Wednesday, May 6, 2020

6 Unsur Suksesnya Dakwah Islamiyah

6 Unsur Suksesnya Dakwah Islamiyah


Sahabat syariatkita, sudah menjadi nash Al-Qur'an bahwasanya manusia dilahirkan sebagai pembawa misi dakwah. Baca: Apa Yang Dimaksud Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Masing-masing dari mereka tentunya memiliki peran masing-masing, yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Bagian inilah yang membentuk suatu komponen yang dinamakan dengan nsur-unsur dakwah. Adapun unsur tersebut meliputi meliputi:
  1. Da'i (pelaku dakwah) 
  2. Mad'u (objek dakwah/masyarakat)
  3. Maddatu Ad-Da'wah (materi dakwah) 
  4. Wasilatu Ad-Da'wah (media dakwah)
  5. Thariqatu Ad-Da'wah (metode dakwah), dan 
  6. Atrsaru Ad-Da'wah (efek dakwah).

Da'i (pelaku dakwah)

Da'i dalam masyarakat secara umum sering disebut dengan sebutan mubaligh (orang yang menyampaikan ceramah ajaran Islam). Padahal sebutan demikian justru mengandung pengertian atau konotasi yang sempit, sehingga hanya muballigh lah yang berkewajiban menyampaikan ceramah agama saja. 

Padahal kewajiban dakwah adalah diperuntukkan bagi senua kaum muslimin, yang tentunya sesuai dengan posisi mereka masing-masing. Baca: Dasar Hukum Dakwah di sini. Hal tersebut  dikarena, stigma yang ada di masyarakat umum hanya mengartikan "muballigh"sebagai penceramah dalam pengajian-pengajian saja.

Dengan demikian, penggunaan kata da'i yang hanya berafiliasi pada makna muballigh perlu dijelaskan kembali kepada masyarakat agar ruang geraknya dalam menyampaikan misi kenabian dapat terejawantahkan dengan lebih baik.

6 unsur suksesnya dakwah

Masyarakat sebagai unsur dakwah, memiliki hubungan erat dengan suksesnya dakwah. Hal tersebut dikarenakan heterogenitas dan latar belakang masyarakat yang sangat berbeda membuat penerimaan pesan pun bisa jadi berbeda-beda. Sehingga dikatakan dakwah sukses di satu tempat tetapi di tempat lain bisa jadi tidak, hal ini dikarenakan perbedaan latar belakang masyarakat, budaya dan elemen lain yang mempengaruhinya.


Dalam hal ini, masyarakat sebagai mad'u atau objek dakwah dapat dikategorikan menjadi 3 bagian, yaitu:
  1. Masyarakat yang sudah beragama Islam dan menjalankan ibadahnya sesuai dengan yang dituntunkan oleh syariat.
  2. Masyarakat yang sudah beragama Islam tapi belum taat menjalankan ibadahnya (munafik, fasik dan lain sebagainya), dan
  3. Masyarakat yang belum beragama Islam
Corak keberagaman masyarakat sebagaimana disebutkan di atas, tentunya membutuhkan cara dakwah dan perlakuan yang berbeda-beda agar masarakat dapat menerima dakwah yang hendak kita sampaikan.


Maddatu Ad-Da'wah (materi dakwah) 

Sebagaimana disebutkan dalam poin sebelumnya (masyarakat sebagai objek dakwah), maka materi yang hendak disampaikannya-pun haruslah berbeda. Sehingga tidak mungkin orang yang belum beraga Islam akan langsung diajarkan shalat, begitu juga orang yang telah beragama Islam dengan ketaatan beragama yang baik ia hanya diajarkan tentang masalah-masalah dasar beragama saja. Tentunya jika demikian maka kemajuan dakwah sebagaimana meteri yang disebutkan tidak akan membawa perubahan yang signifikan ke arah perubahan yang lebih baik.

Dengan demikian, ibarat orang minum obat harus ada aturan yang mengatur dosis yang tepat sehingga pasien yang terdiagnosa dengan penyakit tertentu dengan izin Allah Subhanahu Wata'ala dapat sembuh dari sakitnya. Begitu pula dengan materi dakwah, harus ada peningkatan kurukulum sehingga masyarakat dapat mengetahui agama ke jenjang lebi tinggi.


Wasilatu Ad-Da'wah (media dakwah)

Perkembangan dunia industri 4.0 ini memungkinkan dakwah dilakukan dengan berbagai media online. Dengan demikian masyarakat sebagai objek dakwah dapat melihat dan menyaksikan kapanpun dan dimanapun mereka berada tentang materi dakwah sesuai dengan sumber yang diinginkan. Sebagai salah satu contoh, masyarakat yang terdampak covid-19 sehingga tidak bisa keluar rumah maka ia dapat mengikuti pengajian secara online melalui media live streaming youtube atau facebook.

Sehingga bagi masyarakat yang lagi bermalas-malasan saja untuk membaca Al-Qur'an, mereka tetap dapat beribadah hanya dengan mendengar murottal online seperti di bawah ini:
QS. Al-Mulk Oleh As-Syaikh Abdurrahman As-Sudais:


Kendatipun kemajuan era ditigal ini membawa dampak yang sangat positif bagi kemajuan dakwah, akan tetapi juga banyak dampak negatifnya (insya Allah akan dibahas dalam artikel selanjutnya).


Thariqatu Ad-Da'wah (metode dakwah)

Antara media dakwah dan metode dakwah sebenarnya memiliki hubungan yang sangat erat, sehingga dikatekan setiap metode dakwah memerlukan media yang sesuai, sehingga terjalin sinergitas demi tercapainya tujuan dakwah.

Terkait dengan metode dakwah, disebutkan dalam Surah An-Nahl ayat:125 sebagai berikut:

ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ


"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk".


Ayat sebagaimana di atas mengajarkan kepada kita tentang metode dakwah sesuai dengan Al-Qur'an meliputi:
  • Hikmah; yaitu upaya menyeru menuju jalan Allah dengan cara yang bijaksana, tidak memaksa dan toleransi
  • Mau'izah al-hasanah; yaitu penyampaian misi dakwah dengan tutur kata (ceramah) yang baik, tidak menyakiti hati masyarakat dan tidak arogan.
  • Mujadalah billati hiya ahsan; yaitu pesan dakwah yang disampaikan dengan saling berargumen. Artinya manakala masyarakat sebagai objek dakwah melakukan bantahan dan menginginkan sumber dakwah yang lebih jelas maka sang da'i dapat menjelaskan argumennya berdasarkan sumber-sumber yang valid. Dan objek dakwah juga mengutarakan argumennya, untuk ditemukan titik kebenaran dari kedua belah pihak.
Dengan demikian, maka kunci keberhasilan dakwah tentunya tidak bisa terlepas dari apa yang dinamakan dengan metode dakwah itu sendiri.


Atrsaru Ad-Da'wah (efek dakwah)

Sahabat syariat kita, banyak orang mengatakan bahwa "Usaha tidak menghianati hasil." Nampaknya istilah tersebut begitu populer da kalangan para pelaku usaha. Lantas bagaimana dengan dakwah sendiri?

Dalam hal ini, sukses tidaknya penyampaian misi dakwah tentunya sangat bergantung dengan kompleksitas dimana seseorang melakukan dakwah pada waktu itu, sehingga barometer tidak bisa diambil dari salah satu unsur saja, melainkan kombinasi dari sekian unsur dakwah sebagaimana yang kami kemukakan menjadi kuci utama suksesnya Dakwah Islamiyah. 

Dalam istilah dakwah Atrsaru Ad-Da'wah (efek dakwah) sering disebut dengan istilah feed back atau umpan balik. Sehingga reaksi atau pesan yang disampaika ndalam dakwah kadang tidak langsung dapat disaksikan atau dilihat, melainkan membutuhkan proses yang bisa jadi lama, sebentar atau beberapa hari kemudian. Kendatipun demikian, atsar dakwah atau efek dakwah yang mungkin bisa langsung kita lihat yaitu manakala kita mengajarkan pengetahuan kepada seseorang, lalu orang tersebut dalam majlis tersebut melakukan atau mempraktekkan apa yang kita ajarkan. Akan tetapi hal ini belum menjadi jaminan bahwa di waktu yang lain mereka akan dapat melakukannya dengan istiqomah. 

Dengan demikian, proses keberlangsungan dakwah dengan harapan dapat membawa perubahan masyarakat menjadi lebih baik, selamat dunia akhirat maka diperlukan usah akeras dan kontinuitas yang harus dijaga, hingga tujuan inti daripada dakwah yaitu menyelamatkan manusia dari neraka dapat terealisasi.

0 Komentar:

Post a Comment

Dapatkan Artikel Kami Gratis

Ketik email Anda di sisi:

Kami akan mengirimkannya untuk Anda

Quality Content