Tata Cara (adab) Buang Air dan Larangan Orang yang Sedang Hadas Besar
Sahabat blogger, Islam senantiasa mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa berperangai
sopan dan juga melakukan doa
dalam segala aktifitasnya, tak terkecuali ketika hendak buang air. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga kemaslahatan umat, mewujudkan
estetika dan sopan santun dalam kehidupan sehari-harinya. Adapun
adab buang air yang baik sebagaimana
diajarkan oleh Islam adalah
sebagai berikut:
a. Disunahkan
mendahulukan kaki kiri ketika masuk ke tempat buang air sambil membaca doa seperti berikut:
اَللّٰهُمَّ اِنِّيْ
اَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْـخُبُثِ وَالْـخَبَائِثِ.
"Ya Allah, saya berlindung
kepada-Mu dari kotoran dan segala yang kotor.”
Hal tersebut dikarenakan, WC
merupakan tempat yang dipandang kotor karena sebagai sarana pembuangan kotoran
manusia, sehingga dianjurkan pula ketika memesuki tempat tersebut juga dengan
mendahuluan anggota tubuh yang kiri.
b. Disunahkan mendahulukan kaki kanan
ketika keluar dari tempat buang air sambil membaca doa:
غُفْرَانَكَ الْحَمْدُ
لِلهِ الَّذِيْ اَذْهَبَ عَنِّى الْاَذٰى وَعَافَانِيْ.
"Saya mengharap ampunan-Mu. Segala
puji bagi Allah yang telah menghilangkan suatu kotoran yang menyakitkan diriku
dan menyehatkanku.”
c.
Hendaklah tidak buang air di tempat yang terbuka.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ
اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: اَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: مَنْ اَتَى
الْغَائِطَ فَلْيَسْتَتِرْ. (رواه ابو داود)
"Dari Aisyah ra. ia berkata,
bahwasanya Nabi saw. bersabda, 'Barang siapa yang datang ke tempat buang air
hendaklah ia berlindung (bersembunyi).” (HR. Abu Dawud)
d.
Tidak buang air di tempat yang dapat
mengganggu orang lain.
عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ: اِتَّقُوا
اللَّاعِنِيْنَ الَّذِيْ يَتَخَلَّى فِيْ طَرِيْقِ النَّاسِ اَوْ ظِلِّهِمْ. (رواه
مسلم)
"Dari Abu Hurairah ra. ia
berkata, Rasulullah saw. bersabda, 'Jauhilah dua macam perbuatan yang dilaknat,
yaitu yang suka buang air besar di jalan, tempat orang berlalu-lalang atau di
tempat untuk berteduh.” (HR. Muslim)
e.
Tidak buang air di
bawah pohon yang sedang berbuah.
Hal ini dimaksudkan, agar orang yang
berada di bawah pohon (berteduh) atau melakukan aktivitas lain tidak terganggu
dengan bau yang ditimbulkan akibat kotoran manusia. Berkaitan dengan hal ini,
terdapat hadis yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani sebagai berikut:
وَاَخْرَجَ
الطَّبْرَانِيُّ النَّهْيَ عَنْ قَضَاءِ الْحَاجَةِ تَحْتَ الْاَشْجَارِ
الْمُثْمِرَةِ وَضَفَّةِ النَّهْرِ الْجَارِيْ مِنْ حَدِيْثِ ابْنِ عُمَرَ
بِسَنَدٍ ضَعِيْفٍ.
"Imam
Thabrani meriwayarkan (hadis
tentang) larangan buang air besar di bawah pohon
yang berbuah, dan di tepi air yang mengalir, dari hadis Ibnu Umar dengan sanad
yang lemah.”
f.
Tidak berbicara sewaktu buang air, kecuali jika terpaksa.
عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ: اِذَا تَغَوَّطَ الرَّجُلَانِ فَلْيَتَوَارَ
كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا عَنْ صَاحِبِهِ وَلَا يَتَحَدَّثَا، فَاِنَّ اللهَ
يَمْقُتُ عَلٰى ذٰلِكَ. (رواه احمد وصححه ابن السكن وابن القطان وهو معلول)
"Dari Jabir ra. ia berkata,
Rasulullah saw. bersabda, 'Apabila dua orang buang air besar, hendaklah
masing-masing berlindung (bersembunyi) dari yang lainnya, dan jangan mereka
berkata-kata, karena Allah mengutuk perbuatan demikian.” (HR. Ahmad disahkan
oleh Ibnus Sakan dan Ibnul Qattan dan hadis ini ma‘lul)
g.
Jika buang airnya di tempat terbuka, maka
hendaklah tidak menghadap kiblat ataupun membelakanginya.
Kiblat (Ka’bah) merupakan simbol
kemuliaan bagi umat Islam, dimana setiap orang yang shalat semuanya menghadap
ke arah sana. Dengan demikian untuk menjaga kemuliaan tempat tersebut Islam
mengajarkan umatnya agar tidak membelakangi ataupun menghadap kiblat ketika
sedang melakukan aktivitas yang tidak suci (buang air). Hal ini sebagaimana
dalam hadis:
عَنْ سَلْمَانَ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ قَالَ: لَقَدْ نَهَانَا رَسُوْلُ اللهِ ﷺ اَنْ نَسْتَقْبِلَ
الْقِبْلَةَ بِغَائِطٍ اَوْ بَوْلٍ اَوْ اَنْ نَسْتَنْجِيَ بِالْيَمِيْنِ اَوْ
اَنْ نَسْتَنْجِيَ بِاَقَلَّ مِنْ ثَلَاثَةِ اَحْجَارٍ اَوْ اَنْ نَسْتَنْجِيَ
بِرَجِيْعٍ اَوْ عَظْمٍ. (رواه مسلم)
"Dari Salman ra. ia berkata,
sungguh Rasulullah saw. telah melarang kami menghadap kiblat waktu buang air
besar dan buang air kecil, dan cebok dengan tangan kanan, atau istinja' dengan
batu yang kurang dari tiga buah, atau istinja' dengan kotoran binatang atau
tulang." (HR. Muslim)
h.
Tidak membawa
ayat-ayat Al-Qur'an (asma’ muadzom) atau
kalimat zikir yang lain.
Al-Qur’an dan kalimat zikir
merupakan sesuatu yang mulia, sedangkan buang air merupakan hal yang identuik
dengan kotoran dan najis. Dengan demikian, sudah barang tentu keberadaan barang
yang suci tidak pantas disandingkan atau dilakukan bersamaan dengan barang yang
najis (kotor).
i.
Cebok dengan tangan
kiri.
عَنْ اَبِيْ قَتَادَةَ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ: لَا يَمَسَّنَّ
اَحَدُكُمْ ذَكَرَهُ بِيَمِيْنِهِ وَهُوَ يَبُوْلُ وَلَا يَتَمَسَّحْ مِنَ
الْخَلَاءِ بِيَمِيْنِهِ، وَلَا يَتَنَفَّسْ فِى الْاِنَاءِ. (متفق عليه، واللفظ
لمسلم)
"Dari Abu Qatadah ra. ia
berkata, Rasulullah saw. bersabda, 'Janganlah seseorang di antara kamu
menyentuh kemaluannya di waktu kencing dengan tangan kanannya, dan janganlah ia
bercebok dengan tangan kanannya, dan janganlah bernafas dalam bejana.” (HR.
Bukhari dan Muslim dan lafal ini dalam riwayat Muslim)
Larangan Orang yang Sedang Hadas Besar
Bagi orang yang sedang hadas besar, maka
diharamkan melakukan hal-hal sebagai berikut:
% Mengerjakan
salat.
% Thawaf.
% Membaca
dan menyentuh atau membawa Al-Qur'an.
% Berdiam
diri di masjid.
% Puasa,
baik fardhu maupun puasa sunah.
% Bagi
suami, diharamkan
menalak istrinya yang sedang hadas
besar dikarenakan haid atau nifas.
% Bagi istri yang
berhadas besar karena haid atau nifas, diharamkan melakukan hubungan badan
(istri/suami). Adapun larangan bercampur antara suami dan istri selama istri sedang haid atau
nifas yaitu sebagaimana
firman Allah dalam Al-Qur'an:
وَيَسْئَلُوْنَكَ عَنِ الْمَحِيْضِ قُلْ هُوَ اَذًى
فَاعْتَزِلُوا النِّسَاۤءَ فِى الْمَحِيْضِ وَلَا تَقْرَبُوْهُنَّ حَتّٰى
يَطْهُرْنَ فَاِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوْهُنَّ مِنْ حَيْثُ اَمَرَكُمُ اللهُ اِنَّ
اللهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ. (البقرة: ٢٢٢)
"Dan
mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid. Katakanlah, 'Itu adalah
sesuatu yang kotor.'Karena itu jauhilah istri pada waktu haid; dan jangan kamu
dekati mereka sebelum mereka suci.Apabila mereka telah suci, campurilah mereka
sesuaidengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu.Sungguh, Allah menyukai
orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri.” (QS.
Al-Baqarah/2: 222)
Demikian semoga
bermanfaat, mungkin Anda juga tertarik dengan artikel kami yang lain:
- Berhukum Langsung dengan Al-Qur’an dan Hadis Tanpa mengambil dalil fikih yang telah ada
- Hukum Riba dan Bunga Bank
- Cinta Dalam Perspektif Tasawuf
- Belajar Bersuci Mudah dan Lengkap
- Sumber-sumber Hukum Islam dan Keterangannya Secara Lengkap
- Pengertian dan Syarat Rukun Wakaf
- Tujuan Dakwah Islamiyah
0 Komentar:
Post a Comment