Tuesday, October 28, 2014

Tingkatan Dzikir dalam Tasawuf

Tingkatan Dzikir dalam Tasawuf


Pengertian 

Sahabat syariatkita, dilihat dari sudut pandang etimologis dalam kamus besar bahasa Arab Indonesia hasil karya Ahmad Warson Munawir, disebutkan bahwa dzikir berasal dari kata:

 (ذ كر-  ذ كرا- تذكارا) 

yang berarti menyebut, mengucapkan, menuturkan. Penggunaan kata "zikir" itu sendiri sejatinya merupakan istilah yang sudah sangat familiar di kalangan muslimin. Sedangkan dzikir di dalam Al-Qur’an, dapat diartikan dalam beberapa pengertian sebagai berikut:
  1. Mengingat nikmat Allah dengan menghadirkan Allah dalam kehidupan segala kita
  2. Menjalankan kewajiban kita sebagai hamba Allah, dan
  3. Mengingat Allah dengan menghadirkan-Nya dalam hati, baik disertai dengan ucapan lisan ataupun tidak.
Hal tersebut sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Surah Al-Baqarah ayat 152:

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ

“Maka ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.    Dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)Ku”

Dari pengertian tersebut dapat diambil pengertian bahwa orang yang melakukan dzikir kepada Allah berarti ia menyebut, mengingat, dan menghadirkan Allah Subhanahu Wata'ala di dalam pikirannya. 

tingkatan dzikir dalam rasawuf


Orang yang dzikir kepada Allah Subhanahu Wata'ala, supaya dapat sampai pada derajat "wushul" atau makrifat kepada Allah, maka ia harus bisa memurnikan dzikirnya tersebut. Artinya tidak mempersekutukan Allah dengan makhluknya. Dan dzikir yang semacam ini salah satunya dapat ditempuh yaitu melalui jalur tasawuf. Dengan demikian, tasawuf identik sekali dengan mendekatkan diri dengan Allah Subhanahu Wata'ala.

Orang-orang yang menempuh jalur tasawuf biasanya ia senantiasa melakukan pendekatan diri kepada Sang Maha Pencipta dalam segala aktifitasnya; dalam kondisi terjaga atau tidur, dzikir melalui lisan atau di dalam hati. jikalau hamba-Nya sudah berdzikir kepada Allah, maka Allah mengingat hamba-Nya yaitu dengan memberikan balasan kebaikan kepada mereka dan mengangkat derajatnya.

Orang yang mendekatkan diri kepada Allah, dengan banyak mengingatnya, pastilah di dalam hatinya akan tertanam ketenangan jiwa. Dengan memuji Allah pula, maka seseorang akan terlepas dari perilaku yang dapat mengkotori hatinya dengan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan perbuatan-perbuatan maksiat lain. Dengan demikian di dalam hatinya ia merasa tiada sesuatu yang lebih dibandingkan Sang Maha Pencipta alam semesta yaitu Allah Subhanahu Wata'ala. Upaya tersebut diantaranya dapat ditempuh melalui memperbanyak dzikir; dengan memuji dan menyanjungnya

Tingkatan Dzikir dalam tasawuf

Sebagai seorang muslim, dalam melakukan pendekatan diri kepada Allah Subhanahu Wata'ala, hendaknya dzikir diamalkan secara rutin sesuai ketentuan yang disampaikan oleh mursyid atau guru yang membimbingnya. Rutinitas dzikir semacam ini lazimnya kita sebut dengan istilah wirid

Wirid yang merupakan ibadah mahdhah; yaitu suatu bentuk ketaatan yang langsung kepada Allah SWT. tentunya tidak bisa terlepas dengan apa yang biasanya telah dicontohkan oleh Baginda Agung Rasulullah SAW. Artinya, wirid atau ubudiyah tersebut tidak boleh dikarang-karang, tetapi harus sesuai dengan yang telah dicontohkan oleh beliau SAW. seperti membaca dalam tasbih (subhanallah), membaca tahlil (la-ilahaillallahu), membaca tahmid (alhamdulillah) dan lain sebagainya. dan hal ini semua tentunya dapat kita pelajari dari mursyid dan guru-guru kita, sehingga dengan bimbingan sang mursyid kita dapat wushul kepada Allah Subhanahu Wata'ala.

Menurut  Asep Usman, tingkatan dzikir dalam tasawuf dapat dikelompokkan ke dalam dua macam, yaitu:
  1. Dzikir jaliy 
  2. Dzikir Khofi, dan
  3. Dzikir hakiki
Dzikir jaliy disebut juga dengan dzikir lisan, yaitu dzikir kepada Allah yang di ucapkan dengan lisan, baik dengan suara keras maupun pelan. Sedangkan dzikir khofiy disebut juga dzikir qalbi. Yaitu zikir yang hanya dilafalkan di dalam hati, tanpa suara ataupun kata-kata. 

Dzikir jaliy atau yang dilakukan dengan terang atau terlihat oleh kasat mata. yaitu dimaksudkan untuk mengingat Allah SWT melalui perantara ucapan lisan. Karena dengan ucapan lesan seseorang dapat lebih berkonsentrasi, terdengar oleh telinga dan disalurkan kepada hati sehingga rangkaian semacam ini akan dapat lebih membawa seseorang menjadi lebih khusyu' dalam beribadah kepada Allah. 

Dzikir jaliy biasanya banyak dilakukan oleh kaum muslimin yang masih dalam tingkatan awam (biasa disebut juga tingkatan salik atau murid). Kendati demikian, bukan berati orang yang sudah sampai mada maqom atau tingkatan khowas atau ma'rifat tidak melakukan dzikir yang sifatnya jaliy.

Adapun  dzikir khofiy adalah zikir yang dilakukan dengan khusyuk melalui ingatan hati, baik disertai dengan zikir lisan ataupun tidak. Orang yang sudah sampai level ini biasanya hatinya telah dipenuhi oleh ketenangan dan ketergantungan yang tinggi kepada Allah SWT. Ia akan selalu merasakan kehadiran Allah SWT dalam dirinya, kapan dan dimanapun ia berada. 

Adapun tingkatan dzikir yang paling tinggi adalah dzikir haqiqi. Dzikir hakiki merupakan  dzikir yang dilakukan dengan seluruh jiwa dan raga, lahir dan batin, kapan dan dimanapun berada. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim sebagai berikut:

عن ابى هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلّم: يقول الله عزّ وجل انا عند ظنّ عبدي بي وانا معه حين يذكروني ﻓﻲ نفسه ذﻛﺮﺗﻪ ﻓﻲنفسي وﺇن ذﻛﺮني في ملإ ذﻛﺮﺗﻪ في ملإ خير منهم وﺇن تقرب ﺇﻟﻰﱠشبرا تقربت ﺍﻟﻴﻪ ذراعا. وﺇن تقرب ﺇﻟﻰﱠ ذراعا تقربت ﺍﻟﻴﻪ باﻋﺎ وإن أتاني يمشي أتيته هرولة

“Dari Abu Hurairah ra. dia berkata, Rasulullah SAW bersabda,  “Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung berfirman : “Aku menurut sangkaan hamba-Ku, Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat Aku dalam batinnya maka Aku mengingat dia dalam batin-Ku. Dan apabila dia mengingat Aku dalam keramaian maka Aku akan mengingatnya yang lebih baik dari itu. Apabila dia mendekati Aku sejengkal maka Aku akan mendekatinya sedepa. Dan apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan maka akan Aku sambut dia dengan berlari-lari kecil." ( HR. Muslim).

Semua uraian tersebut di atas menunjukkan begitu pentingnya dzikir dalam tasawuf. Ia merupakan pintu gerbang utama untuk mencapai derajat makrifat kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Hal ini dikarenakan mengingat Allah pokok dari segala bentuk ketaatan yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Sehingga dengan itu semua manusia dapat mencapai derajat yang tinggi di harapan Sang Mahasuci Illahi Robbi.


Ref:
Abubakar Aceh, 1996. Pengantar Ilmu Tarekat, Solo: Ramadhani
Ash-Shiddieqy, Hasbi, 1997. Pedoman Dzikir dan Doa, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 

0 Komentar:

Post a Comment

Dapatkan Artikel Kami Gratis

Ketik email Anda di sisi:

Kami akan mengirimkannya untuk Anda

Quality Content