Pengertian Puasa, Dasar Hukum & Cara Mengetahui Masuknya Bulan Puasa
Menurut bahasa shiyam/puasa berarti menahan diri. Sedangkan
menurut istilah syara' ialah menahan diri dari segala sesuatu yang
membatalkannya, mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari, karena
perintah Allah semata-mata, dengan disertai niat dan syarat-syarat tertentu.
Puasa
Ramadhan adalah salah satu sendi ibadah yang dilakukan pada bulan Ramadhan,
selama satu bulan (29 atau 30 hari). Adapun dasar hukum puasa
adalah sebagaimana firman Allah swt.:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ
اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ
قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ. اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍ فَمَنْ كَانَ
مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ وَعَلَى
الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا
فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّـكُمْ اِنْ كُنْتُمْ
تَعْلَمُوْنَ. شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى
لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ
الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ
اَيَّامٍ اُخَرَ يُرِيْدُ اللهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ
وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ. (البقرة:١٨٣ - ١٨٥)
"Wahai
orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) beberapa hari tertentu.
Maka barang siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak
berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu)
pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib
membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin.Tetapi barang siapa dengan
kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu
itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang
di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yangbenar dan yang batil).Karena itu,
barang siapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barang
siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya),
sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.Hendaklah
kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur." (QS.
Al-Baqarah/2: 183-185)
Di
dalam hadis juga dijelaskan tentang kewajiban puasa, sebagaimana sabda Nabi
saw.:
بُنِيَ الْاِسْلَامُ
عَلٰى خَمْسٍ: شَهَادَةِ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاَنَّ مُحَمَّدًا
رَسُوْلُ اللهِ، وَاِقَامِ الصَّلَاةِ، وَاِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَحَـجِّ
الْبَيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ. (رواه البخاري ومسلم)
"Islam
ditegakkan atas lima dasar: Bersaksi bahwa tidak ada tuhan (yang patut
disembah) melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mengerjakan salat,
mengeluarkan zakat, mengerjakan haji dan berpuasa pada bulan Ramadhan." (HR. Bukhari dan
Muslim)
وَعَنْ اَبِيْ
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ قَالَ اللهُ عَزَّ
وَجَلَّ: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ اِلَّا الصِّيَامَ فَاِنَّهُ لِيْ وَاَنَا
اَجْزِيْ بِهِ، وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ، فَاِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ اَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ، فَاِنْ سَابَّهُ اَحَدٌ
اَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ: اِنِّيْ صَائِمٌ. وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ
بِيَدِهِ لَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ اَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ
الْمِسْكِ، لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا: اِذَا اَفْطَرَ فَرِحَ،
وَاِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ. (متفق
عليه، وهذا لفظ رواية البخاري)
"Dan dari
Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, Allah telah berfirman,
'Semua amal anak Adam untuknya, kecuali puasa, maka sesungguhnya puasa itu
untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya.' Dan puasa itu sebagai perisai,
makajika seorang sedang berpuasa, janganlah berkata keji atau berteriak, dan
kalau seorang mencaci maki padanya atau mengajak berkelahi, maka hendaknya
dikatakan padanya, 'Aku berpuasa.' Demi Allah yang jiwa Muhammad ada di
tangan-Nya, sungguh bau mulut orangyang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dari bau (misik)
kasturi. Bagi orang yang berpuasa itu ada dua kesenangan yang menggembirakan,
yaitu ketika ia berbuka puasa dan ketika ia menghadap Tuhannya, maka ia gembira
karena menerima pahala puasanya." (HR. Bukhari dan Muslim, adapun redaksinya dari Imam Bukhari)
Memulai Puasa Bulan Ramadhan
Puasa
ramadhan dapat dimulai dengan salah
satu dari empat hal sebagai berikut:
a.
Melihat bulan (ru‘yatul
hilal) setelah terbenamnya matahari pada akhir bulan Sya‘ban
dengan ditetapkan oleh hakim syar‘i, sebagaimana sabda
Rasulullah saw.:
عَنِ
ابْنِ عُمَرَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ﷺ قَالَ: اِذَا رَاَيْتُمُوْهُ فَصُوْمُوْا،
اِذَا رَاَيْتُمُوْهُ فَافْطِرُوْا. فَاِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوْا لَهُ. (رواه البخاري ومسلم والنسائي وابن ماجه)
"Dari Ibnu
Umar ra., Rasulullah saw. bersabda, 'Apabila kamu melihat bulan (Ramadhan),
hendaklah berpuasa, dan apabila kamu melihat bulan (Syawal) hendaklah kamu
berbuka. Maka jika tidak tampak olehmu, maka hendaklah kamu perhitungkan
jumlahnya haridalam satu bulan'." (HR.
Bukhari, Muslim, Nasa'i dan Ibnu Majah)
Kewajiban
puasa juga dapat ditetapkan dari kesaksian orang adil (dapat dipercaya), yang
mengatakan bahwasanya ia benar-benar melihat bulan. Ataupun kesaksian seorang
wanita, orang fasik atau anak-anak. Hal tersebut berdasarkan hadis:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: تَرَاءَى النَّاسُ الْهِلَالَ فَاَخْبَرْتُ
النَّبِيَّ ﷺ اَنِّيْ رَاَيْتُهُ، فَصَامَ وَاَمَرَ النَّاسَ بِصِيَامِهِ. (رواه ابو داود وصححه الحاكم وابن حبان)
"Dari Ibnu
Umar ra., ia berkata, 'Orang-orang memper-hatikan terbitnya hilal (awal bulan),
lalu saya beritahukan kepada Nabi saw., bahwa saya melihatnya, maka beliau
berpuasa dan menyuruh orang-orang berpuasa'." (HR. Abu Dawud dan disahkan oleh Hakim dan Ibnu Hibban)
Dalam
riwayat lain disebutkan:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا اَنَّ اَعْرَابِيًّا جَاءَ اِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ:
اِنِّيْ رَاَيْتُ الْهِلَالَ. فَقَالَ: اَتَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ؟
قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: اَتَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ؟ قَالَ:
نَعَمْ. قَالَ: فَاَذِّنْ فِى النَّاسِ يَا بِلَالُ اَنْ يَصُوْمُوْا غَدًا. (رواه
الخمسة وصححه ابن خزيمة وابن حبان ورجح النسائي ارساله)
"Dari Ibnu
Abbas ra., bahwasanya seorang Arab Badui datang kepada Nabi saw. lalu ia
berkata, 'Saya telah melihat hilal,' lalu Nabi saw. bersabda, 'Apakah engkau
bersaksi bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah?' Ia menjawab, 'Ya.' Beliau
bersabda, 'Apakah engkau bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah?'Dijawabnya,
'Ya.'Lalu beliau bersabda, 'Beritahukanlah kepada orang-orang hai Bilal, supaya
mereka berpuasa besok'."(HR.
Imam yang lima dan disahkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban, dan Nasa'i
mentarjih mursalnya)
b.
Apabila bulan tidak
terlihat, maka penetapan awal Ramadhan dapat dilakukan dengan cara
menyempurnakan bilangan bulan Sya‘ban menjadi 30 hari(istikmal).
c.
Penetapan hakim syar‘i
akan awal bulan Ramadhan berdasarkan keterangan saksi yang adil,
sekurang-kurangnya seorang laki-laki, bahwa ia melihat bulan.
d. Dengan cara
berijtihad bahwasanya telah masuk bulan Ramadhan, sepertii jtihadnya orang yang
berada dalam tawanan perang, atau orang yang berada dalam penjara.
Mengenai
penetapan bulan Ramadhan, baik dengan cara ru‘yah
(melihat
bulan), ataupun istikmal adalah sesuai dengan firman Allah swt.:
هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ
الشَّمْسَ ضِيَآءً وَّالْقَمَرَ نُوْرًا وَّقَدَّرَهٗ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوْا
عَدَدَ السِّنِيْنَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللهُ ذٰلِكَ اِلَّا بِالْحَقِّ
يُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ. (يونس:
٥)
"Dialah
yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang
menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan
perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan
benar.Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang
mengetahui." (QS. Yùnus/10: 5)
Demikian semoga bermanfaat, mungkin Anda juga tertarik dengan artikel kami yang lain:
- Keutamaan Puasa
- Berhukum Langsung dengan Al-Qur’an dan Hadis Tanpa mengambil dalil fikih yang telah ada
- Keterangan Lengkap Syarat dan Rukun Puasa
- Hukum Riba dan Bunga Bank
- Cinta Dalam Perspektif Tasawuf
- Belajar Bersuci Mudah dan Lengkap
- Sumber-sumber Hukum Islam dan Keterangannya Secara Lengkap
- Pengertian dan Syarat Rukun Wakaf
0 Komentar:
Post a Comment