FENOMENA KEMUNCULAN TASAWUF
Berbicara mengenai tasawuf, sebenarnya hal tersebut belum pernah “ada” atau dikenal pada masa Nabi Muhammad Saw. dan Khulafaur Rasyidin r.a. Sebutan atau istilah tasawuf juga “tidak pernah dikenal” oleh para pengikut Nabi yang mendapat predikat ”shahabat” dan pada masa berikutnya, yaitu pada masa shahabat orang muslim yang tidak berjumpa dengan beliau, disebut tabi’in. Akan tetapi yang menarik yaitu, kenapa tasawuf sekarang menjadi trend para sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah, bahkan Hujjatul Islam (Iman al-Ghazali) sendiri juga baru menemukan nikmatnya beribadah tatkala beliau menggeluti dunia tasawuf. Nampaknya inilah yang menjadi salah satu faktor pendorong para pengikutnya menjalankan ibadah dengan jalan sufi (tasawuf).
Dipandang dari segi etimologis, para ahli ada yang berbeda pendapat mengenai asal kata tasawuf. Sebagian dari meraka menyatakan bahwa tasawuf berasal dari kata “shuffah” yang artinya emper Masjid Nabawi yang
didiami oleh sebagian sahabat anshar. Sebagian lagi mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata “shaf”, yang
artinya barisan. Sedangkan
yang lain mengatakan bahwa
tasawuf berasal dari kata
“shaffa” yang artinya
bersih, jernih. Pandapat yang lain
mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata “shufanah” yaitu sebutan untuk
kayu yang tumbuh di padang pasir, dan pendapat terakhir mengatakan bahwa
tasawuf berasal dari kata “shuf” yang merupakan nama bagi bulu domba,
sehingga orang yang mengenakan pakaian bulu domba biasanya disebut dengan “muthasawwif”,
perilakunya disebut tasawuf. (Harun, 1990: 11)
Dari pegertian di atas berikut kami coba kemukakan alasan-alasan yang
memperkuat beberapa pendapat tersebut (Asywadi, 1986: 18).
1. Pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf berasal
dari kata “shuf”
Diantara pendapat ini yaitu sebgaimana yang dikatakan oleh Hasan al-Basri,
“Aku telah bertemu dengan tujuh puluh Pasukan Bardar yang mengenakan bulu
domba”.
2. Pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf berasal
dari kata “shaf”, yaitu dikarenakan ahli tasawuf itu berada pada barisan
(shaf) pertama disisi Allah swt. Hal tersebut telah menjadi
cita-cita yang tertinggi dan kesungguhan mereka dalam menghadap Allah SWT
dengan sepenuh hati.
3. Sedangkan Pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf
berasal dari kata “shuffah” adalah hadis dari Abu Hurairah yang artinya,
“Sesungguhnya aku telah melihat ahli shuffah memakai satu pakaian yang
sempit, sebagaimana ada yang tidak mencapai dua lututnya, maka apabila dia
rukuk, sahabat yang lain memeganginya, karena takut auratnya terlihat”.
Terlepas dari hal-hal di atas, untuk mencapai tujuan tasawuf seorang sufi harus
melaksanakan berbagai tahapan atau yang sering dikenal dengan al-Mujahadah
wa ar-Riyadlah. Sehingga tidak dibenarkan, jika seorang yang
mengklaim seorang sufi akan tetapi ia memisahkan antara amaliyah
kerohanian dengan syari’at agama Islam. Dalam kaitannya dengan hal ini, Abu
Yazid al-Bushtami mengatakan, “Apabila kamu sekalian melihat seorang diberi
keramat, sehingga ia mampu terbang di angkasa, maka janganlah sekali-kali kamu
tergiur dengannya, sehingga kamu melihat bagaimana keadaan ia dalam menjalankan
perintah dan meninggalkan larangan agama, serta bagaimana ia menjaga ketentuan-ketentuan
syariat yang ada” (Asywadi, 1986: 18).
Dengan demikian dapat diambil pengertian bahwa tasawuf merupakan suatu latihan
(ar-Riyadlah an-Nafsiyah), dengan tujuan untuk membersihkan,
mempertinggi dan memperdalam kerohanianseseorang dalam rangka mendekatkan diri
(taqarrub) kepada Allah, sehingga konsentrasi dalam setiap aktivitasnya
tiasa lain hanya tertuju kepada Allah semata, inailah hakikat dari tasawuf.
Dengan kata lain, tasawuf adalah bagian dri ajaran Islam,yang mengarahkan dan membentuk akhlak manusia untuk mencaai kebahagiaan dan kesempurnaan lahir dan batin, dunia dan akhirat. Oleh karena itu, siapapun bisa sampai pada predikat “mutasawwif” selamaia berbudi pekerti tinggi, sanggup menderita, lapar dan dahaga, senantiasa menjalankan ajaran dan syariat agama serta menjauhi sifat-sifat tercela. Hal inilah yang dikehendaki dalam tasawuf yang sebenarnya.
Dengan kata lain, tasawuf adalah bagian dri ajaran Islam,yang mengarahkan dan membentuk akhlak manusia untuk mencaai kebahagiaan dan kesempurnaan lahir dan batin, dunia dan akhirat. Oleh karena itu, siapapun bisa sampai pada predikat “mutasawwif” selamaia berbudi pekerti tinggi, sanggup menderita, lapar dan dahaga, senantiasa menjalankan ajaran dan syariat agama serta menjauhi sifat-sifat tercela. Hal inilah yang dikehendaki dalam tasawuf yang sebenarnya.
Demikian semoga bermanfaat, mungkin
Anda juga tertarik dengan artikel kami yang lain:
0 Komentar:
Post a Comment