat di sisi)

Dijelaskan dalam Al-Qur’an: 

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kepada Allah) (QS. Al-Rūm [30]:41)

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (para rasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami siksa mereka dengan kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri (QS. Al-An’ām [6]:42)

Dalam ayat lain:

وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Dan Kami coba mereka dengan kebaikan dan keburukan, agar mereka kembali (kepada Allah) (QS. Al-A’rāf [7]:168)

وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ اْلأَدْنَى دُونَ الْعَذَابِ اْلأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Dan sungguh Kami menimpakan kepada mereka azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); supaya mereka kembali (kepada Allah) (QS. Al-Sajdah [32]:21)

وَمَا نُرِيهِمْ مِنْ ءَايَةٍ إِلاَّ هِيَ أَكْبَرُ مِنْ أُخْتِهَا وَأَخَذْنَاهُمْ بِالْعَذَابِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Dan tidaklah Kami perlihatkan kepada mereka suatu mukjizat kecuali ia lebih besar dari mukjizat-mukjizat  sebelumnya. Dan Kami timpakan kepada mereka azab supaya mereka kembali (kepada Allah) (QS. Al-Zukhruf [43]:48)

وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا مَا حَوْلَكُمْ مِنَ الْقُرَى وَصَرَّفْنَا اْلآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Dan sungguh Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitar kalian dan Kami datangkan tanda-tanda kebesaran Kami berulang-ulang supaya mereka kembali (kepada Allah) (QS. Al-Ahqāf [46]:27) 

Dari penjelasan ayat-ayat di atas dapat kita pahami dan kita tarik kesimpulan bahwa menyikapi musibah termasuk vandemi corona melalui; istirjā, sabar, takwa dan tawakkal kesemuanya itu tidaklah berarti menafikan usaha atau ihtiyar. Melainkan kesemuanya itu dibarengi dengan usaha semaksimal mungkin agar kita semua selamat tidak hanya dunia saja terlebih selamat agama kita.

menyikapi vandemi corona


Demikian semoga bermanfaat, mungkin Anda juga tertarik dengan artikel kami yang lain:


1 Komentar:

Dapatkan Artikel Kami Gratis

Ketik email Anda di sisi:

Kami akan mengirimkannya untuk Anda

Quality Content