Tuesday, April 22, 2014

Cara Meraih Keberkahan Hidup Seorang Muslim

Cara Meraih Keberkahan Hidup Seorang Muslim


Sahabat syariatkita, pernah tidak kita merasakan hal-hal seperti:
  1. Waktu berlalu begitu cepat, padahal kita belum mendapatkan apa yang kita harapkan
  2. Waktu berjalan begitu lambat padahal kita menuai asa dan harapan di hari esok
  3. Waktu berjalan begitu saja tanpa bisa kita prediksi dan kita kendalikan
Dalam hal ini, Al-Quran telah mengajarkan kita sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata'ala berikut:


وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ. وَآَتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ.

“Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”. (Q.S. Ibrahim: 33-34) 

Dari ayat di atas, kita dapat memahami bahwasanya diciptakannya Allah Subhanahu Wata'ala berupa siang dan malam, dikabulkannya permohonan seorang hamba itu semua merupakan anugrah yang tiada tara, tidak akan mungkin dapat kita hitung jumlahnya.

cara meraih keberkahan hidup seorang muslim

Akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur atas nikmat-Nya. Tidak pula menggunakan waktu dengan sebaik mungkin, sehingga segala permasalahan dan problematika kehidupan terasa membebankan. 

Dalam hadis dari Ibnu Mas'ud, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَزُوْلُ قَدَمُ بَنِيْ اَدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْئَلُ عَنْ خَمْسٍ : عَنْ عُمْـــــرِهِ ِفيـْمَ اَفْنَاهُ, وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْـمَا أَبْـــــــــــلَاهُ, وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ ِاكْتَسَبَهُ وَفِيْــمَ اَنْفَقَهُ وَعِلْمِهِ ِفيــْماَ عَمِلَ بِهِ. (رواه التّرمذي)

“Dari Ibnu Mas'ud dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Pada hari kiamat seorang hamba tidak bisa beranjak dari tempatnya sebelum ditanya lima hal, yaitu: tentang umurnya, untuk apa dipergunakan? Tentang masa mudanya, untuk apa dihabiskan? Tentang hartanya, dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia dermakan? Tentang ilmunya digunakan untuk apa ilmu itu?” (HR. Turmudzi)

Dari ayat Al-Qur'an dan hadis sebagaimana di atas, dapat kita pahami bahwasanya dunia ini bukanlah tujuan utama. Ada asa yang lebih besar yaitu Daarul Qoror atau akhirat kelak. Tetapi sudahkah kita dapat menyikapi hidup ini dengan baik, sesuai dengan ajaran agama Islam? Sudahkan kita berperan sebagai wakil Allah Subhanahu Wata'ala di muka bumi ini sesuai petunjuknya? Dapatkankita mengatur waktu dan mengambil keberkahan hari demi hari untuk bekal hari esok yang kekal?
Jika belum maka alangkah baiknya manakala sejak sekarang kit memperbaiki diri, menata kehidupan untuk hari esok yang lebih baik. Dengan cara apasaja yang bisa kita lakukan? Berikut agama mengajarkannya untuk kita semua:

1. Mengambil ibrah (pelajaran) dari kejadian di masa lampau, untuk memperbaikinya di masa mendatang. 


 Dalam hal ini Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:


وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورً

“Dialah (Allah) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.” (QS. Al Furqan: 62)

Sahabat syariat kita, setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita tentu saja mengandung hikmah. Tidak terbatas pada kejasian yang baik saja, akan tetapi juga kejadian terburuk sekalipun, sebagaimana pandemi covid-19 yang sekarang ini masih rame melanda seanteru jagat ini.

Dalam maqolah masyhurah disebutkan:


مَنِ اسْتَوَى يَوْمُهُ مِنْ اَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُونٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ اَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُونٌ اَيْ هَالِكٌ وَمنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ اَمْسِهِ فَهُوَ رَابِخٌ

“Barang siapa yang harinya sama dengan kemarin, ia termasuk orang yang merugi, dan barng siapa yang jharinya lebih jelek dari kemarin, maka dialah orang yang celaka, dan barang siapa yang harinya lebih baik dari kemarin maka ialah orang yang beruntung.”

Dengan demikian, jelaslah bahwa orang yang mangambil ibrah dari kejadian yang di alaminya, memperbaiki kesalahan dan berbuat lebih baik, dialah yang dapat menuai keberkahan dan keberuntungan dalam hidupnya.

2. Setelah mampu mengambil pelajaran di masa lampau, maka belajar dan senantiasa belajar manjadi lebih baik

Dalam sebuah hadis disebutkan:

اَلنَّاسُ كُلُّهُمْ هَلْكَى اِلَّا الْعَالِمُونَ وَالْعَالِمُونَ كُلُّهُم هَاْكَى اِلاَّ الْعَامِلوُن وَالْعَامِلوُن كُلُّهُمْ هَلْكَى اِلَّا الْمُخْلِصُونَ 

Setiap orang semuanya menuai kerusakan / binasa kecuali orang yang mengetahui (ilmunya), dan orang yang mengetahui (ilmunya)-pun akan binasa manakala tidak mengamalkan (ilmunya), dan orang yang mengamalkan ilmunya pun akan binasa kecuali orang-orang yang ikhlas. ”

Orang yang mengetahui akan ilmunya, idealnya ia dapat berbuat dan bertindak lebih baik daripada orang yang tidak berilmu. Akan tetapi dengan ilmu saja tidak cukup untuk menggapai keberkahan dalam hidup, karena orang yang rasional kadang tidak percaya akan adanya berkah. Oleh karenaitu dibutuhkan poin nomor 3 yaitu;

3. Ikhlas dalam segala perbuatan dan tindakan

Sebagaimana hadis di atas, tingkatan ikhlas adalah tingkatan tertinggi. Ia dapat melampaui orang yang pandai sekalipun. Oleh karena itu diperlukan komponen yang proporsional dalam menyikapi dan menghadapi masalah hidup.

Jadi intinya adalah, sebagai kholifatullah fil ardi atau wakil Allah Subhanahu Wata’ala di muka bumi ini kita wajib beribadah dan beramal sesuai pada tingkatan kemampuan kita. Hal ini dikarenakan Allah Subhanahu Wata’ala tidaklah membebani kepada hambanya diatas kadar kemampuannya. Akan tatapi harus di dasari oleh ilmu. Karena beramal tanpa dilandasi ilmu akan akan tersesat. Setelah itu berislahlah dalam amal ataupun pekerjaan yang kita lakukan. Apapun yang terjadi kita kembalikan kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Dengan demikian maka kita akan dapat mengambil keberkahan dalam hidup kita. Wallahu A’lam 


0 Komentar:

Post a Comment

Dapatkan Artikel Kami Gratis

Ketik email Anda di sisi:

Kami akan mengirimkannya untuk Anda

Quality Content